www.fgks.org   »   [go: up one dir, main page]

Lompat ke isi

Pengguna:Glorious Engine/Pol Pot

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pol Pot
ប៉ុល ពត
Sekretaris Jenderal Partai Komunis Kamboja
Masa jabatan
22 Februari 1963 – 6 Desember 1981
WakilNuon Chea
Sebelum
Pendahulu
Tou Samouth
Pengganti
Jabatan ditiadakan (partai ditiadakan)
Sebelum
Perdana Menteri Kamboja Demokratis
Masa jabatan
25 October 1976 – 7 January 1979
PresidenKhieu Samphan
WakilIeng Sary
Son Sen
Vorn Vet
Sebelum
Pendahulu
Nuon Chea (pelaksana tugas)
Pengganti
Pen Sovan
Sebelum
Masa jabatan
14 April 1976 – 27 September 1976
PresidenKhieu Samphan
Sebelum
Pendahulu
Khieu Samphan (pelaksana tugas)
Pengganti
Nuon Chea (pelaksana tugas)
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir
Saloth Sâr

(1925-05-19)19 Mei 1925
Prek Sbauv, Provinsi Kampong Thom, Kamboja, Indochina Prancis
Meninggal15 April 1998(1998-04-15) (umur 72)
Anlong Veng, Oddar Meanchey, Kamboja
MakamAnlong Veng, Oddar Meanchey, Kamboja
Partai politik
Afiliasi politik
lainnya
Partai Komunis Prancis
Suami/istri
(m. 1956; c. 1979)
Mea Son
(m. 1986)
Anak1[1]
PendidikanEFREI (tanpa gelar)
Tanda tangan
Karier militer
Pihak Khmer Merah
Kamboja Demokratis
Dinas/cabang Tentara Pembebasan Kamboja
Masa dinas1963–1997
PangkatJenderal
Pertempuran/perangPerang Vietnam
Perang Saudara Kamboja
Perang Kamboja–Vietnam
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Pol Pot[a] (nama lahir: Saloth Sâr;[b] 19 Mei 1925 – 15 April 1998) adalah seorang politikus dan revolusioner Kmboja yang memerintah Kamboja sebagai Perdana Menteri Kamboja Demokratis antara 1976 dan 1979. Berideologi Marxis–Leninis dan nasionalis Khmer, ia menjadi tokoh gerakan komunis Kamboja, Khmer Merah, dari 1963 sampai 1997 dan menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis Kamboja[c] dari 1963 sampai 1981. Di bawah pemerintahannya, Kamboja berubah menjadi negara komunis satu partai dan mengalami peristiwa genosida Kamboja.

Lahir di keluarga petani makmur di Prek Sbauv, Kamboja Prancis, Pol Pot dididik di beberapa sekolah paling elit di Kamboja. Saat di Paris pada 1940an, ia bergabung dengan Partai Komunis Prancis. Kembali ke Kamboja pada 1953, ia terlibat dalam organisasi Marxis–Leninis Khmer Việt Minh dan perang gerilyanya melawan pemerintahan independen baru pimpinan Raja Norodom Sihanouk. Setelah kelompok Khmer Việt Minh mundur ke Vietnam Utara yang dikuasai pemerintahan Marxis-Leninis pada 1954, Pol Pot kembali ke Phnom Penh, bekerja sebagai guru sesambil masih menjadi anggota penting dalam gerakan Marxis–Leninis di Kamboja. Pada 1959, ia membantu meresmikan gerakan tersebut menjadi Partai Buruh Kamboja, yang kemudian berganti nama menjadi Partai Komunis Kamboja (PKK). Untuk menghindari penindasan negara, ia pindah ke perkemahan di hutan pada 1962. Pada 1963, ia menjadi pemimpin PKK. Pada 1968, ia memulai kembali perang melawan pemerintahan Sihanouk. Setelah Lon Nol menggulingkan Sihanouk dalam kudeta tahun 1970, pasukan Pol Pot berpihak dengan Sihanouk melawan pemerintahan baru yang didukung oleh militer Amerika Serikat. Dengan dukungan milisi Việt Cộng dan pasukan Vietnam Utara, pasukan Khmer Merah pimpinan Pol Pot unggul dan berhasil menguasai seluruh Kamboja pada 1975.

Pol Pot mengubah Kamboja menjadi negara satu partai bernama Kamboja Demokratis. Berniat untuk menciptakan masyarakat sosialis agraria yang ia yakini akan berubah menjadi masyarakat komunis, pemerintahan Pol Pot secara paksa memindahkan masyarakat kota ke wilayah pedesaan untuk bekerja di pertanian kolektif. Demi mengupayakan kesetaraan penuh, uang dihapuskan dan seluruh warga negara diperintahkan untuk mengenakan busana hitam yang sama. Pembantaian terhadap para lawan pemerintahan, ditambah dengan malnutrisi dan layanan kesehatan yang buruk, menewaskan antara 1,5 hingga 2 juta orang, sekitar seperempat populasi Kamboja saat itu. Peristiwa tersebut kini dikenal dengan sebutan genosida Kamboja. Pembersihan berulang terhadap para anggota PKK menimbulkan ketidakpuasan. Pada 1978, para prajurit Kamboja melancarkan sebuah pemberontakan di timur. Setelah pertikaian di perbatasan yang berlangsung selama beberapa tahun, Vietnam yang baru saja bersatu menginvasi Kamboja pada Desember 1978, menggulingkan Pol Pot, dan membentuk pemerintahan Marxis–Leninis tandingan pada 1979. Rezim Khmer Merah menarik diri ke hutan dekat perbatasan Thai, dan di situ mereka meneruskan perjuangan. Seiring dengan kesehatannya yang memburuk, Pol Pot mundur dari sebagian besar jabatannya dalam gerakan tersebut. Pada 1998, panglima Khmer Merah Ta Mok menempatkan Pol Pot di bawah penahanan rumah. Tak lama setelah itu, Pol Pot meninggal.

Walaupun berhasil memperoleh kekuasaan pada saat Marxisme–Leninisme mencapai puncak kejayaannya di tingkat dunia, Pol Pot merupakan tokoh yang kontroversial di kalangan komunis internasional. Banyak komunis mengklaim bahwa ia menyimpang dari ajaran Marxisme–Leninisme yang sesungguhnya, tetapi Tiongkok mendukung pemerintahannya untuk membendung pengaruh Uni Soviet di Asia Tenggara. Di mata para pendukungnya, ia adalah pejuang kedaulatan Kamboja dalam menghadapi imperialisme Vietnam dan juga merupakan tokoh yang dianggap berani melawan revisionisme Marxisme yang dicanangkan Uni Soviet. Sebaliknya, ia dikecam oleh dunia internasional karena perannya dalam genosida Kamboja dan dipandang sebagai diktator totaliter yang telah melakukan kejahatan melawan kemanusiaan.

Kehidupan awal[sunting | sunting sumber]

Masa kecil: 1925–1941[sunting | sunting sumber]

Pol Pot lahir di desa Prek Sbauv, di luar kota Kampong Thom.[3] Ia dinamai Saloth Sâr, dimana kata sâr ("putih, pucat") merujuk kepada kulitnya yang berwarna muda.[4] Catatan kolonial Prancis menyatakan bahwa tanggal lahirnya adalah 25 Mei 1928,[5] namun biografer Philip Short menyatakan bahwa ia lahir pada Maret 1925.[6]

Prek Sbauv, desa dimana Pol Pot lahir dan menjalani tahun-tahun awalnya

Keluarganya adalah belasteran Tionghoa dan Khmer, namun tak dapat berbicara bahasa Tionghoa dan hidup sebagai Khmer sepenuhnya.[4] Ayahnya Loth, yang kemudian mengambil nama Saloth Phem, adalah seorang petani makmur yang memiliki sembilan hektar sawah dan banyak sapi ternak.[7] Rumah Loth adalah salah satu rumah terbesar di desa. Pada masa tanam dan panen, ia mengundang para tetangga yang miskin untuk melakukan sebagian besar pekerjaan pertanian.[6] Ibu Sâr, Sok Nem, dianggap oleh warga lokal sebagai penganut Buddha yang taat.[8] Sâr adalah anak kedelapan dari sembilan bersaudara (dua perempuan dan tujuh laki-laki),[8] tiga diantaranya meninggal saat muda.[9] Mereka dibesarkan sebagai penganut Buddha Theravada. Pada saat perayaan-perayaan, mereka mengunjungi biara Kampong Thom.[10] Meskipun keluarganya makmur, dalam wawancara dengan televisi Yugoslavia pada 1977, Pol Pot mengklaim bahwa ia lahir dalam "keluarga petani miskin".[11]

Kamboja adalah sebuah monarki, namun rezim kolonial Prancis yang mengendalikan politik, bukan raja.[12] Keluarga Sâr memiliki hubungan dengan keluarga kerajaan Kamboja. Sepupunya Meak adalah permaisuri dari Raja Sisowath Monivong dan kemudian bekerja sebagai pelatih balet.[13] Saat Sâr berusia enam tahun, ia dan seorang kakaknya dikirim untuk tinggal dengan Meak di Phnom Penh. Adopsi informal oleh kerabat yang lebih kaya adalah hal umum di Kamboja pada masa itu.[8] Di Phnom Penh, ia menjalani 18 bulan sebagai samanera di biara Vat Botum Vaddei yang terletak di kota tersebut, belajar agama Buddha serta membaca dan menulis bahasa Khmer.[14]

Pada musim panas 1935, Sâr datang untuk tinggal dengan saudaranya Suong beserta istri dan anaknya.[15] Paada tahun tersebut, ia mulai belajar di sekolah dasar Katolik Roma, École Miche,[16] dengan Meak membayar biaya mengajarnya.[17] Kebanyakan teman sekelasnya adalah anak birokrat Prancis dan Katolik Vietnam.[17] Ia menjadi pandai berbahasa Prancis dan familiar dengan Kekristenan.[17] Sâr tak berbakat secara akademis dan bertahan selama dua tahun, meraih Certificat d'Etudes Primaires Complémentaires pada 1941 dalam usia 16 tahun.[18] Ia kembali mengunjungi Meak di istana raja. Di sana, ia memiliki beberapa pengalaman seksual terawalnya dengan beberapa gundik raja.[19]

Pendidikan berikutnya: 1942–1948[sunting | sunting sumber]

Saat Sâr bersekolah, Raja Kamboja wafat. Pada 1941, otoritas Prancis mengangkat Norodom Sihanouk sebagai penggantinya.[20] Sebuah sekolah menengah pertama baru, Collége Pream Sihanouk, didirikan di Kampong Cham, dan Sâr terpilih menjadi anggota asrama di lembaga tersebut pada 1942.[21] Tingkat pendidikan tersebut memberikannya posisi menonjol dalam masyarakat Kamboja.[22] Ia belajar untuk bermain biola dan ikut serta dalam sandiwara-sandiwara sekolah.[23] Kebanyakan waktu luangnya dijalankan dengan bermain sepak bola dan basket.[24] Kebanyakan teman sekolahnya, terutama Hu Nim dan Khieu Samphan, kemudian menjabat dalam pemerintahannya.[25] Pada masa liburan tahun baru pada 1945, Sâr dan sebagian besar temannya dari kelompok teater sekolahnya ikut perjalanan keliling menggunakan bus dalam rangka mendapatkan uang untuk mengunjungi Angkor Wat.[26] Pada 1947, ia meninggalkan sekolah tersebut.[27]

Pada tahun tersebut, ia menjalani ujian yang membuatnya diterima di Lycée Sisowath, dimana ia tinggal dengan Suong dan istri barunya.[28] Pada musim panas 1948, ia menjalani ujian masuk brevet ke kelas atas Lycée, namun gagal. Tak seperti teman-temannya, ia tak dapat melanjutkan pendidikan untuk mendapatkan baccalauréat.[29] Sehingga, ia masuk Ecole Technique yang berada di Russey Keo, subperkotaan utara Phnom Penh, untuk belajar pertukangan kayu pada 1948.[30] Penurunan dari pendidikan akademik ke pendidikan vokasional nampaknya mengejutkan.[31] Para teman sekolahnya umumnya berasal dari kelas yang lebih rendah ketimbang teman-teman sekolahnya yang berada di Lycée Sisowath, meskipun mereka bukanlah petani.[22] Di Ecole Technique, ia bertemu Ieng Sary, yang menjadi teman dekat dan kemudian anggota pemerintahannya.[22] Pada musim panas 1949, Sâr mengikuti ujian brevet dan meraih salah satu dari lima beasiswa yang membolehkannya untuk datang ke Prancis untuk belajar di salah satu sekolah teknik.[32]

Pada Perang Dunia Kedua, Jerman Nazi menginvasi Prancis. Pada 1941, Jepang menggulingkan Prancis dari Kamboja, dengan Sihanouk memproklamasikan kemerdekaan negaranya.[33] Setelah perang berakhir dengan kekalahan Jerman dan Jepang, Prancis merebut kembali kekuasaannya atas Kamboja pada 1946,[34] namun memperbolehkan pembentukan konstitusi baru dan pendirian berbagai partai politik.[35] Partai paling sukses adalah Partai Kamboja, yang memenangkan pemilihan umum 1946.[36] Menurut sejarawan David Chandler, Sâr dan Sary bekerja untuk partai tersebut pada kampanye pemilu suksesnya.[37] Sebaliknya, Short menyatakan bahwa Sâr tak memiliki hubungan dengan partai tersebut.[31] Sihanouk menentang reformasi berpemahaman kiri dari partai tersebut. Pada 1948, Majelis Nasional dibubarkan dan diganti dengan pemerintahan melalui dekret.[38] Para anggota kelompok Marxis-Leninis pimpinan Ho Chi Minh, Việt Minh, juga mendirikan gerakan Marxis–Leninis, namun terhalang oleh ketegangan etnis antara Khmer dan Vietnam. Kabar kelompok tersebut disensor dari pers dan secara tak nampak Sâr menyadarinya.[39]

Paris: 1949–1953[sunting | sunting sumber]

Sâr datang ke Paris, Prancis (gambar pada 1960).

