Anak Penjual Telur Keliling Asal Bali Diterima Kuliah di UGM via Jalur Prestasi
Kamis, 27 Juni 2024 | 08:04 WIBYogyakarta, Beritasatu.com - Banyak jalan untuk meraih mimpi mengenyam bangku kuliah di universitas ternama. Hal itulah yang dirasakan I Wayan Sudiatmaja (18) yang berhasil menggapai keinginannya kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Anak pertama dari dua bersaudara pasangan I Nengah Raul Adyana (43) dan Ni Luh Sulastini (42) ini, diterima kuliah program studi (prodi) Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politk (Fisipol) UGM melalui jalur Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP). Saat mendaftar dan registrasi, Wayan mengajukan untuk mendapatkan beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah.
Namanya pun kini terdaftar sebagai calon mahasiswa penerima KIP Kuliah. Bahkan saat registrasi, ia mendapat subsidi UKT sebesar 75%.
Keluarga Wayan Sudiatmaja mengontrak di rumah bedeng ukuran 5x7 meter persegi dengan dinding berdempetan dengan penghuni kontrakan lain. Lokasi rumahnya berada di salah satu gang sempit hanya berjarak kurang dari 10 meter dari jalan raya Candidasa, Karangasem, Bali.
Sehari-hari ayahnya menjadi pedagang telur keliling di pasar hingga warung-warung kelontong dan restoran di sepanjang jalan di Karangasem. Telur dagangnya diambil dari pemilik kandang ayam petelur yang berada 3 kilometer dari rumahnya.
Selain dari penghasilan dari berjualan telur, keluarganya juga mengandalkan dari pekerjaan sang ibu yang menjadi pengrajin tenun kain gringsing. Untuk satu kain dikerjakan sekitar 1 hingga 1,5 bulan tergantung dari ukuran kain yang dipesan. Untuk satu kain sang ibu mendapat Rp 600.000.
Penghasilan dari berjualan telur dan menjadi pengrajin tenun, cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari dan membayar kontrakan. Atas kondisi itu, tidak terbesit dibenaknya untuk kuliah ke universitas.
Meski berat melepaskan i Wayan Sudiatmaja mendaftarkan kuliah di Yogyakarta, tetapi Ni Luh luluh saat melihat kegigihan anak sulungnya tersebut. Ia hanya bisa berdoa di setiap waktu sembahyang.
Wayan sendiri mengaku tidak mudah untuk membujuk kedua orang tuanya agar merestui bisa mendaftar kuliah di UGM. Dia pun menjanjikan untuk mendaftar beasiswa KIP-K agar tidak membebani kedua orang tuanya.
Menurut Wayan sejak sekolah, kedua orang tua selalu mendidiknya dengan baik dan selalu berperilaku hidup sederhana. Setiap berangkat sekolah ia selalu membawa bekal untuk makan siang dan minum selama di sekolah.
Selain berprestasi di bidang akademik, Wayan sudah tertarik dengan olahraga bela diri pencak silat yang sudah ditekuninya sejak di bangku SMP. Ia pun suka mengikuti kejuaraan pencak silat untuk kejuaraan antarpelajar se provinsi Bali. Ia pun langganan juara.
"Terakhir kita dapat juara satu untuk Bali Open Competition tingkat nasional untuk kategori seni beregu," katanya.
Selain aktif di kegiatan non-akademis, Wayan juga memiliki nilai akademik yang bagus, terutama untuk mata pelajaran di bidang non-eksakta. Diterima kuliah di prodi Komunikasi, Wayan mengaku ingin aktif di kegiatan organisasi dan kemahasiswaan.
"Kalau kuliah nanti saya akan coba ikut organisasi. Saya ingin cari pengalaman baru, pengetahuan baru, mencoba cara peluang ikut organisasi dan perlombaan," harapnya.
Nengah dan Ni Luh berharap Wayan bisa kuliah dengan baik hingga lulus meraih gelar sarjana sehingga bisa membawa nama baik keluarga.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News
BERITA TERKAIT
BERITA LAINNYA
Partai Ummat Usulkan Anies Baswedan dan Ridwan Kamil untuk Pilgub Jakarta
Prajurit TNI AU di Palu Tembak Pemulung
2
3
B-FILES
Fenomena Kajian Keagamaan Kampus
Yanto BashriMenuju Keseimbangan Lingkungan dan Kesejahteraan dengan Konsep Ekonomi Hijau dan Biru
Filda Citra Yusgiantoro