Akses menuju pendidikan ke luar negeri membuat Sâr menjadi bagian dari elit kecil di Kamboja.[40] Ia dan 21 murid terpilih lainnya berlayar dari Saigon menggunakan SS Jamaïque, berhenti di Singapura, Kolombo, dan Jibuti dalam perjalanan menuju Marseille.[41] Pada Januari 1950, Sâr masuk ke École française de radioélectricité untuk belajar elektronik radio.[42] Ia mengambil ruang di Paviliun Indochina Cité Universitaire,[43] kemudian menginap di rue Amyot,[42] dan kemudian tidur di sudut rue de Commerce dan rue Letelier.[44] Sâr mendapatkan nilai-nilai bagus pada tahun pertamanya. Ia gagal dalam ujian akhir tahun pertamanya namun diijinkan untuk mengambilnya kembali dan nyaris lulus, memungkinkannya untuk melanjutkan pendidikannya.[45]

Sâr menjalani tiga tahun di Paris.[43] Pada musim panas 1950, ia menjadi salah satu dari 18 murid Kamboja yang bergabung dengan para rekan Prancis dalam perjalanan ke RFS Yugoslavia untuk menjadi sukarelawan dalam sebuah batalion buruh yang membangun jalan kendaraan bermotor di Zagreb.[46] Ia kembali ke Yugoslavia pada tahun berikutnya untuk liburan kemping.[44] Sâr membuat sedikit atau tidak berupaya untuk berasiminasi dalam budaya Prancis[47] dan tak pernah sepenuhnya hapal bahasa Prancis.[42] Meskipun demikian, ia menjadi familiar dengan sastra Prancis. Salah satu pengarang favoritnya adalah Jean-Jacques Rousseau.[48] Persahabatan paling signifikannya di negara tersebut adalah dengan Ieng Sary, yang bergabung dengannya disana, Thiounn Mumm dan Keng Vannsak.[49] Ia menjadi anggota lingkaran diskusi Vannsak, yang memiliki para anggota berideologi beragam mendiskusikan cara-cara untuk mencapai kemerdekaan Kamboja.[50]

Di Paris, Ieng Sary dan dua murid lainnya mendirikan Cercle Marxiste ("Lingkaran Marxis"), sebuah organisasi Marxis–Leninis yang berwujud dalam sistem sel rahasia.[51] Sel-sel tersebut bertemu untuk membaca teks-teks Marxis dan mengadakan sesi-sesi kritisisme diri.[52] Sâr bergabung dengan sebuah sel yang bertemu di rue Lacepède; para kamerad selnya meliputi Hou Yuon, Sien Ary, dan Sok Knaol.[51] Ia membantu mendipublikasi surat kabar Cercle, Reaksmei ("Percikan Api"), yang mengambil nama dari sebuah bekas surat kabar Rusia.[53] Pada Oktober 1951, Yuon terpilih menjadi kepala Asosiasi Pelajar Khmer (AEK; l'Association des Etudiants Khmers), menjalin hubungan dengan antara organisasi tersebut dengan kelompok sayap kiri Union Nationale des Étudiants de France.[54] Cercle Marxiste memanipulasi AEK dan organisasi-organisasi penerusnya selama 19 tahun kemudian.[51] Beberapa bulan setelah pembentukan Cercle Marxiste, Sâr dan Sary bergabung dengan Partai Komunis Prancis (PCF).[55] Sâr menghadiri pertemuan-pertemuan partai, yang meliputi orang-orang dari kelompok Kamboja-nya, dan membaca majalahnya, Les Cahiers Internationaux.[56] Gerakan Marxis–Leninis saat itu berada dalam posisis yang kuat di dunia. Partai Komunis Tiongkok saat itu telah berkuasa di bawah kepemimpinan Mao Zedong dan Partai Komunis Prancis menjadi salah satu partai politik terbesar di negaranya,[57] meraih persentase suara sekitar 25% dalam pemilu Prancis.[58]

Di Paris, Pol Pot terinspirasi oleh tulisan-tulisan Mao Zedong dan Josef Stalin (difoto bersaa pada 1949) tentang cara memicu sebuah revolusi dan membangun sebuah negara berpemerintahan Marxis–Leninis.

Sâr menyadari bahwa kebanyakan teks buatan Karl Marx menyulitkan, kemudian berkata bahwa ia "tak benar-benar memahami"nya.[56] Meskipun demikian, ia menjadi familiar dengan tulisan-tulisan pemimpin Uni Soviet Josef Stalin,[59] terutama Sejarah Partai Komunis Uni Soviet (Bolshevik).[56] Pendekatan Stalin terhadap Marxisme—yang dikenal sebagai Stalinisme—memberikan esensi tujuan hidup bagi Sâr .[60] Sâr juga membaca karya Mao, khususnya Perihal Demokrasi Baru, sebuah teks yang menjelaskan kerangka Marxis–Leninis untuk melaksanakan revolusi dalam masyarakat semi-feodal, kolonial dan semi-kolonial.[61] Sealin teks-teks tersebut, Sâr membaca buku anarkis Peter Kropotkin tentang Revolusi Prancis, Revolusi Besar.[62] Dari Kropotkin, ia memegang gagasan bahwa sebuah aliansi antara intelektual dan petani dibutuhkan untuk revolusi; bahwa revolusi dapat dilakukan tanpa kompromi pada kesimpulannya untuk terwujud; dan bahwa egalitarianisme adalah dasar dari masyarakat komunis.[63]

Di Kamboja, peningkatan ketegangan dalam negeri membuat Raja Sihanouk membubarkan pemerintah dan mengangkat dirinya sendiri menjadi perdana menteri.[64] Dalam menanggapinya, Sâr menulis sebuah artikel, "Monarki atau Demokrasi?", yang diterbitkan dalam majalah pelajar Khmer Nisut dengan pseudonim "Khmer daom" ("Khmer asli").[65] Didalamnya, ia menyatakan agama Buddha secara positif, menggambarkan para biksu Buddha sebagai unsur anti-monarki pada pihak petani.[66] Di sebuah pertemuan, Cercle memutuskan untuk mengirim beberapa orang ke Kamboja untuk melihat situasi dan memutuskan untuk mendukung kelompok pemberontak. Sâr berperan secara sukarela.[67] Ia memutuskan untuk hengkang juga karena ia gagal pada ujian tahun keduanya berturut-turut dan sehingga kehilangan beasiswanya.[68] Pada Desember, ia menumpangi SS Jamaïque,[69] kembali ke Kamboja tanpa gelar.[70]

Kegiatan revolusioner dan politik[sunting | sunting sumber]

Pulang ke Kamboja: 1953–1954[sunting | sunting sumber]

Raja Sihanouk membubarkan pemerintah Kamboja dan Majelis Nasional sebelum meraih kemerdekaan dari kekuasaan kolonial Prancis pada 1953.

Sâr datang ke Saigon pada 13 Januari 1953, pada hari yang sama dimana Sihanouk membubarkan Majelis Nasional yang dikendalikan Partai Demokrat, memulai pemerintahan melalui dekret, dan menahan para anggota parlemen Partai Demokrat tanpa diadili.[67] Di tengah-tengah Perang Indochina Pertama di negara tetangga Indochina Prancis, Kamboja berada dalam perang saudara,[71] dengan pembantaian warga sipil dan kejahatan lainnya dilakukan oleh seluruh pihak.[72] Sâr menjalani beberapa bulan di markas besar Pangeran Norodom Chantaraingsey—pemimpin sebuah faksi—di Trapeng Kroloeung,[73] sebelum pindah ke Phnom Penh, dimana ia bertemu dengan rekan anggota Cercle, Ping Say, untuk membahas keadaan.[74] Sâr menganggap Khmer Việt Minh, sebuah anak kelompok gerilya campuran Vietnam dan Kamboja dari Vietnam Utara-yang berbasis di Việt Minh, sebagai kelompok pemberontak paling menjanjikan. Ia meyakini hubungan Khmer Việt Minh dengan Việt Minh dan sehingga gerakan Marxis–Leninis menjadikannya kelompok terbaik untuk mendukung Cercle Marxiste.[75] Para anggota Cercle di Paris memegang rekomendasinya.[76]

Pada Agustus 1953, Sâr dan Rath Samoeun datang ke Krabao, markas besar Zona Timur Việt Minh.[77] Sepanjang sembilan bulan berikutnya, sekitar 12 anggota Cercle lainnya bergabung dengan mereka di sana.[78] Mereka menyadari bahwa Khmer Việt Minh dijalankan dan didominasi dalam hal jumlah oleh para gerilyawan Vietnam, dengan para rekrutan Khmer kebanyakan diberi tugas-tugas kasar. Sâr ditugaskan untuk menumbuhkan ubi kayu dan bekerja di kantin.[79] Di Krabao, ia meraih pemahaman dasar bahasa Vietnam,[80] dan diangkat menjadi sekretaris dan ajudan untuk Tou Samouth, Sekretaris Zona Timur Khmer Việt Minh.[81]

Sihanouk menginginkan kemerdekaan dari kekuasaan Prancis. Karena Prancis menolak keinginannya, ia menyerukan pemberontakan masyarakat terhadap pemerintahannya pada Juni 1953. Pasukan Khmer meninggalkan Angkatan darat Prancis dalam jumlah besar dan pemerintahan Prancis mengalah, ketimbang mengambil resiko perang yang berlarut-larut dan boros untuk mempertahankan kekuasaan.[82] Pada November, Sihanouk mendeklrasikan kemerdekaan Kamboja.[83] Konflik sipil kemudian mereda, dengan Prancis membekingi perang Sihanouk melawan para pemberontak.[84] Setelah Konferensi Jenewa diadakan untuk mengakhiri Perang Indochina Pertama, Sihanouk menjalin perjanjian dari Vietnam Utara agar mereka menarik pasukan Khmer Việt Minh dari wilayah Kamboja.[85] Unit-unit Khmer Việt Minh terakhir meninggalkan Kamboja dan hengkang ke Vietnam Utara pada Oktober 1954.[86] Sâr tak menjadi salah satu dari mereka, memutuskan untuk bertahan di Kamboja. Ia berjalan kaki melalui Vietnam Selatan, menuju Prey Veng untuk mencapai Phnom Penh.[87] Ia dan Marxis–Leninis Kamboja lainnya memutuskan untuk menjalankan tujuan mereka melalui sarana pemilu.[88]

Perkembangan gerakan Marxis–Leninis: 1955–1959[sunting | sunting sumber]

Para Marxis–Leninis Kamboja ingin beroperasi diam-diam namun juga mendirikan partai sosialis, Pracheachon, untuk dijadikan sebagai organisasi garis depan dimana mereka bersaing dalam pemilu 1955.[89] Meskipun Pracheachon memiliki dukungan kuat di beberapa wilayah, kebanyakan pengamat mengharapkan Partai Demokrat untuk menang.[90] Para Marxis–Leninis melakukan entriisme untuk mempengaruhi kebijakan Partai Demokrat. Vannsak menjadi wakil sekretaris partai, dengan Sâr sebagai asistennya, mungkin untuk membantu mengatur kerangka partai tersebut.[91] Sihanouk mengkhawatirkan pemerintahan Partai Demokrat. Pada Maret 1955, ia turun takhta dan digantikan oleh ayahnya, Norodom Suramarit. Hal ini membolehkannya untuk secara sah mendirikan sebuah partai politik, Sangkum Reastr Niyum, yang bersaing dalam pemilu.[92] Pemilu September diwarnai intimidasi pemilih dan kecurangan pemilu, yang membuat Sangkum memenangkan seluruh 91 kursi.[93] Pendirian Sihanouk terhadap negara satu partai de facto mewujudkan harapan agar Kamboja dapat dikuasai dalam hal elektoral.[94] Selain itu, pemerintah Vietnam Utara menganggap Marxis-Leninis Kamboja tak memulai kembali perjuangan bersenjata. Vietnam Utara berfokus pada penaklukan Vietnam Selatan dan hanya memiliki sedikit keinginan untuk menggoyahkan rezim Sihanouk mengingat mereka menganggap bahwa rezim tersebut masih tak melakukan persekutuan internasional seperti halnya pemerintah Thailand dan Vietnam Selatan yang bersekutu dengan Amerika Serikat yang anti-komunis.[95]

Sâr menyewa sebuah rumah di di wilayah Boeng Keng Kang, Phnom Penh.[96] Meskipun tak terkuaifikasi untuk mengajar di sekolah negeri,[97] ia mendapatkan pekerjaan untuk mengajar sejarah, geografi, sastra Prancis dan moral di sebuah sekolah swasta, Chamraon Vichea ("Pengetahuan Progresif").[98] Murid-muridnya, yang meliputi kelak novelis Soth Polin, menganggapnya sebagai guru yang baik.[99] Ia mendekati kembang desa Soeung Son Maly[100] sebelum menjalin hubungan dengan rekan revolusioner komunis Khieu Ponnary, saudari dari istri Sary, Thirith.[101] Mereka menikah dalam upacara Buddha pada Juli 1956.[102] Ia masih menaungi kebanyakan komunikasi bawah tanah Marxis–Leninis. Semua pembalasan pesan antara Partai Demokrat dan Pracheachon datang melaluinya.[103] Sihanouk menindak gerakan Marxist–Leninis, yang keanggotaannya telah berkurang setengahnya semenjak akhir perang saudara.[104] Hubungan dengan Marxis-Leninis Vietnam Utara menurun, sesuatu yang kemudian dipandang oleh Sâr sebagai anugerah.[105] Ia dan anggota lainnya makin memandang warga Kamboja terlalu deferensial ketimbang rekanan Vietnam mereka. Terkait hal tersebut, Sâr, Tou Samouth, dan Nuon Chea merancang program dan statuta untuk partai Marxis-Leninis baru yang akan bersekutu dengan namun tak menjadi bawahan dari Vietnam.[106] Mereka mendirikan sel-sel partai, mendorong perekrutan sejumlah kecil anggota berdedikasi, dan mengadakan seminar-seminar politik di rumah-rumah aman.[107]

Partai Buruh Kamboja: 1959–1962[sunting | sunting sumber]

Pada konferensi tahun 1959, kepemimpinan gerakan tersebut mendirikan Partai Buruh Kamboja, yang berlandasakn pada model sentralisme demokratik Marxis–Leninis. Sâr, Tou Samouth dan Nuon Chea menjadi bagian dari Komite Urusan Umum beranggotakan empat orang yang memimpin partai tersebut.[108] Keberadaannya menyimpan rahasia dari para non-anggota.[109] Konferensi Partai Buruh Kamboja, yang diadakan diam-diam dari September sampai October 1960 di Phnom Penh, mengangkat Samouth menjadi sekretaris partai dan Nuon Chea menjadi wakilnya, sementara Sâr dan Ieng Sary masing-masing memegang jabatan senior ketiga dan keempat.[110][111]

Sihanouk berpidato menentang Marxis-Leninis Kamboja. Meskipun ia adalah sekutu pemerintahan Marxis-Leninis Tiongkok dan memegang kepercayaan dalam kapasitas Marxisme–Leninisme untuk mengubah perkembangan ekonomi dan keadilan sosial, ia juga memegang sifat totalitarian dan penekanannya terhadap kebebasan personal.[112] Pada Januari 1962, jasa-jasa keamanan Sihanouk menindak lebih lanjut kaum sosialis Kamboja, memenjarakan para pemimpin Pracheachon' dan membuat sebagian besar anggotanya meninggalkan partai tersebut.[113] Pada Juli, Samouth ditangkap, disiksa dan dibunuh.[114] Nuon Chea juga digulingkan dari kegiatan politiknya, meninggalkan Sâr menjadi pemimpin partai.[115]

Selain menghadapi perlawanan sayap kiri, pemerintahan Sihanouk menghadapi pertentangan dari oposisi sayap kanan pada mantan Menteri Negara Sihanouk, Sam Sary, yang dibekingi oleh Amerika Serikat, Thailand dan Vietnam Selatan.[116] Setelah Vietnam Selatan mendukung kudeta gagal terhadap Sihanouk, hubungan antar negara tersebut merenggang dan Amerika Serikat menginisiasikan blokade ekonomi Kamboja pada 1956.[117] Setelah ayah Sihanouk wafat pada 1960, Sihanouk memperkenalkan amandemen konstitusional yang membolehkan dirinya sendiri menjadi kepala negara seumur hidup.[118] Pada Februari 1962, unjuk rasa pelajar anti-pemerintahan berujung pada kerusuhan, dimana Sihanouk membubarkan pemerintahan Sangkum, menyerukan pemilu baru, dan membuat daftar 34 orang Kamboja berpemahaman kiri, yang menuntut agar mereka menemuinya untuk mendirikan pemerintahan baru.[119] Sâr berada pada daftar tersebut, mungkin karena perannya sebagai guru, namun enggan bertemu dengan Sihanouk. Ia dan Ieng Sary pergi dari Phnom Penh ke perkempingan Viet Cong dekat Thboung Khmum di hutan sepanjang perbatasan Kamboja dengan Vietnam Selatan.[120] Menurut Chandler, "dari titik ini, ia menjadi revolusioner waktu penuh".[121]

Rencana pemberontakan: 1962–1968[sunting | sunting sumber]

Kondisi kamp Viet Cong sangat sederhana dan langka makanan.[122] Ketika pemerintahan Sihanouk menindak gerakan tersebut di Phnom Penh, jumlah anggotanya yang kabur untuk bergabung dengan Sâr di pangkalan hutannya meningkat.[123] Pada Februari 1963, di konferensi kedua partai tersebut, yang diadakan di apartemen Phnom Penh pusat, Sâr terpilih menjadi sekretaris partai, namun kemudian kabur ke hutan untuk menghindari penindasan oleh pemerintahan Sihanouk.[124] Pada awal 1964, Sâr mendirikan perkempingannya sendiri, Kantor 100, pada sisi perbatasan Vietnam Selatan. Viet Cong membolehkan tindakan-tindakannya untuk secara resmi terpisah dari diri mereka sendiri, namun masih menggunakan kontrol signfikan pada kampnya.[123] Pada pleno Komite Pusat partai tersebut, mereka sepakat bahwa mereka harus menekankan kembali kemerdekaan mereka dari Marxis-Leninis Vietnam dan mendorong perjuangan bersenjata melawan Sihanouk.[123]

Komite Pusat bertemu lagi pada Januari 1965 untuk mengecam "transisi damai" menuju sosialisme yang dilakukan oleh Perdana Menteri Uni Soviet Nikita Khrushchev, yang menuduhnya sebagai revisionis.[125] Berseberangan dengan penafsiran Khrushchev terhadap Marxisme–Leninisme, Sâr dan para kameradnya berniat untuk mengambangkan ragam Kamboja mereka sendiri dari ideologi tersebut.[126] Penafsiran mereka beralih dari fokus Marxis yang sesungguhnya tentang proletariat perkotaan sebagai unsur revolusi untuk membangun sosialisme, dan sebagai penggantinya memberikan peran tersebut kepada petani pedesaan, kelas yang jauh lebih besar dalam masyarakat Kamboja.[127] Pada 1965, partai tersebut menganggap proletariat kecil Kamboja sebagai sepenuhnya "agen-agen musuh" dan secara sistematis menolak keanggotaan mereka.[128] Wilayah pertumbuhan utama partai tersebut berada di provinsi-provinsi pedesaan. Pada 1965, para anggotanya berjumlah 2000.[129] Pada April 1965, Sâr berjalan kaki dari Jalur Ho Chi Minh ke Hanoi untuk bertemu para tokoh pemerintahan Vietnam Utara, yang meliputi Ho Chi Minh dan Lê Duẩn.[130] Vietnam Utara sedang berhadapan dengan Perang Vietnam dan sehingga tak ingin pasukan Sâr untuk menggoyahkan pemerintahan Sihanouk; pendirian anti-Amerika Sihanouk menjadikannya sekutu de facto.[131] Di Hanoi, Sâr membaca arsip-arsip Partai Buruh Vietnam, yang mendorong agar Marxis-Leninis Vietnam membentuk Federasi Indochina dan sehingga kepentingan mereka selaras dengan Kamboja.[132]

Pada November 1965, Saloth Sâr kabur dari Hanoi ke Beijing, dimana tuan rumah resminya adalah Deng Xiaoping, meskipun ia lebih banyak bertemu dengan Peng Zhen.[133] Sâr meraih sikap simpatetik dari banyak anggota dalam pemerintahan Partai Komunis Tiongkok (PKT)—khususnya Chen Boda, Zhang Chunqiao dan Kang Sheng—yang berbagi pandangan negatifnya terhadap Khrushchev di tengah-tengah perpecahan Tiongkok-Soviet.[134][135] Para pejabat PKT juga melatihnya tentang topik-topik seperti kediktatoran proletariat, perjuangan kelas dan pembersihan politik.[134][136] Di Beijing, Sâr menyaksikan Revolusi Kebudayaan yang terjadi di Tiongkok, yang mempengaruhi kebijakan-kebijakan buatannya pada masa berikutnya.[137]

Bendera Partai Komunis Kamboja, sebuah kelompok yang para anggotanya secara tak resmi dikenal sebagai "Khmer Merah"

Sâr meninggalkan Beijing pada Februari 1966, dan kembali ke Hanoi sebelum perjalanan empat bulan di sepanjang Jalur Ho Chi Minh untuk mencapai pangkalan baru Marxis-Leninis Kamboja di Loc Ninh.[134][138] Pada Oktober 1966, ia dan para pemimpin partai Kamboja lainnya membuat banyak keputusan penting. Mereka mengganti nama organisasi mereka menjadi Partai Komunis Kamboja (PKK), sebuah keputusan yang awalnya bersifat rahasia.[139] Sihanouk mulai menyebut para anggotanya sebagai "Khmer Merah" ('Kamboja Merah'), namun mereka tak memakai istilah tersebut untuk diri mereka sendiri.[140] Mereka sepakat bahwa mereka memindahkan markas besar mereka ke Provinsi Ratanakiri, jauh dari Viet Cong.[141] Di samping pandangan soal Vietnam Utara, mereka akan mengkomandoi setiap komite zona partai untuk mempersiapkan peluncuran ulang perjuangan bersenjata.[142] Vietnam Utara enggan untuk membantunya, menolak permintaan persenjataan untuk mereka.[143] Pada November 1967, Sâr pergi dari Tay Ninh ke markas Kantor 102 dekat Kang Lêng. Pada perjalanan tersebut, ia terserang malaria dan mengharuskannya dirawat di pangkalan medis Viet Cong dekat Gunung Ngork.[144] Pada Desember, rencana untuk konflik bersenjata diwujudkan, dengan perang dimulai di Zona Barat Laut dan kemudian menyebar ke wilayah lainnya.[145] Karena komunikasi di Kamboja lambat, setiap Zona beroperasi sendiri-sendiri sepanjang sebagian besar masa tersebut.[146]

Perang Saudara Kamboja[sunting | sunting sumber]

Melawan Sihanouk[sunting | sunting sumber]

Pada Januari 1968, perang diluncurkan dengan serangan ke pos tentara Teluk Damran di selatan Battambang.[147] Serangan berikutnya mentargetkan polisi dan prajurit serta merampas persenjataan.[146] Pemerintahan menanggapinya dengan kebijakan-kebijakan bumi hangus, membombardir wilayah-wilayah dari udara dimana para pemberontak bertindak.[148] Kebrutalan tentara tersebut membantu niat para pemberontak;[149] karena pemberontakan merebak, lebih dari 100.000 penduduk desa bergabung dengan mereka.[146] Pada musim panas, Sâr memindahkan pangkalannya sejauh 30 mil dari utara ke Jalur Naga yang bergunung, untuk menghindari perambahan pasukan pemerintah.[150] Pada pangkalan tersebut, yang disebut K-5, ia meningkatkan dominasinya atas partai tersebut dan memiliki perkempingan, staf dan garda terpisah miliknya sendiri. Tak ada orang luar yang diijinkan bertemu dengannya tanpa kawalan.[150] Ia menggantikan Sary dalam jabatan Sekretaris Zona Timur Laut.[151] Pada November 1969, Sâr bergerak ke Hanoi untuk mendorong agar pemerintah Vietnam Utara untuk menyediakan bantuan militer langsung. Mereka menolak dan menganggapnya mengembalikan perjuangan politik.[152] Pada Januari 1970, iad atang ke Beijing.[152] Di sana, istrinya mulai menunjukan tanda-tanda awal skizofrenia paranoid kronis ketika ia didiagnosis.[153]

Melawan Lon Nol[sunting | sunting sumber]

Kolaborasi dengan Sihanouk: 1970–1971[sunting | sunting sumber]

Pada 1970, sebuah kudeta pimpinan Lon Nol mengambil alih Kamboja dan mendirikan pemerintahan sayap kanan yang pro-AS.

Pada Maret 1970, saat Sâr berada di Beijing, para anggota parlemen Kamboja pimpinan Lon Nol menggulingkan Sihanouk saat ia keluar dari negara tersebut.[154] Sihanouk juga datang ke Beijing, dimana Partai-partai Komunis Tiongkok dan Vietnam Utara membujuknya untuk membentuk aliansi dengan Khmer Merah untuk menggulingkan pemerintahan sayap kanan Lon Nol. Sihanouk pun sepakat.[155] Atas nasehat Zhou Enlai, Sâr juga sepakat, meskipun peran dominannya dalam PKK disembunyikan dari Sihanouk.[156] Sihanouk kemudian membentuk pemerintahan dalam pengasingan miliknya sendiri di Beijing dan meluncurkan Front Persatuan Nasional Kamboja untuk menggabungkan lawan-lawan Lon Nol.[157] Dukungan Sihanouk terhadap Khmer Merah sangat membantu dalam prekrutan, dengan Khmer Merah melakukan perluasan berukuran masif. Kebanyakan rekrutan baru untuk Khmer Merah adalah petani apolitis yang berjuga dalam mendukung Raja, bukan untuk komunisme, yang sedikit mereka pahami.[158]

Pada April 1970, Sâr datang ke Hanoi.[159] Ia menekankan agar Lê Duẩn yang meskipun ia ingin Vietnam untuk mensuplai Khmer Merah dengan senjata, ia tak menginginkan pasukan: rakyat Kamboja ingin menggulingkan sendiri Lon Nol.[160] Sementara itu, Tentara Vietnam Utara, dalam kolaborasi dengan Viet Cong, menginvasi Kamboja untuk menyerang pasukan Lon Nol. Akibatnya, Vietnam Selatan dan Amerika Serikat mengirim pasukan negara tersebut untuk mempertahankan pemerintahannya.[161] Ini membuat Kamboja masuk dalam Perang Indochina Kedua yang sedang terjadi di Vietnam.[162] AS menjatuhkan bom sebanyak tiga kali ketika berada di Kamboja pada konflik tersebut seperti halnya yang mereka lakukan terhadap Jepang pada Perang Dunia II.[163] Meskipun mentargetkan perkempingan Viet Cong dan Khmer Merah, pengeboman tersbeut utamanya berdampak pada warga sipil.[164] Hal ini membantu perekrutan penuh pada Khmer Merah,[165] yang memiliki sekitar 12.000 prajurit reguler pada akhir 1970 dan berjumlah empat kali lipat pada 1972.[166]

Setelah pasukan Marxis–Leninis Vietnam menginvasi Kamboja untuk menggulignkan pemerintahan Lon Nol, AS (gambar tentara) juga mengirimkan militernya untuk mempertahankan pemerintahannya

Pada Juni 1970, Sâr meninggalkan Vietnam dan datang ke pangkalan K-5.[167] Pada Juli, ia mengepalai wilayah selatan. Peristiwa tersebut berada pada saat ia menyebut dirinya sendiri sebagai "Pol", sebuah nama yang kemudian ia perpanjang menjadi "Pol Pot".[168] Pada September, ia bermarkas di sebuah kamp di perbatasan Kratie dan Kompong Thom, dimana ia mengadakan pertemuan Komite Pendirian PKK. Meskipun sedikit anggota senior yang dapat hadir, pertemuan tersebut menghasilkan sebuah resolusi mengenai prinsip "kemerdekaan-penguasaan", gagasan yang menyatakan agar Kamboja harus berdikari dan sepenuhnya independen dari negara lainnya.[169] Pada November, Pol Pot, Ponnary, dan kelompok perjalanan mereka berpindah ke pangkalan K-1 dit Dângkda.[170] Kediamannya didirikan di sisi utara sungai Chinit. Orang-orang yang memasukinya sangat dikontrol.[171] Pada akhir tahun, pasukan Marxis telah menguasai lebih dari separuh Kamboja.[163] Khmer Merah memainkan peran terbatas pada hal ini. Sepanjang 1971 dan 1972, mayoritas pertikaian melawan Lon Nol dilakukan oleh pasukan Vietnam atau pasukan Kamboja di bawah kendali Vietnam.[172]

Pada Januari 1971, pertemuan Komite Pusat diadakan di pangkalan tersebut. Pertemuan tersebut dihadiri oleh 27 delegasi untuk mendiskusikan perang.[173] Pada 1971, Pol Pot dan para anggota partai senior lainnya berfokus pada pembentukan tentara Khmer Merah reguler dan pemerintahan yang dapat memegang peran sentral saat pasukan Vietnam menarik diri.[170] Keanggotaan partai tersebut dibuat lebih selektif, hanya diijinkan kepada orang-orang yang dipandang sebagai "petani miskin", bukan orang-orang yang dipandang sebagai "petani menengah" atau pelajar.[174] Pada Juli dan Agustus, Pol Pot menjalankan kursus pelatihan sebulan untuk para kader PKK di markas besar Zona Utara.[175] Hal ini disusul oleh Kongres Ketiga PKK, yang dihadiri oleh sekitar 60 delegasi, dimana Pol Pot diangkat menjadi Sekretaris Komite Pusat dan Ketua Komisi Militer-nya.[175]

Kelanjutan konflik: 1972[sunting | sunting sumber]

Seragam-seragam yang dikenakan oleh Khmer Merah pada masa kekuasaan mereka

Pada awal 1972, Pol Pot melakukan perjalanan peliling pertamanya ke wilayah-wilayah yang telah dikuasai oleh Marxis di Kamboja.[175] Di wilayah-wilayah tersebut, yang disebut "zona-zona yang dibebaskan", korupsi ditumpas, judi dilarang, dan alkohol dan hubungan luar nikah diberantas.[176] Dari 1970 sampai 1971, Khmer Merah umumnya melakukan penumbuhan hubungan baik dengan para penduduk, mengadakan pemilu lokal dan majelis.[177] Beberapa orang yang dianggap bertentangan terhadap gerakan tersebut dieksekusi, meskipun hal tersebut kurang umum.[176] Transporatsi motor swasta diharuskan.[178] Toko-toko kooperatif menjual barang-barang seperti obat, busana dan minyak tanah dibentuk, menyediakan barang-barang impor dari Vietnam.[178] Para petani yang lebih kaya meredistribusikan lahan mereka pada akhir 1972, seluruh keliuarga yang tinggal di wilayah kekuasaan Marxis diberi lahan berukuran setara.[179] Strata termiskin masyarakat Kamboja dimanfaatkan dari reformasi tersebut.[178]

Sejak 1972, Khmer Meerah mulai berniat merombak seluruh Kamboja dalam citra petani miskin, yang hidup di pedesaan, terisolasi dan berdikari dipandang sebagai kalangan yang patut ditiru.[180] Pada Mei 1972, kelompok tersebut mulai memerintah semua orang yang hidup di bawah kekuasaannya untuk berbusana seperti petani miskin, dengan busana hitam, selendang krama merah dan putih, dan sandal yang terbuat dari ban mobil. Pembatasan tersebut awalnya diberlakukan terhadap kelompok etnis Cham sebelum diberlakukan juga ke kelompok lainnya.[181] Pol Pot juga berbusana demikian.[182]

Para anggota PKK diharapkan menghadiri "pertemuan gaya hidup" (terkadang harian) dimana ia melakukan krtisisme dan kritisisme diri. Hal tersebut menanamkan suasana kewaspadaan dan kecurigaan terus menerus dalam gerakan tersebut.[183] Pol Pot dan Nuon Chea memimpin sesi-sesi semacam itu di markas besar mereka, meskipun mereka dikecualikan dari kritisisme diri mereka sendiri.[184] Pada awal 1972, hubungan antara Khmer Merah dan sekutu-sekutu Marxis Vietnam mereka menajdi merenggang dan beberapa pertikaian kekerasan terjadi.[185] Pada tahun tersebut, perpecahan pasukan utama Vietnam Utara dan Viet Cong mulai menarik keluar Kamboja, utamanya karena mereka dibutuhkan untuk serangan melawan Saigon.[186] Karena menjadi lebih dominan, PKK memberlakukan peningkatan jumlah kontrol terhadap pasukan Vietnam aktif di Kamboja.[187] Pada 1972, Pol Pot mendorong agar Sihanouk meninggalkan Beijing dan melakukan perjalanan keliling ke wilayah-wilayah Kamboja di bawah kekuasaan PKK. Saat Sihanouk melakukannya, ia bertemu dengan para figur PKK senior, termasuk Pol Pot, meskipun identitas Pol Pot disembunyikan dari raja tersebut.[188]

Kolektivisasi dan penaklukan Phnom Penh: 1973–1975[sunting | sunting sumber]

Pada May 1973, Pol Pot memerintahkan kolektivisasi desa-desa di wilayah yang dikuasai.[189] Pergerakan tersebut bersifat ideologis, dalam membangun masyarakat sosialis yang dihindarkan dari properti pribadi, dan taktikal, di wilayah yang membolehkan kendali yang lebih besar oleh Khmer Merah atas suplai pangan, membolehkan agar para petani tak melayani unsur pemerintahan.[190] Kebanyakan penduduk desa benci terhadap kolektivisasi dan penjagalan hewan ternak mereka untuk mencegah agar tak menjadi milik bersama.[191] Sepanjang enam bulan berikutnya, sekitar 60.000 orang Kamboja kabur dari wilayah di bawah kekuasaan Khmer Merah.[190] Khmer Merah memberlakukan wajib militer untuk menambah pasukan.[192] Hubungan antara Khmer Merah dan Vietnam Utara masih merenggang. Setelah Vietnam Utara secara temporer mengurangi penguruman senjata ke Khmer Merah, Komite Pusat PKK bersepakat pada Juli 1973 agar Vietnam Utara seharusnya dianggap sebagai "teman dengan konflik".[193] Pol Pot memerintahkan penahanan banyak Khmer Merah yang menjalankan waktu di Vietnam Utara dan dianggap terlalu bersimpati terhadap mereka. Kebanyakan dari orang tersebut kemudian dieksekusi.[194]

Pada musim panas 1973, Khmer Merah meluncurkan serangan besar pertamanya ke Phnom Penh, namun terpaksa berbalik di tengah kekalahan berat.[195] Pada tahun berikutnya, mereka mulai membombardir kota tersebut dengan artileri.[196] Pada musim gugur, Pol Pot datang ke sebuah markas di Chrok Sdêch di timur kaki bukit Pegunungan Cardamom.[197] Pada musim dingin, ia kembali ke pangkalan Chinit Riber dimana ia bertemu dengan Sary dan Chea.[198] Ia menyatakan bahwa Khmer Merah seharusnya mulai berbicara terbuka soal komitmennya untuk membuat Kamboja menjadi masyarakat sosialis dan meluncurkan kampanye rahasia untuk menentang pengaruh Sihanouk.[199] Pada September 1974, pertemuan Komite Pusat diadakan di Meakk, komune Prek Kok.[199] Disana, Khmer Merah sepakat agar mereka memindahkan penduduk kota di Kamboja ke pedesaan. Hal tersebut dianggap perlu untuk menekan kapitalisme yang mereka kaitan dengan budaya perkotaan.[200]

Pemandangan Phnom Penh dari sebuah helikopter AS, 12 April 1975

Pada 1974, pemerintahan Lon Nol kehilangan dukungan besar, baik di dalam maupun luar negeri.[201] Pada 1975, pasukan yang mempertahankan Phnom Penh mulai memutuskan untuk menyerah, kemudian melakukannya dan membolehkan Khmer Merah untuk memasuki kota tersebut pada 17 April.[202] Disana, para prajurit Khmer Merah mengeksekusi antara 700 dan 800 tokoh pemerintahan, militer dan kepolisian senior.[203] Tokoh senior lainnya melarikan diri. Lon Nol melarikan diri dalam pengasingan di AS.[204] Ia meninggalkan Saukham Khoy sebagai pelaksana tugas presiden, meskipun ia juga kabur menaiki kapal Angkatan Laut Amerika Serikat yang berangkat dua belas hari kemudian.[205] Di dalam kota tersebut, militan Khmer Merah di bahwa kekuasaan para panglima Zona berbeda bertikai satu sama lain, sebagian akibat sengketa wilayah dan sebagian karena kesulitan menentukan siapa orang yang menjadi anggota kelompok dan siap yang tidak.[206]

Khmer Merah telah lama memandang penduduk Phnom Penh tak dapat dipercaya, terutama karena jumlah orang di kota tersebut terdiri dari para pengungsi petani yang kabur dari laju Khmer Merah dan dianggap sebagai pengkhianat.[207] Tak lama setelah merebut kota tersebut, Khmer Merah mengumumkan bahwa para penduduknya telah dievakuasi untuk kabur dari penyerbuan pengeboman AS mendatang. Kelompok tersebut secara salah kaprah mengklaim bahwa para penduduknya diperbolehkan untuk kembali setelah tiga hari.[208] Evakuasi tersebut diiringi pergerakan lebih dari 2.5 juta orang keluar dari kota tersebut dengan persiapan yang sangat kecil.[209] Antara 15.000 dan 20.000 orang dikeluarkan dari rumah-rumah sakit kota tersebut dan dipaksa untuk berpawai.[210] Titik-titik pengecekan didirikan bersama dengan jalan raya ke luar kota tersebut dimana para kader Khmer Merah mencari para anggota pawai dan menyingkirkan banyak orang yang ikut serta.[211] Pawai tersebut berlangsung pada bulan terpanas pada tahun tersebut dan diperkirakan sekitar 20.000 orang meninggal di tengah perjalanan.[212][206] Bagi Khmer Merah, pengosongan Phnom Penh dianggap sebagai penyingkiran bukan hanya terhadap kapitalisme di Kaboja, namun juga pangkalan kekuatan Sihanouk dan jaringan mata-mata Central Intelligence Agency (CIA) Amerika Serikat. Peristiwa tersebut membuat Khmer Merah mendominasi negara tersebut dan membolehkan pergerakan pendudukan perkotaan ke produksi pertanian.[213]

Pemimpin Kamboja[sunting | sunting sumber]

Pendirian pemerintahan baru: 1975[sunting | sunting sumber]

Pemerintahan Pol Pot emngadakan pertemuan-pertemuan awalnya di Pagoda Perak, yang kemudian dijadikan sebagai rumah Pol Pot

Pada 20 April 1975, tiga hari setelah perebutan Phnom Penh, Pol Pot diam-diam datang ke kota yang ditinggali.[214] Bersama dengan para pemimpin Khmer Merah lainnya, ia membasiskan dirinya sendiri di stasiun kereta api, yang mudah untuk dipertahankan.[215] Pada awal Mei, mereka memindahkan markas besar mereka ke bekas gedung Kementerian Keuangan.[214] Kepemimpinan partai tersebut kemudian mengadakan pertemuan di Pagoda Perak, dimana mereka bersepakat agar peningkatan produksi pertanian harus menjadi prioritas papan atas dari pemerintahan mereka.[216] Pol Pot mendeklarasikan bahwa "pertanian itu penting untuk pembangunan negara dan pertahanan nasional".[216] Ia meyakini bahwa jika Kamboja tidak dapat berkembang dengan cepat maka Kamboja akan rentan terhadap dominasi Vietnam, seperti yang terjadi pada masa lampau.[217] Tujuan mereka adalah untuk mencapai 70 sampai 80% mekanisasi pertanian dalam lima sampai sepuluh tahun, dan pangkalan industrial modern dalam lima belas sampai dua puluh tahun.[216] Sebagai bagian dari proyek tersebut, Pol Pot memandang penting pengembangan sarana yang mewujudkan agar penduduk pertanian bekerja lebih keras ketimbang sebelumnya.[218]

Khmer Merah ngin mendirikan Kamboha sebagai negara berdikari. Mereka tak menolak bantuan asing, meskipun mereka menganggapnya sebagai kejahatan.[219] Selain Tiongkok mensuplai mereka dengan bantuan pangan substansial, tak ada kabar lainnya terkait bantuan terhadap negara tersebut.[219] Tak lama setelah merebut Phnom Penh, Ieng Sary pergi ke Beijing, menegosiasikan 13.300 ton senjata Tiongkok untuk Kamboja.[220] Di pertemuan Kongres Nasional pada bulan April, Khmer Merah mendeklarasikan bahwa mereka tak mengijinkan pangkalan militer asing manapun di tanah Kamboja, sebuah ancaman bagi Vietnam, yang masih mengerahkan 20.000 pasukan di Kamboja.[221] Untuk meredam ketegangan dari pertikaian teritorial dengan para prajurit mereka atas sengketa Pulau Wai, Pol Pot, Nuon Chea, dan Ieng Sary diam-diam datang ke Hanoi pada bulan Mei, dimana mereka memproporsalkan Traktat Persahabatan antar dua negara tersebut. Dalam jangka pendek, hal tersebut berhasil meredam ketegangan.[222] Setelah Hanoi, Pol Pot datang ke Beijing, lagi-lagi secara diam-diam. Disana, ia bertemu dengan Mao dan kemudian Deng.[223] Meskipun komunikasi dengan Mao diperantarai oleh bantuan para penerjemah, Mao memperingatkan Kamboja muda melawan peniruan cara menuju sosialisme yang dilakukan oleh Tiongkok atau negara lainnya, dan menasehatinya untuk menghindari pengulangan tindakan drastis yang diberlakukan oleh Khmer Merah pada masa sebelumnya.[224] Di Tiongkok, Pol Pot juga diberi pengobatan medis untuk sakit malaria dan penyakit lambung.[225] Pol Pot kemudian mengunjungi Korea Utara dan bertemu dengan Kim Il Sung.[225] Pada pertengahan Juli, ia kembali ke Kamboja,[226] dan menjalani bulan Agustus dengan melakukan perjalanan keliling ke Zona Barat Daya dan Timur.[227]

Anda memiliki serangkaian pengalaman. Itu lebih baik ketimbang kami. Kami tak memiliki hak untuk mengkritikmu ... Pada dasarnya, anda benar. Apakah anda melakukan kesalahan atau tidak? Aku tak tahu. Terutama yang anda miliki. Sehingga perbaiki dirimu sendiri; lakukan pembetulan! ... Jalannya berliku-liku.

— Nasehat Mao terhadap Pol Pot, 1975[228]

Pada Mei, Pol Pot menjadikan Pagoda Perak sebagai kediaman utamanya.[229] Ia kemudian pindah ke bangunan tertinggi di kota tersebut, Gedung Bank yang dibangun pada 1960an, yang menjadi dikenal sebagai "K1".[230] Beberapa tokoh pemerintahan senior lainnya—Nuon Chea, Sary, dan Vorn Vet—juga tinggal disana.[230] Istri Pol Pot, yang penyakit skizofrenia-nya memburuk, dikirim untuk tinggal di sebuah rumah di Boeung Keng Kâng.[230] Kemudian pada 1975, Pol Pot juga mengambil rumah keluarga lama Ponnary di rue Docteur Hahn sebagai kediaman, dan kemudian juga dijadikan vila di selatan kota untuk dirinya sendiri.[230] Untuk memberikan penampilan legitimasi yang lebih besar dalam pemerintahannya, Pol Pot mengadakan pemilu parlementer, meskipun hanya ada satu kandidat dalam setiap dapil kecuali di Phnom Penh.[231] Parlemen kemudian hanya diadakan selama tiga jam.[232]

Meskipun Pol Pot dan Khmer Merah masih menjadi pemerintahan de facto, pemerintahan resmi pada awalnya adalah koalisi GRUNK, meskipun kepala nominalnya, Penn Nouth, berada di Beijing.[233] Sepanjang 1975, kekuasaan Partai Komunis atas Kamboja dirahasiakan.[234] Di pertemuan Kongres Nasional istimewa dari 25–27 April, Khmer Merah sepakat untuk mengangkat Sihanouk menjadi kepala negara nominal,[235] sebuah status yang ia pertahankan sepanjang 1975.[236] Sihanouk membagi waktunya antara Beijing dan Pyongyang namun pada Desember diijinkan untuk pulang ke Kamboja.[237] Pol Pot enyadari bahwa jika meninggalkan luar negeri, Sihanouk dapat menjadi titik utama untuk oposisi dan sehingga harus berdiam dalam pemerintahan Khmer itu sendiri. Ia juga berharap bisa memanfaatkan status Sihanouk dalam Gerakan Non-Blok.[238] Saat pulang, Sihanouk bermukim di istananya dan juga diobati.[239] Sihanouk diijinkan untuk melakukan perjalanan keluar negeri. Pada bulan Oktober, ia menyampaikan Majelis Umum PBB untuk mempromosikan pemerintahan Kamboja yang baru. Pada bulan November, ia berjalan keliling luar negeri.[240]

Pasukan militer Khmer Merah masih terbagi dalam zona-zona berbeda. Pada pawai militer bulan Juli, Pol Pot mengumumkan integrasi formal terhadap seluruh pasukan dalam Tentara Revolusioner nasional, yang dikepalai oleh Son Sen.[233] Meskipun mata uang Kamboja baru dicetak di Tiongkok pada perang saudara, Khmer Merah memutuskan untuk tak menggunakannya. Pada Plenum Komite Pusat yang diadakan di Phnom Penh pada bulan September, mereka sepakat bahwa mata uang akan mengakibatkan korupsi dan menghalangi upaya mereka untuk membentuk masyarakat sosialis.[241] Sehingga, tak ada upah dalam Kamboja Demokratis.[242] Masyarakat diwajibkan untuk melakukan hal apapun yang diperintahkan oleh Khmer Merah kepada mereka, tanpa bayaran. Jika mereka menolak, mereka menghadapi hukuman, terhadap penghukuman mati.[242] Untuk alasan tersebut, Short mengkarakterisasikan Kamboja pimpinan Pol Pot sebagai "negara budak", dengan orang-orangnya benar-benar dipaksakan dalam perbudakan dengan bekerja tanpa bayaran.[242] Pada Plenum September, Pol Pot mengumumkan bahwa seluruh petani diminta untuk memenuhi kuota tiga ton padi atau beras tanpa digiling, per hektar, sebuah peningkatan terhadap rata-rata ladang pada masa sebelumnya.[243] Disana, ia juga mengumumkan bahwa perusahaan harus berfokus pada produksi permesinan pertanian dasar dan barang-barang industrial ringan seperti sepeda.[244]

Reformasi pedesaan[sunting | sunting sumber]

Dari 1975, seluruh orang yang tinggal di pedesaan bersifat kooperatif, yang artinya sebagian besar penduduk Kamboja, direklasifikasikan sebagai anggota salah satu dari tiga kelompok: anggota hak penuh, kandidat, dan penyimpan.[245] Para anggota hak penuh kebanyakan adalah petani miskin atau menengah kebawah, diberikan ratio penuh, dan dapat memegang jabatan-jabatan politik secara kooperatif serta bergabung dengan tentara dan Partai Komunis.[245] Para kandidat masih dapat memegang jabatan pemerintahan tingkat rendah.[245] Penerapan sistem tripartit tersebut tak merata dan diperkenalkan ke wilayah berbeda pada waktu berbeda.[245] Atas dasar tersebut, pembagian masyarakat dasar masih antara rakyat "dasar" dan rakyat "baru".[245] Niat Pol Pot dan partai tak pernah menguji seluruh rakyat "baru" meskipun rakyat "baru" biasanya diperlakukan kasar dan ini membuat beberapa komentator meyakini bahwa pengujian adalah keinginan pemerintah.[245] Sebagai gantinya, Pol Pot ngin menggandakan atau mentigakalilipatkan populasi negara, berharap agar negara tersebut dapat mencapai antara 15 dan 20 juta orang dalam satu dasawarsa.[246]

Di desa yang kooperatif, militan Khmer Merah seringkali membunuh orang-orang yang mereka anggap "unsur-unsur buruk".[247] Sebuah pernyataan umum dipakai oleh Khmer Meerah kepada orang-orang yang dieksekusi bahwa "untuk menjagamu tanpa laba, untuk menghancurkanmu tanpa kekalahan."[248] Orang-orang yang dibunuh seringkali dikubur di ladang, dijadikan sebagai pupuk.[247] Pada tahun pertama kekuasaan Khmer Merah, kebanyakan wilayah negara tersebut dapat lolos dari kelaparan disamping populasi meningkat signifikan yang disebabkan oleh evakuasi kota-kota. Terdapat pengecualian, seperti bagian-bagian dari Zona Barat Laut dan wilayah-wilayah barat Kompong Chhnang, dimana kelaparan terjadi pada 1975.[249]

Komite Pendirian baru mendekretkan bahwa populasi akan bekerja sepuluh hari dalam sepekan dengan satu hari libur dari pekerjaan; sebuah sistem yang meniru rancangan yang dipakai usai Revolusi Prancis.[246] Tindakan-tindakan diambil untuk mengindoktrinasi orang-orang yang hidup secara kooperatif, dengan serangkaian frase soal pekerjaan berat dan mencintai Kamboja digunakan secara luas, contohnya siaran melalui pengeras suara atau radio.[250] Neologisme-neologisme diperkenalkan dan pengucapan sehari-hari diatur untuk mendorong mentalitas yang lebih kolektivis. Warga Kamboja didorong untuk berbicara soal diri mereka sendiri dalam kata jamak "kita" ketimbang kata tunggal "aku".[251] Saat bekerja di ladang, orang-orang biasanya dipisahkan menurut jenis kelamin.[252] Olahraga dilarang.[252] Satu-satunya bahan bacaan yang diijinkan untuk dibaca oleh penduduk adalah bacaan-bacaan yang diproduksi oleh pemerintahan, terutama surat kabar Padevat ("Revolusi").[252] Pembatasan dibelakukan pada gerakan, dengan orang-orang hanya diijinkan untuk berpergian dengan ijin otoritas Khmer Merah lokal.[253]

Kamboja Demokratis: 1976–1979[sunting | sunting sumber]

Bendera Kamboja Demokratis

Pada Januari 1976, sebuah pertemuan kabinet diadakan untuk merumuskan konstitusi baru yang mendeklarasikan bahwa negara tersebut berganti nama "Kamboja Demokratis".[254] Konstitusi tersebut mengatur kepemilikan negara atas alat-alat produksi, mendeklarasikan kesetaraan pria dan wanita, serta hak dan kewajiban seluruh warga negara untuk bekerja.[254] Konstitusi tersebut menjelaskan bahwa negara tersebut akan diperintah oleh presidium yang terdiri dari tiga orang. Pada masa itu, Pol Pot dan para pemimpin Khmer Merah menyatakan bahwa Sihanouk akan menempatkan salah satu jabatan tersebut.[254] Meskipun demikian, Sihanouk makin tak nyaman dengan pemerintahan baru. Pada Maret, ia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai kepala negara. Pol Pot berupaya berulang kali untuk mengubah pikirannya, namun gagal.[255] Sihanouk meminta untuk diperbolehkan untuk mendatangi Tiongkok, dengan alasan kebutuhan untuk perawatan kesehatan, namun hal tersebut disangkal. Sebagai gantinya, ia bertahan di istananya, yang diisi dengan barang-barang yang membolehkannya menjalni gaya hidup mewah sepanjang tahun-tahun Khmer Merah.[256]

Pelepasan Sihanouk mengakhiri anggapan bahwa pemerintahan Khmer Merah adalah front persatuan.[257] Dengan Sihanouk tak lagi menjadi bagian dari pemerintahan, pemerintahan Pol Pot menyatakan bahwa "revolusi nasional" telah usai dan "revolusi sosialis" dapat dimulai, membolehkan negara tersebut bergerak menuju komunisme murni sememungkinkannya.[258] Pol Pot mendeskripsikan negara tersebut sebagai "model berharga bagi kemanusiaan" dengan jiwa revolusioner yang melampaui gerakan-gerakan sosialis revolusioner pada masa sebelumnya.[258] Pada 1970an, Marxis–Leninisme berada pada titik terkuatnya dalam sejarah,[259] dan Pol Pot mempersembahkan contoh Kamboja sebagai sebuah gerakan revolusioner lain yang seharusnya ditiru.[260]

Sebagai bagian dari Presidium baru, Pol Pot menjadi Perdana Menteri negara tersebut.[261] Pada masa tersebut, ia memperkenalkan dirinya secara terbuka dengan pseudonim "Pol Pot".[261] Karena tidak ada orang di negara tersebut yang mengetahui jati dirinya, sebuah biografi fiksi dibuat.[262] Sekutu-sekutu penting Pol Pot memegang dua jabatan lainnya, dengan Nuon Chea sebagai Presiden Komite Pendirian Majelis Nasional dan Khieu Samphan sebagai kepala negara.[263] Pada prinsipnya, Komite Pendirian Khmer Merah membuat keputusan atas dasar prinsip sentralisme demokratis Leninis.[264] Pada kenyataannya, negara tersebut lebih otokrat, dengan keputusan-keputusan Pol Pot diimplementasikan.[264] Parlemen yang dipilih pada tahun sebelumnya tak pernah bertemu setelah 1976.[232] Pada September 1976, Pol Pot secara terbuka menyatakan bahwa Angkar adalah organisasi Marxis–Leninis.[265] Pada September 1977, dalam pawai di Stadion Olimpiade, Pol Pot kemudian menyatakan bahwa Angkar adalah sebuah pseudonim untuk PKK.[266] Pada September 1976, Pol Pot mengumumkan bahwa ia mundur dari jabatan Perdana Menteri, digantikan oleh Nuon Chea, meskipun pada kenyataannya ia masih berkuasa, kembali ke jabatan lamanya pada bulan Oktober.[267] Ini memungkinkan taktik pengalian untuk mengalihkan perhatian pemerintah Vietnam sementara Pol Pot melakukan pembersihan terhadap PKK dari orang-orang yang didakwa bersimpati terhadap Vietnam.[268] Di samping pendirian Marxis mereka, Khmer Merah berniat untuk menghapuskan kelas buruh, memandangnya sebagai "relik kemerosotan dari masa lampau".[269] Khmer Merah juga mengecam komunisme pada 1977, dengan Ieng Sary berkata "Kami bukan komunis ... kami adalah revolusioner [yang tak] masuk pengelompokan komunis Indochina yang umum diterima."[270]

Standar revolusi [Bolshevik] 7 November 1917, ditumbuh sangat tinggi, namun Khrushchev menekannya. Standar revolusi [Tiongkok] Mao tahun 1949 berdiri tegak sampai saat ini, namun telah memudar dan goyah: sudah tak kokoh lagi. Standar revolusi [Kamboja] 17 April 1975, yang dibangkirkan oleh Kamerad Pol Pot, berwarna merah cemerlang, penuh tekad, sangat tegas dan sangat jernih. Seluruh dunia memperhatikan kami, menyanyikan pujian-pujian mereka dan belajar dari kami.

— Pol Pot[271]

Penduduk Kamboja secara resmi disebut sebagai "orang Kamboja" ketimbang "orang Khmer" untuk menghindari penanakemasan etnis tertentu yang diasosiasikan dengan istilah tersebut.[272] Bahasa Khmer, kini disebut "bahasa Kamboja" oleh pemerintah, menjadi satu-satunya bahasa yang diakui secara sah, dan minoritas Tionghoa-Khmer dilarang berbicara dalam rupun bahasa Tionghoa yang umum dipakai oleh mereka.[252] Penekanan tersebut membuat Cham mengasimilasikan budaya mereka dalam penduduk Khmer.[252]

Pol Pot menginisiasikan serangkaian proyek irigasi di belahan negara tersebut.[273] Contohnya di Zona Timur, sebuah bendungan besar dibangun.[273] Kebanyakan proyek irigasi tersebut gagal karena kekurangan keterampilan teknikal pada separuh pekerjanya.[273]

Komite Pendirian sepakat untuk menghubungkan banyak desa dalam kooperatif tunggal dari 500 sampai 1000 keluarga dengan tujuan membentuk unit berukuran komune yang berukuran dua kali lipat.[232] Dapur-dapur komunal juga diperkenalkan sehingga seluruh anggota komune bersantap bersama ketimbang di rumah-rumah mereka sendiri.[274] Pencarian atau perburuan untuk makanan tambahan dilarang, dipandang sebagai perilaku individualistik.[275] Dari musim panas 1976, pemerintahn memerintahkan agar anak-anak di atas usia tujuh tahun untuk tak tinggal dengan orangtuanya namun secara komunal dengan para instruktur Khmer Merah.[276] Koperasi kurang memproduksi makanan ketimbang yang pemerintah yakini, sebagian karena kurangnya motivasi di kalangan buruh dan pengalihan buruh terkuat pada proyek-proyek irigasi.[277] Mengkhawatirkan kritikan, kebanyakan kader partai secara salah kaprah mengklaim bahwa mereka telah mencapai kuota produksi pangan pemerintah.[278] Pemerintah kemudian menyadarinya. Pada akhir 1976, 1976 Pol Pot pun menyadari penyusutan pangan pada tiga perempat negara tersebut.[278]

Para anggota Khmer Merah diberi hak istimewa yang tak didapat oleh penduduk lainnya. Para anggota partai diberi makanan yang lebih baik,[279] dengan para kader terkadang memasuki rumah-rumah bordil rahasia.[280] Para anggota Komite Pusat datang ke Tiongkok untuk perawatan kesehatan,[281] dan para anggota berpangkat tinggi dari partai tersebut mendapatkan akses ke produk-produk impor mewah.[275]

Pembersihan dan penghukuman mati[sunting | sunting sumber]

Khmer Merah juga mengklasifikasi orang-orang berdasarkan pada latar belakang agama dan etnis mereka. Di bawah kepemimpinan Pol Pot, Khmer Merah memiliki kebijakan ateisme negara.[282] Para biksu Buddha dipandang sebagai parasit sosial dan dicap "kelas istimewa". Dalam setahun kemenangan Khmer Merah dalam perang suadara, para biksu negara tersebut dijadikan buruh manual di pembangunan desa dan proyek irigasi.[252] Di samping berideologi ikonoklasme, kebanyakan monumen sejarah dibiarkan tak dirusak oleh Khmer Merah.[283] Bagi pemerintahan Pol Pot, seperti para pendahulunya, nilai bersejarah Angkor adalah titik rujukan penting.[217]

Sebagian besar pemberontakan terisolasi melawan pemerintahan Pol Pot dipadamkan. Kepala regional Zona Barat Khmer Merah, Koh Kong dan para pengikutnya mulai meluncurkan serangan-serangan skala kecil terhadap target-target pemerintah di sepanjang perbatasan Thailand.[284] Terdapat juga banyak pemberontakan desa di kalangan suku Cham.[284] Pada Februari 1976, ledakan di Siem Reap menghancurkan depot munisi. Pol Pot mendakwa para tokoh militer senior berada di balik pengeboan tersebut. Meskipun tak dapat menunjukan siapa yang bertanggung jawab, beberapa perwira tentara ditangkap.[285]

Sekolah Tuol Sleng, yang dikenal sebagai S-21, dimana orang-orang yang dipandang sebagai musuh pemerintah disiksa dan dibunuh

Pada September 1976, berbagai anggota partai ditangkap dan dituduh bersekongkol dengan Vietnam untuk menggulingkan pemerintahan Pol Pot.[286] Sepanjang bulan-bulan berikutnya, jumlah orang yang ditangkap meningkat. Pemerintah memberikan klaim-klaim upaya pembunuhan melawan para anggota utamanya untuk membenarkan tindakan keras internal dalam PKK sendiri.[287] Para anggota partai dituduh menjadi mata-mata untuk CIA, KGB Uni Soviet, atau Vietnam.[288] Mereka dibujuk untuk mengakui tuduhan tersebut, seringkali setelah disiksa atau diancam akan disiksa, dengan pengakuan tersebut kemudian dibacakan di pertemuan-pertemuan partai.[289] Selain menduduki wilayah di sekitaran Phnom Penh, para kader partai terpercaya dikirim ke zona-zona negara tersebut untuk menginisiasikan pembersihan lebih lanjut di kalangan anggota partai disana.[290]

Khmer Merah mengubah sekolah sekolah menengah tak terpakai di wilayah Tuol Sleng, Phnom Penh enjadi penjara keamanan, S-21. Tempat tersebut ditempatkan di bawah tanggung jawab menteri pertahanan, Son Sen.[291] Jumlaah orang yang dikirim ke S-21 meningkat cepat ketika pembersihan PKK berkembang. Pada paruh pertama 1976, sekitar 400 orang dikirim kesana. Pada paruh kedua tahun tersebut, jumlahnya nyaris menyentuh 1000. Pada musim semi 1977, 1000 orang dikirim kesana setiap bulan.[292] Antara 15.000 dan 20.000 orang dibunuh di S-21 pada masa Khmer Merah.[292] Sekitar puluhan dari mereka adalah orang-orang barat.[293] Pol Pot tak pernah secara personal mengunjungi S-21.[294]

Dari akhir 1976, dan khususnya pada pertengahan 1977, tingkat-tingkat kekerasan meningkat di belaahn Kambioja Demokratis, terutama di tingkat desa.[295] Di wilayah pedesaan, kebanyakan pembunuhan dilakukan oleh para kader muda yang menegakan apa yang mereka yakini sebagai kehendak pemerintah.[296] Di sepanjang negara tersebut, para kader petani menyiksa dan membunuh para anggota komunitas mereka yang tak mereka sukai. Kebanyakan kader menyantap hati para korban dan merobek janin yang lebih lahir dari ibu mereka untuk dipakai sebagai jimat kun krak.[294] Komando Pusat PKK menyadari praktek semacam itu namun tak berniat untuk menghentikannya.[294] Pada 1977, kekerasan berkembang, diwarnai dengan pangan yang rendah, memicu kekecewaan bahkan di dalam markas dukungan inti Khmer Merah.[294] Jumlah orang Kamboja yang berniat kabur ke Thailand dan Vietnam meningkat.[297] Pada musim gugur 1977, Pol Pot mendeklarasikan bahwa pembersihan berakhir.[298] Menurut catatan PKK sendiri, antara 4000 dan 5000 anggota partai dicap sebagai "agen musuh" atau "unsur buruk" pada Agustus 1977.[298]

Pada 1978, pemerintahan mengadakan pembersihan kedua, dimana sepuluh ribu orang Kamboja didakwa menjadi simpatisan Vietnam dan dibunuh.[299] Pada masa itu, para anggota PKK yang masih menjalani waktu di Hanoi dibunuh, bersama dengan anak-anak mereka.[300] Pada Januari 1978, Pol Pot mengumumkan kepada para koleganya bahwa slogan mereka seharusnya adalah "Murnikan Partai! Murnikan tentara! Murnikan kader!"[301]

Hubungan luar negeri[sunting | sunting sumber]

Pol Pot bertemu dengan pemimpin Marxis Rumania Nicolae Ceaușescu pada kunjungannya ke Kamboja pada 1978

Di luar negeri, hubungan antara Kamboja dan Vietnam memanas usai pendirian Kamboja Demokratis. Setelah Vietnam bersatu pada Juli 1976, pemerintah Kamboja mengeluarkan pesan selamat.[302] Secara pribadi, hubungan antara dua negara tersebut menurun. Dalam pidato peringatan pertama kemenangan mereka dalam perang saudara, Khieu menyebut Vietnam sebagai imperialis.[303] Pada Mei 1976, sebuah negosiasi yang dibuat untuk menyepakati perbatasan resmi antar dua negara tersebut mengalami kegagalan.[303]

Saat berkuasa, Khmer Merah memandang negara-negara Barat dan Uni Soviet sebagai sumber dukungan.[304] Selain itu, Tiongkok menjadi mitra internasional utama Kamboja.[305] Dengan Vietnam makin berpihak dengan Uni Soviet ketimbang Tiongkok, Tiongkok memandang pemerintah Pol Pot sebagai benteng melawan pengaruh Vietnam di Indochina.[306] Mao memberikan bantuan militer dan ekonomi sejumlah $1 miliar kepada Kamboja, termasuk hibah langsung sejumlah $20 juta.[307] Sekitar ribuan penasehat dan teknisi militer Tiongkok juga dikirim ke negara tersebut untuk membantu proyek-proyek sperti pembangunan bandar udara militer Kampong Chhnang.[308] Meskipun demikian, hubungan antara pemerintah Tiongkok dan Kamboja tetap merenggang oleh rasa saling curiga dan Tiongkok memiliki pengaruh kecil pada kebijakan-kebijakan domestik Pol Pot.[309] Hubungan tersebut memiliki pengaruh yang lebih besar pada kebijakan luar negeri Kamboja, berhasil mendorong negara tersebut untuk memulihkan hubungan dengan Thailand dan komunikasi terbuka dengan AS untuk melawan pengaruh Vietnam di wilayah tersebut.[310]

Setelah Mao meninggal pada September 1976, Pol Pot memujinya dan Kamboja mendeklarasikan masa berkabung resmi.[265] Pada November 1976, Pol Pot diam-diam berkunjung ke Beijing, dengan tujuan untuk mempertahankan aliansi negara tersebut dengan Tiongkok setelah Kelompok Empat ditangkap.[268] Dari Beijing, ia kemudian melakukan perjalanan keliling Tiongkok, mengunjungi situs-situs yang berkaitan dengan Mao dan Partai Komunis Tiongkok.[311] Tiongkok menjadi satu-satunya negara yang diperbolehkan untuk mempertahankan kedubes Phnom Penh lama mereka.[254] Seluruh diplomat lainnya tinggal di wilayah Jalan Monivong. Jalan tersebut dibarikade dan para diplomat tak diijinkan untuk pergi tanpa pendampingan. Makanan dibawakan ke mereka dan hanya disediakan melalui satu-satunya toko yang masih buka di negara tersebut.[312] Pol Pot memandang Khmer Merah sebagai contoh yang harus ditiru oleh gerakan revolusioner lainnya di seluruh dunia dan mendorong para pemimpin Marxis dari Burma, Indonesia, Malaysia, dan Thailand, membolehkan Marxis Thai untuk mendirikan pangkalan-pangkalan di sepanjang perbatasan Kamboja dengan Thailand.[259] Pada November 1977, Ne Win dari Burma menjadi kepala pemerintahan luar negeri pertama yang mengunjungi Kamboja Demokratis, kemudian disusul oleh Nicolae Ceaușescu dari Rumania.[313]

Jumlah kematian[sunting | sunting sumber]

Tengkorak para korban Khmer Merah
Pemakaman massal di Choeung Ek

Ben Kiernan memperkirakan bahwa 1.671 juta sampai 1.871 juta orang Kamboja meninggal akibat kebijakan Khmer Merah, atau antara 21% dan 24% populasi Kamboja tahun 1975.[314] Sebuah kajian oleh demografer Prancis Marek Sliwinski mengkalkulasikan kurang dari 2 juta kematian tak alami di bawah kekuasaan Khmer Merah dari populasi Kamboja tahun 1975 yang sejumlah 7.8 juta; 33.5% pria Kamboja meninggal di bawah kekuasaan Khmer Merah berbanding dengan 15.7% wanita Kamboja.[315] Menurut sumber akademik tahun 2001, perkiraan yang paling banyak diterima dari jumlah kematian di bawah kekuasaan Khmer Merah adalah antara 1.5 juta sampai 2 juta, meskipun angkanya lebih rendah dari 1 juta setinggi 3 juta yang dikutip. Secara konvensional, perkiraan kematian yang diterima karena eksekusi Khmer Merah adalah antara 500.000 sampai 1 juta, "sepertiga sampai setengah kematian pada masa itu".[316] Namun, sumber akademik tahun 2013 (mengutip riset dari tahun 2009) menyatakan bahwa eksekusi terhitung sebanyak 60%, dengan 23.745 pemakaman massal berisi sekitar 1.3 juta korban dakwaan eksekusi.[317]

Meskipun dianggap lebih tinggi ketimbang masa sebelumnya dan perkiraan paling banhyak diterima dari eksekusi Khmer Merah, Craig Etcheson pimpinan Pusat Dokumentasi Kamboja (Documentation Center of Cambodia, DC-Cam) menyatakan bahwa perkiraan lebih dari satu juta eksekusi bersifat "masuk akal, dibuktikan dari pemakaman massal dan metode DC-Cam, yang nampaknya berisi jasad yang berada di bawah hitungan alih-alih melebihi perkiraan."[318] Demografer Patrick Heuveline memperkirakan bahwa antara 1.17 juta dan 3.42 juta orang Kamboja meninggal akibat sebab tak alami antara 1970 dan 1979, dengan antara 150.000 dan 300.000 kematian terjadi pada perang saudara. Perkiraan utama Heuveline berjumlah 2.52 juta kematian, dimana 1.4 juta adalah hasil kekerasan langsung.[316][318] Di samping berdasarkan pada survei dari rumah ke rumah di Kamboja, perkiraan 3.3 juta kematian dinyatakan oleh rezim penerus Khmer Merah, Republik Rakyat Kamboja (RRK), umumnya dianggap berlebihan. Pada kesalahan metodologi lainnya, otoritas RRK menambahkan perkiraan jumlah korban yang ditemukan dari pemakaman massal yang sebagian digali sampai hasil survei mentah, menandakan bahwa jumlah korban terhitung ganda.[318]

Diperkirakan 300.000 orang Kamboja mati kelaparan antara 1979 dan 1980, sebagian besar akibat dampak kebijakan-kebijakan Khmer Merah.[319]

Keejatuhan Kamboja Demokratis[sunting | sunting sumber]

Pada Desember 1976, pleno tahunan Komite Pusat Partai Komunis Kamboja mengusulkan agar mempersiapkan negara itu sendiri untuk kemungkinan perang dengan Vietnam.[311] Pol Pot meyakini bahwa Vietnam melakukan ekspansionisme dan sehingga menjadi ancaman kemerdekaan Kamboja.[320] Terdapat pertikaian perbatasan baru antara Kamboja dan Vietnam pada awal 1977, berlanjut sampai April.[297] Pada 30 April, unit-unit Kamboja, yang dibekingi oleh tembakan artileri, merangseki Vietnam dan menyerang serangkaian desa, membunuh ratusan warga sipil Vietnam.[297] Vietnam menanggapinya dengan memerintahkan Angkatan Udara-nya untuk mengebom posisi-posisi perbatasan Kamboja.[297] Beberapa bulan kemudian, pertikaian berlanjut. Pada bulan September, dua divsi Zona Timur Kamboja merangseki wilayah Tay Ninh, Vietnam, dimana mereka menyerang banyak desa dan menjagal para penduduknya.[321] Pada bulan tersebut, Pol Pot datang ke Beijing. Dari sana, ia kemudian datang ke Korea Utara, dimana Kim Il Sung menyatakan bahwa ia menentang Vietnam dalam solidaritas dengan Khmer Merah.[322]

Patung dada Pol Pot yang dibuat dalam antisipasi kultus individu yang tak pernah terwujud. Contoh ini disimpan di Museum Genosida Tuol Sleng.

Pada bulan Desember, Vietnam mengirim 50.000 pasukan di sepanjang berbatasan sepanjang 100 mil, bergerak 12 mil menuju Kamboja.[323] Kamboja kemudian secara resmi memotong hubungan diplomatik dengan Vietnam.[324] Pasukan Kamboja menyerang balik melawan pasukan invasi, yang telah menarik diri ke Vietnam pada 6 Januari 1978.[325] Pada saat itu, Pol Pot memerintahkan militer Kamboja untuk memegang pendirian proaktif agresif, menyerang pasukan Vietnam sebelum pasukan Vietnam memiliki kesempatan untuk bertindak.[326] Pada Januari dan Februari 1978, Angkatan Darat Kamboja meluncurkan penyerbuan ke berbagai desa Vietnam.[327] Politbiro Vietnam kemudian menyatakan bahwa tak seharusnya Pol Pot meninggalkan kekuasaan, namun harus digulingkan dari kekuasaan sebelum militer Kamboja makin menguat.[325] Paada 1978, kamp-kamp pelatihan militer didirikan untuk para pengungsi Kamboja di selatan Vietnam, membentuk nukleus rezim Kamboja mendatang.[328] Pemerintahan Kamboja juga mempersiapkan diri untuk perang. Rencana untuk kultus individu terhadap Pol Pot direncanakan, berdasarkan pada model-model Tiongkok dan Korea Utara, dalam keyakinan bahwa kultus semacam itu akan menyatukan penduduk pada masa perang.[329] Foto-foto besar Pol Pot mulai ditempatkan di balai-balai tempat makan komunal,[330] sementara lukisan-lukisan minyak dan patung-patung dadanya dibuat.[331] Kultus tersebut tak pernah diimplementasikan.[313]

Kegagalan pasukan Kamboja di Zona Timur untuk melawan serbuan Vietnam membuat Pol Pot mencurigai kesetiaan mereka.[300] Ia memerintahkan pembersihan terhadap Zona Timur, dengan lebih dari 400 kader PKK dari wilayah tersebut dikirim ke S-21.[332] Menyadari bahwa mereka akan dibunuh atas perintah Pol Pot, peningkatan jumlah pasukan Zona Timur mulai memberontak melawan pemerintahan Khmer Merah.[333] Pol Pot mengirim lebih banyak pasukan ke Zona Timur untuk mengalahkan para pemberontak, memerintahkan mereka untuk enjagal para penduduk dari desa apapun yang diyakini berpihak pada pasukan pemberontak manapun.[333] Menurut Short, penindasan di timur tersebut adalah "peristiwa tinggal paling berdarah di bawah kekuasaan Pol Pot".[333] Kabur dari pasukan pemerintah, kebanyakan pemberontak utama—yang meliputi wakil ketua Zona Heng Samrin dan Pol Saroeun—memasuki Vietnam, dimana mereka bergabung dengan komunitas pengasingan anti-Pol Pot.[333] Pada Agustus 1978, Pol Pot hanya dapat mengandalkan pasukan Mok di barat daya dan Pauk di Zona Tengah.[334]

Pada awal 1978, pemerintahan Pol Pot berniat untuk menjalin hubungan dengan negara-negara asing, seperti Thailand, untuk meningkatkan posisinya melawan Vietnam.[335] Kebanyakan pemerintah lain di Asia Tenggara bersimpati dengan keadaan Kamboja, mengkhawatirkan dampak ekspansionisme Vietnam dan pengaruh Soviet di negara-negara mereka sendiri.[336] Meskipun mendukung Kamboja, pemerintah Tiongkok memutuskan untuk tak mengirim pasukannya ke Kamboja, mengkhawatirkan kemungkinan akibat konflik dengan Vietnam dapat memprovokasi perang dengan Uni Soviet.[337] Sementara itu, Vietnam merencanakan invasi skala penuhnya terhadap Kamboja.[338] Pada Desember 1978, mereka resmi meluncurkan Front Persatuan Nasional Khmer untuk Keselamatan Nasional, sebuah kelompok yang terdiri dari para anggota pengasingan Kamboja yang berharap untuk menggulingkan Khmer Merah. Awalnya, front tersebut dikepalai oleh Heng Samrin.[339] Mengkhawatirkan ancaman Vietnam tersebut, Pol Pot menulis sebuah traktat anti-Vietnam berjudul Makalah Hitam.[334]

Pada September 1978, Pol Pot mulai semakin memperhitungkan Sihanouk dalam harapan agar Sihanouk dapat mendorong dukungan terhadap pemerintahan Khmer Merah.[340] Pada bulan yang sama, Pol Pot kabur ke Tiongkok untuk bertemu dengan Deng.[341] Deng mengecam agresi Vietnam namun menasehati agar Khmer Merah memicu konflik karena terlalu radikal dalam kebijakan-kebijakannya dan membolehkan pasukan Kamboja untuk bertindak anarkis di sepanjang perbatasan dengan Vietnam.[326] Saat kembali ke Kamboja pada bulan Oktober, Pol Pot memerintahkan tentara negara tersebut untuk mengubah taktik, mengadopsi strategi pertahanan yang melibatkan pemakaian banyak ranjau-ranjau darat untuk menghentikan serangan Vietnam. Ia juga meminta tentara untuk menghindari konforntasi langsung yang akan menimbulkan kekalahan besar dan sebagai gantinya mengadopsi taktik gerilya.[342] Pada November 1978, PKK mengadakan Kongres Kelima-nya. Disana, Mok diangkat menjadi pemimpin berpangkat ketiga dalam pemerintahan, setelah Pol Pot dan Nuon Chea.[343] Tak lama setelah Kongres, dua anggota pemerintah senior—Vorn Vet dan Kong Sophal—ditangkap dan dikirim ke S-21. Hal ini memicu pembersihan lainnya.[343]

Invasi Vietnam: 1978–1989[sunting | sunting sumber]

Pada 25 Desember 1978, Angkatan Darat Vietnam meluncurkan invasi skala penuhnya.[344] Pasukan tersebut awalnhya masuk ke timur laut Kamboja, merebut Kratie pada 30 Desember dan Stung Treng pada 3 Januari.[344] Pasukan utama Vietnam kemudian memasuki Kamboja pada 1 Januari 1979, melaju sepanjang jalan-jalan tol satu dan tujuh menuju Phnom Penh.[344] Pertahanan garis depan Kamboja gagal untuk menghentikan mereka.[345] Dengan serangan terhadap Phnom Penh, Pol Pot memerintahkan Sihanouk dan keluarganya pada bulan Januari untuk dikirim ke Thailand.[346] Seluruh korps diplomatik menyusul tak lama setelahnya.[347] Pada 7 Januari, Pol Pot dan tokoh pemerintahan senior lainnya meninggalkan kota tersebut dan pergi ke Pursat.[348] Mereka menjalani dua hari disana sebelum pindah ke Battambang.[349]

Setelah Khmer Merah mengevakuasi Phnom Penh, Mok menjadi satu-satunya tokoh pemerintahan senior yang ditinggal di kota tersebut, ditugaskan dengan menaungi pertahanannya.[348] Nuon Chear memerintahkan para kader yang mengurusi S-21 untuk membunuh seluruh tahanan yang tersisa sebelum direbut oleh Vietnam.[350] Namun, pasukan penjaga kota tak menyadari Angkatan Darat Vietnam sebenarnya makin mendekat.[350] Pemerintah mengetahui keberadaan Vietnam dari penduduk.[351] Ketika Vietnam mendekat, sebagian besar perwira dan prajurit lainnya yang menjaga kota tersebut melarikan diri. Pertahanan benar-benar dirangseki.[352] Terdapat contoh terisolasi dari para penduduk desa Kamboja yang membunuh para anggota Khmer Merah sebagai balas dendam.[353] Pada Januari, Vietnam membentuk pemerintahan baru di bawah kekuasaan Samrin, yang terdiri dari Khmer Merah yang kabur ke Vietnam untuk menghindari pembersihan.[354] Pemerintahan baru mengganti nama Kamboja menjadi "Republik Rakyat Kamboja".[355] Meskipun banyak orang Kamboja awalnya memandang Vietnam sebagai penyelamat, kebencian dari waktu ke waktu terhadap pasukan pendudukan bertumbuh.[354]

Khmer Merah datang ke Tiongkok demi dukungan melawan invasi. Sary datang ke Tiongkok melalui Thailand.[349] Disana, Deng mendorong Khmer Merah untuk meneruskan perang gerilya melawan Vietnam dan mendirikan front non-komunis besar melawan pasukan invasi, dengan peran penting diberikan kepada Sihanouk.[356] Tiongkok mengirim wakil perdana menterinya, Geng Biao, ke Thailand untuk menegosiasikan pengiriman senjata ke Khmer Merah melalui Thailand.[357] Tiongkok juga mengirim para diplomat untuk singgah di perkempingan Khmer Merah di dekat perbatasan Thailand. Pol Pot bertemu dengan para diplomat tersebut sebanyak dua kali sebelum pemerintah Tiongkok menarik mereka untuk keamanan mereka pada bulan Maret.[358] Di Tiongkok, Khmer Merah mendirikan staisun radio "Suara Kamboja Demokratis", yang masih menjadi corong utama mereka untuk berkomunikasi dengan dunia.[349] Pada bulan Februari, Tiongkok menyerang utara Vietnam, berharap agar pasukan Vietnam menarik diri dari invasi Kamboja.[359] Selain Tiongkok, Khmer Merah juga mendukung Amerika Serikat dan sebagian besar negara Asia tenggara non-Marxis lainnya yang mengkhawatirkan agresi Vietnam sebagai alat pengaruh Soviet di wilayah tersebut.[360]

Pada 15 Januari, pasukan Vietnam mencapai Sisophon.[357] Pol Pot, Nuon Chea, dan Khieu Samphan kemudian pindah ke Palin di sisi perbatasan Thailand. Pada akhir Januari, mereka berpindah lagi ke Tasanh, dimana Sary bergabung disana. Disana, pada 1 februari, mereka mengadakan konferensi Komite Pusat, memutuskan untuk melawan nasehat Deng mengenai front persatuan.[360] Pada paruh kedua Maret, pasukan Vietnam bergerak mendekati Khmer Merah di sepanjanng perbatasan Thailand, dimana sebagian besar pasukan Pol Pot melintasi Thailand.[361] Pasukan Vietnam maju ke Tasanh, dimana para pemimpin Khmer Merah kabur hanya beberapa jam sebelum wilayah tersebut direbut.[362]

Setelah Kamboja Demokratis[sunting | sunting sumber]

Menyerang balik melawan Vietnam: 1979–1989[sunting | sunting sumber]

Pada 1979, Khieu Samphan (difoto di sini pada tahun 2011) menggantikan Pol Pot sebagai Perdana Menteri Kamboja Demokratis

Pada Juli 1979, Pol Pot mendirikan markas besar yang baru, Kantor 131, di bagian barat Gunung Thom.[363] Ia mengurungkan nama "Pol Pot" dan mulai menyebut dirinya sendiri sebagai "Phem".[363] Pada September 1979, Khieu mengumumkan bahwa Khmer Merah mendirikan front persatuan yang baru, Front Demokratis Patriotik, yang mendorong agar seluruh rakyat Kamboja menentang pendudukan Vietnam.[364] Para anggota senior Khmer Merah mulai mengingkari unsur sosialisme.[365] Para anggota kelompok tersebut berhenti memakai busana seragam hitam. Pol Pot sendiri mulai mengenakan seragam hijau hutan dan kemudian seragam safari buatan Thailand.[365] Short meyakini bahwa perubahan tersebut menandakan peralihan ideologi dalam Khmer Merah.[365] Pada bulan Oktober, Pol Pot memerintahkan agar penghukuman mati diakhiri, sebuah perintah yang banyak diikuti.[365] Pada November 1979, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa memutuskan untuk mengakui delegasi Khmer Merah, alih-alih pemerintahan bekingan Vietnam, sebagai pemerintahan sah Kamboja.[366] Pada bulan Desember, Samphan menggantikan Pol Pot sebagai perdana menteri Kamboja Demokratis, sebuah peralihan yang membolehkan Pol Pot untuk berfokus pada upaya perang dan mungkin juga merancang citra Khmer Merah.[367]

Pada muson musim panas 1979, pasukan Khmer Merah mulai kembali ke Kamboja.[363] Kebanyakan pemuda Kamboja bergabung dengan pasukan Khmer Merah, ingin mengusir Angkatan Darat Vietnam.[368] Didukung oleh suplai Tiongkok yang baru, Khmer Merah membangun kembali struktur militernya pada awal 1980.[368] Pada pertengahan 1980, Khmer Merah mengklaim bahwa mereka memiliki 40.000 pasukan yang aktif di Kamboja.[368] Dari 1981, Pol Pot menyatakan bahwa tujuan utamanya adalah meraih dukungan di kalangan masyarakat Kamboja, meyakini bahwa hal tersebut akan bersifat vital dalam membolehkannya untuk memenangkan perang.[369] Pada Agustus 1981, ia datang ke Beijing melalui Bangkok, dimana ia bertemu dengan Deng dan Zhao Ziyang.[370] Deng mendorong agar Sihanouk, yang tinggal di Pyongyang, menjadi kepala negara Kamboja, suatu hal yang disepakati oleh penguasa monarki tersebut pada Februari 1981.[371] Pada bulan September, Sihanouk, Samphan, dan Son Sann mengeluarkan pernyataan bersama di Singapura yang mengumumkan pembentukan pemerintahan koalisi mereka sendiri.[372]

Aku kini tua dan cacat. Aku mengetahui bahwa rakyat di Kamboja mengkhawatirkanku. Sehingga saat kami mengusir Vietnam yang hina dan meraih perdamaian, aku akan pensiun jika para kamerad menginginkannya. Namun jika aku kembali saat ini, dan para kamerad tak dapat mengusir Vietnam, bagaimana aku dapat duduk tenang? Aku harus berbagi pengalaman dan pengetahuanku. Jika Vietnam hengkang dan mereka dapat mempertahankan negara kami, Aku akan ... pensiun. Dan saat aku meninggal, aku akan meninggal dengan damai.

— Pol Pot, 1987[373]

Pada Desember 1981, Pol Pot dan Nuon Chea memutuskan untuk membubarkan Partai Komunis Kamboja, sebuah keputusan yang diambil dengan diskusi yang sangat sedikit di kalangan anggota partai, beberapa anggota diantaranya terkejut.[374] Kebanyakan komentator luar negeri meyakini bahwa pembubaran tersebut bersifat tipuan, dan bahwa PKK sebenarnya sekali lagi bergerak secara diam-diam, meskipun Short menyatakan bahwa hal tersebut bukanlah masalah.[372] Pol Pot memproporsalkan Gerakan Nasionalis baru yang akan menggantikan partai tersebut, meskipun hal tersebut gagal untuk sepenuhnya dimaterialisasi .[372] Komite Pendirian PKK digantikan oleh Direktorat Militer, dengan fokus mengusir Vietnam.[375] Keputusan Pol Pot untuk membubarkan partai tersebut diwujudkan lewat peristiwa-peristiwa global. Tentara anti-Vietnamnya dibekingi oleh banyak negara kapitalis sementara Vietnam dibekingi oleh sebagian besar negara yang berpemerintahan Marxis. Pada saat yang sama, ia meyakini bahwa bekingan Marxis utamanya, Tiongkok, akan merestorasikan diri mereka sendiri menjadi kapitalisme dengan reformasi Deng.[369] Merefleksikan perubahan ideologi, di kalangan Khmer Merah, penyantapan kolektif diakhiri, larangan terhadap kepemilikan harta benda diangkat, dan anak-anak diperbolehkan kembali untuk tinggal dengan orangtua mereka.[376] Pol Pot beranggapan bahwa pemerintahan sebelumnya terlalu sayap kiri dan mengklaim bahwa itu menciptakan kesalahan karena ia terlalu percaya dengan orang-orang di sekitarannya.[376]

Pada Juni 1982, dalam sebuah acara di Kuala Lumpur, Khmer Merah menjadi salah satu faksi yang mendeklrasikan pembentukan Pemerintahan Koalisi Kamboja Demokratis sebagai pemerintahan alternatif di Phnom Penh.[377] Meskipun demikian, di atas tanah di Kamboja masih ada sedikit kolaborasi militer antar faksi, yang meliputi Khmer Merah serta Tentara Nasional Sihanoukis dan Front Nasional untuk Pembebasan Rakyat Khmer pimpinan Son Senn.[378] Pada 1983, Pol Pot datang ke Bangkok untuk pemeriksaan kesehatan. Disana, ia didiagnosis mengidap penyakit Hodgkin.[379] Pada pertengahan 1984, Kantor 131 dipindah ke tambahan pangkalan baru di Kamboja, dekat sungai O'Suosaday.[379] Pada bulan Desember, Angkatan Darat Vietnam meluncurkan serangan besar, menyerbu pangkalan Kamboja milik Khmer Merah dan membuat Pol Pot kembali ke Thailand. Disana, ia mendirikan pangkalan baru, K-18, beberapa mil dari luar Trat.[380]

Pada September 1985, Pol Pot mengundurkan diri dari jabatan kepala panglima pasukan Khmer Merah dan digantikan oleh Son Sen. Meskipun demikian, ia masih memiliki pengaruh besar yang signifikan.[381] Pada musim panas, ia menikahi seorang wanita muda bernama Mea. Pada musim semi berikutnya, putri mereka, Sitha, lahir.[381] Ia kemudian datang ke Beijing untuk menjalani pengobatan kanker di sebuah rumah sakit militer dan baru kembali ke Kamboja pada musim panas 1988.[382] Pada 1988, faksi-faksi anti-Vietnam mengadakan negosiasi dengan pemerintahan Phnom Penh.[383] Pol Pot menganggap hal tersebut terlalu dini, karena ia khawatir Khmer Merah tak meraih dukungan populer untuk meraih suara signifikan dalam pemilu setelah perang.[384]

Kejatuhan Khmer Merah: 1990–1998[sunting | sunting sumber]

Kejatuhan Tembok Berlin dan kemudian akhir Perang Dingin memiliki akibat bagi Kamboja. Dengan Uni Soviet tak lagi menjadi ancaman, AS dan sekutu-ksekutunya tak lagi memandang dominasi Vietnam atas Kamboja sebagai masalah. AS mengumumkan bahwa mereka tak lagi mengakui Koalisi Pemerintahan Kamboja Demokratis sebagai pemerintahan sah Kaboja di Majelis Umum PBB.[385] Pada bulan Juni, berbagai faksi Kamboja menyepakati gencatan senjata, dinaungi oleh PBB, dengan oembentukan Dewan Nasional Tertinggi baru untuk memfasilitasi implementasi pemilu-pemilu demokratis.[386] Pol Pot sepakat terhadap hal-hal tersebut, mengkhawatirkan bahwa jika ia menolak faksi lain semuanya akan bersatu melawan Khmer Merah.[386] Pada November, Sihanouk pulang ke Kamboja.[386] Disana, ia memuji pemimpin bekingan Vietnam, Hun Sen, dan menyatakan bahwa para pemimpin Khmer Merah harus diadili atas kejahatan-kejahatan mereka.[387] Saat Samphan datang ke Phnom Penh dengan delegasi Khmer Merah, ia dipukuli oleh massa.[387]

Pol Pot mendirikan markas besar baru di sepanjang perbatasan, dekat Pailin.[387] Ia menyerukan agar Khmer Merah menggandakan kembali upaya mereka untuk meraih dukungan di desa-desa Kamboja.[388] Pada Juni, Samphan mengumumkan bahwa dalam pelanggaran perjanjian sebelumnya, pasukannya tak dipersenjatai, menyatakan bahwa mereka enggan untuk melakjukannya sementara para prajurit Vietnam masih berada di Kamboja.[389] Khmer Merah menjadi makin konfrontasional, memperluas teritorialnya di sepanjang Kamboja barat. [389] Hal tersebut memicu pembantaian pemukim Vietnam yang kini datang ke wilayah tersebut.[389] Pasukan Hun Sen juga melakukan kegiatan militer, denagn pasukan penjaga keamanan PBB memberlakukan tindak pencegahan kekerasan.[389] Pada Januari 1993, Sihanouk kembali ke Beijing, mendeklarasikan bahwa Kamboja belum siap untuk pemilu.[389] Khmer Merah embentuk partai baru, Partai Persatuan Nasional Kamboja. Meskipun dapat ikut serta dalam pemilu, Pol Pot mengumumkan bahwa mereka akan memboikot suaranya pada bulan Maret.[390] Pada masa itu, ia memeindahkan markas besarnya ke Phnom Chhat; Samphan bergabung dengannya disana, menarik delegasi Khmer Merahnya dari Phnom Penh.[391]

Paada pemilu Mei 1993, FUNCINPEC pimpinan Norodom Ranariddh memenangkan 58 dari 120 kursi yang tersedia dalam Majelis Nasional. Partai Rakyat Kamboja pimpinan Hun Sen meraih peringkat keedua. Dibekingi oleh Vietnam, Sen enggan untuk menerima kekalahan.[391] Sihanouk menegosiasikan pembentukan pemerintahan koalisi antar dua partai tersebut, memperkenalkan sistem dimana Kamboja akan memiliki dua perdana menteri, Ranariddh dan Sen.[391] Tentara Nasional Kamboja yang baru kemudian meluncurkan serangan melawan Khmer Merah. Pada bulan Agustus, pasukan tersebut merebut Phnom Chhat, sementara Pol Pot kembali kabur ke Thailand.[392] Khmer Merah meluncurkan serangan balasan, meraih kembali sebagian besar wilayah yang sempat lepas dari genggaman mereka pada Mei 1994.[392] Pol Pot kembali ke Anlong Veng. Karena pergerakan pada tahun 1994, ia berpindah kembali ke Kbal Ansoang, di atas puncak Pegunungan Dangrek.[393] Selain itu, Khmer Merah menghadapi pertumbuhan tingkat pembelotan pada paruh pertama 1990an.[394]

Pol Pot kembali menekan agar orang-orang yang tinggal di wilayah Khmer Merah untuk meniru kehidupan petani termiskin. Pada 1994, penyitaan kendaraan pribadi diberlakukan dan mengakhiri perdagangan lintas perbatasan dengan Thailand.[394] Pada September, ia memerintahkan penghukuman mati seorang warga negara Inggris, seorang warga negara Prancis dan seorang warga negara Australia yang ditangkap dalam serangan Khmer Merah di sebuah kereta api.[395] Pada Juli 1996, sebuah dahagi timbul di kalangan Khmer Merah. Pada bulan Agustus, Ieng Sary, Y Chhean, dan Sok Pheap diumumkan terpecah dari gerakan tersebut, mengambil pasukan yang setia kepada mereka. Hal ini menandakan bahwa sekitar 4.000 pasukan hengkang, nyaris membagi pasukan menjadi dua yang saat itu dikomandani Khmer Merah pada masa itu.[396] Pada akhir 1996, Khmer Merah nyaris kehilangan seluruh wilayah yang dikuasai oleh mereka di bagian dalam Kamboja, terbatas beberapa ratus mil di sepanjang perbatasan utara.[396] Pol Pot berkomentar kepada para ajudannya: "Kita seperti seekor ikan dalam sebuah perangkap. Kita tidak bisa bertahan seperti ini untuk waktu yang lama".[396] Kesehatan Pol Pot menurun. Ia terserang penyakit stenosis aorta dan tak lagi memiliki akses perawatan lanjutan untuk kanker pada masa sebelumnya.[394] Strok melumpuhkan bagian kiri tubuhnya,[394] dan dia akhirnya membutuhkan akses oksigen pada setiap hari.[397] Ia menjalani banyak waktu dengan keluarganya, terutama putrinya.[394]

Penahanan dan kematian: 1997–1998[sunting | sunting sumber]

Makam Pol Pot di Distrik Anlong Veng, Provinsi Oddar Meanchey

Pol Pot makin mencurigai Son Sen. Pada Juni 1997, ia memerintahkan agar ia dibunuh. Para kader Khmer Merah kemudian membunuh Sen dan 13 anggota keluarga dan ajudannya. Pol Pot kemudian menyatakan bahwa ia tak memberikan sanksi terhadap pembantaian tersebut.[398] Ta Mok menyatakan bahwa Pol Pot juga dapat mengalaminya. Mok menggerakan pasukan yang setiap kepadanya ke Anlong Veng, memberitahukan mereka bahwa Pol Pot telah mengkhianati gerakan mereka dan kemudian bergerak menuju Kbal Ansoang.[398] Khawatir terhadap pasukan Mok, Pol Pot, keluarganya dan beberapa pengawalnya kabur dengan berjalan kaki pada 12 Juni. Pol Pot dalam keadaan sangat lemah dan harus digendong.[399] Setelah pasukan Mok memergoki mereka, Pol Pot ditempatkan di bawah penahanan rumah.[400] Khieu Samphan dan Nuon Chea berpihak dengan Mok.[400]

Saat berada di bawah penahanan rumah, wartawan Amerika Serikat Nate Thayer melakukan wawancara terakhir dengan Pot dimana Pot menyatakan bahwa "hari nuraninya jelas" namun mengakui kesalahan yang diperbuat dan berkata kepada Thayer bahwa "Aku ingin kami tau bahwa seluruh hal yang kuperbuat, aku perbuat bagi negaraku".[401] Ia juga menolak gagasan bahwa jutaan orang meninggal dengan berkata "Menyatakan bahwa jutaan orang meninggal itu terlalu banyak" dan bahwa "Aku tahu, untuk orang lain, para bayi, para pemuda, aku tak memerintahkan mereka untuk dibunuh".[402][403]

Pada akhir Juli, Pol Pot dan tiga panglima Khmer Merah yang masih setia kepadanya dibawa ke pertemuan massal di dekat Sang'nam. Thayer diundang untuk merekam acara tersebut.[400] Disana, Khmer Merah menghukum Pol Pot dengan hukuman penjara seumur hidup. Tiga panglima lainnya dihukum mati.[404] Tiga bulan kemudian, Ta Mok mengijinkan Thayer untuk mengunjungi dan mewawancarai Pol Pot.[404]

Pada 15 April 1998, Pol Pot meninggal dalam tidurnya akibat gagal jantung.[404] Thayer, yang hadir, mengklaim bahwa Pol Pot bunuh diri saat ia menyadari rencana Ta Mok untuk menyerahkannya kepada Amerika Serikat, dengan berkata bahwa "Pol Pot meninggal setelah menegak dosis mematikan dari percampuran Valium dan klorokuin".[405][406][407] Jasadnya disimpan dalam es setelah gagal dibalsem dengan formaldehida, sehingga jasadnya dapat dikenal oleh para wartawan yang menghadiri pemakamannya.[404][408][409][410] Tiga hari kemudian, istrinya mengkremasi jasadnya di atas tumpukan ban dan sampah, memakai upacara pemakaman Buddha tradisional .[404]

Pada bulan Mei, janda Pol Pot dan Tep Khunnal kabur ke Malaysia, dimana mereka menikah.[411][412] Khmer Merah sendiri masih menghadapi kehilangan wilayah dari Angkatan Darat Kamboja. Pada Maret 1999. Ta Mok juga ditangkap.[411]

Ideologi politik[sunting | sunting sumber]

Tujuan Pol adalah untuk mendorong negaranya menjadi sebuah neraka perubahan revolusioner dimana, dalam hal-hal tertentu, gagasan-gagasan lama dan orang-orang yang menolak untuk meninggalkannya akan binasa dalam api, namun dimana Kamboja sendiri akan timbul, diperkuat dan dimurnikan, sebagai teladan kebajikan komunis.

— Wartawan Philip Short, 2004[216]

Pol Pot menganggap dirinya sendiri sebagai seorang komunis,[413] dan menyebut PKK menganut "sudut pandang Marxis-Leninis", sebuah hal yang diadaptasi ke dalam kondisi Kamboja.[414] Menurut wartawan New York Times Christopher Jones, pada beberapa masa dalam kehidupannya, Pol Pot memadukan Das Kapital karya Marx dan Mein Kampf karya Hitler.[11] Menurut tokoh Khmer Merah penting, Khieu Samphan, sebuah konsep penting adalah "nol baginya, nol bagimu - yang merupakan komunisme", dalam masyarakat dimana seluruh hal adahah milik negara dan tak ada seorang pun yang memiliki hal apapun, setiap orang dijadikan setara.[415]

Pol Pot memegang gagasan Marxisme–Leninisme yang sesungguhnya. Namun berbeda dengan konsep Marx dan Lenin, ia meyakini gagasan seluruh keberlanjutan diri dan masyarakat sosialis agraria yang akan sepenuhnya bebas dari seluruh pengaruh asing.[416] Karya Josef Stalin disebut-sebut sebagai "pengaruh formatif krusial" pada Pol Pot.[417] Pengaruh lainnya adalah karya Mao Zedong, terutama Demokrasi Baru.[61] Mengikuti contoh politik dan pemikiran Mao, Pol Pot merumuskan ulang gagasannya tentang Marxisme-Leninisme pada pertengahan 1960an untuk diselaraskan dengan keadaan Kamboja.[126] Karena perubahan tersebut, berbagai Marxis-Leninis lainnya berkata bahwa ia tak benar-benar menganut gagasan Marxis–Leninis.[414] Contohnya pada 1979, Deng Xiaoping mengkritik Khmer Merah karena melakukan "penyimpangan dari Marxisme-Leninisme".[349]

Video luar
Presentasi oleh Philip Short berjudul Pol Pot: Anatomy of a Nightmare, 9 Maret 2005, C-SPAN

Dalam penafsiran ulang peran kelas revolusioner dan mempertanyakan fokus Marxis terhadap proletariat, Pol Pot mendorong gagasan aliansi revolusioner antara petani dan intelektual, sebuah gagasan yang dihubungkan oleh Short dengan bacaannya karya Peter Kropotkin saat ia berada di Paris.[418] Berseberangan dengan prinsip dialektik sejarah, ia meyakini bahwa para petani dapat mengembangkan hati nurani proletarian sebagai dampak dari pendidikan massal dari partai komunis, yang mengingatkan pada pemikiran Marxis-Leninis yang sesungguhnya.[419] Selain itu, Philip Short menyatakan bahwa "tata bahasa agama Buddha Theravada meresapkan" pemikiran Pol Pot seperti halnya agama Konghucu mempengaruhi perkembangan Maoisme di Tiongkok.[418]

Short juga menganggap bahwa ideologi Khmer Merah berdiri terpisah dari bentuk Marxisme lain karena "penekanan monastiknya terhadap disiplin", dengan "penghancuran sistematis individual" menjadi "tanda" ideologinya.[420] Pol Pot dan Khmer Merah meyakini bahwa dalam rangka menghancurkan sifat individualistik, mereka dianggap endemik dalam masyarakat Kamboja. Paksaan dibutuhkan untuk mewujudkan pembentukan negara terkolektivisasi.[421] Short menyatakan bahwa pandangan dotrinal yang mengaungi kalangan Khmer Merah adalah bahwa "hal tersebut akan selalu lebih baik untuk pergi lebih jauh ketimbang tak cukup jauh", sebuah pernyataan yang "mengakari banyak pelecehan" yang terjadi di bawah kekuasaan rezim tersebut.[422] Dalam Partai Komunis sendiri, kelaparan, kurang tidur dan jam kerja yang panjang yang dilakukan di kamp-kamp pelatihan untuk meningkatkan tekanan fisik dan mental dan sehingga memfasilitas indoktrinasi.[423] Short menyatakan bahwa "tak ada partai komunis lain" dalam sejarah yang pernah "sejauh ini dalam upayanya yang secara langsung merombak pikiran para anggotanya".[423]

Pol Pot membubarkan Partai Komunis pada 1980an sehingga menekankan perjuangan nasional bersatu melawan pendududkan Vietnam. Pada dasawarsa tersebut, Pol Pot menyatakan bahwa "Kami memilih komunisme karena kami ingin merestorasi negara kami. Kami membantu Vietnam, yang komunis. Namun kini komunis bertikai dengan kami. Sehingga kami beralih ke Barat dan mengikuti cara mereka."[369][412] Tindakan tersebut membuat Short berpendapat bahwa "lapisan Marxisme-Leninisme yang menyelubungi radikalisme Kamboja hanya sedalam kulit."[369]

Short mengamati bahwa pembuatan keputusan di Kamboja saat dipimpin oleh Pol Pot bersifat "tak beraturan", menjadikannya berbeda dari proses terorganisir tersentralisasi yang ditemukan di negara-negara Marxis–Leninis lainnya.[424] Pada masa Kamboja Demokratis, terdapat banyak ragam regional dan lokal dalam bagaimana para kader partai mengimplementasikan perintah-perintah Pol Pot.[242]

Pemerintahan Pol Pot bersifat totalitarian,[425] dan ia disebut sebagai diktator.[426] Pol Pot menginginkan autarki, atau keberlanjutan diri penuh, bagi Kamboja.[427] Short berpendapat bahwa Pol Pot telah menjadi "jurubicara otentik" untuk mendambakan agar sebagian besar orang Khmer merasakan "pengembalian bekas kebesaran mereka", era Kekaisaran Khmer.[428] Seperti pemimpin Kamboja sebelumnya, Chandler menyatakan bahwa Pol Pot memegang keyakinan bahwa Kamboja lebih dimurnikan ketimbang negara lain.[429] Kepemimpinan partai dideskripsikan bersifat zenofobik.[430] Pol Pot berulang kali menyatakan atau menyiratkan bahwa orang-orang Kamboja adalah kelompok superior secara intrinsik ketimbangkelompok etnis atau nasional lain dan bahwa mereka kebal terhadap pengaruh asing.[431] Short juga menyatakan bahwa Khmer Merah umumnya menganggap warga asing sebagai musuh. Pada perang saudara Kaboja, mereka membunuh sejumlah wartawan asing yang mereka tangkap, sementara Marxis Vietnam biasanya membiarkan mereka pergi.[153] Agama-agama asli dilarang sebagai bagian dari upaya Khmer Merah untuk menyingkirkan agama di negara tersebut.[432][433]

Kehidupan pribadi dan karakteristik[sunting | sunting sumber]

Untuk menambahkan kebingungan, bahkan identitasnya [Pol Pot] masih dipertanyakan. Dalam sebuah wawancara dengan televisi Yugoslavia pada 1977, Pol Pot berkata bahwa ia berasal dari sebuah keluarga petani miskin. Namun seorang pengungsi Kamboja di Paris, Laau Phuok, menyatakan bahwa nama sebenarnya Pol Pot adalah Saloth Sar, dan bahwa aayhnya adalah seorang tuan tanah yang berkerabat jauh dengan keluarga kerajaan. versi ketiga menyatakan bahwa Pol Pot sebenarnya adalah Tol Sat, seorang revolusioner yang memilih Majelis Perwakilan Rakyat Khmer Merah di Phom Penh pada 1976. Untuk menyelesaikan misteri tersebut, foto-foto penampilan Pol Pot cenderung sedikit selama bertahun-tahun.

— Wartawan Christopher Jones, 1981[11]

Pol Pot haus akan kekuasaan.[434] Ia bersifat introspektif,[435] menonjolkan diri,[436] dan menyimpan pengendalian diri.[436] Ia juga sangat tertutup,[5] terobsasi dengan kerahasiaan,[437] dan khawatir akan ancaman pembunuhan.[438] Ia seringkali memegang kendali sesambil pura-pura tak melakukannya;[439] Short menyatakan bahwa ia "senang sekali tampil apa adanya – sebuah wajah tanpa nama di kerumunan".[440] Pada karir politiknya, ia memakai serangkaian besar pseudonim: Pouk, Hay, Pol, 87, Paman Besar, Saudara Tua, Saudara Pertama dan ia menggunkan pseudonim 99 dan Phem pada tahun-tahun berikutnya.[441] Ia berkata kepada seorang sekretaris bahwa "makin sering kamu mengubah namamu itu makin baik. Itu membingungkan musuh".[441] Pada masa berikutnya, ia menyembunyikan dan memalsukan banyak penjelasan soal kehidupannya.[5] Ia tak pernah menjelaskan kenapa ia memilih pseudonim "Pol Pot".[168]

Perilaku bersahabat dan pengendalian diri [Pol Pot] membuatnya dihormati dan menginspirasi ketaatan. Pernyataan-pernyataan tercatatnya untuk pertemuan-pertemuan kecil seringkali bersuara lebih brutal ketimbang pernyataan-pernyataan yang dibuat olehnya kepada kelompok yang lebih besar, namun ia tak pernah memberi penekanan bahwa ia meninggikan suaranya atau kehilangan keseimbangan. Thiounn Mumm, yang sering berbincang kepadanya pada masanya, mendeskripsikannya dengan mempertanyakan karakterisasi Lenin oleh G. Axelrod: "Ia adalah revolusioner dua puluh empat jam sehari, dan ketika ia tertidur, ia bermimpi soal revolusi."

— Sejarawan David Chandler, 1992[442]

Menurut biografi resmi Pol Pot yang diterbitkan pada September 1978 oleh Departemen Pers dan Informasi Kementerian Urusan Luar Negeri Kamboja Demokratis, Pol Pot nampak hidup dan bekerja dengan tengan, ia memiliki "jiwa persatuan besar", ia menunjukan "optimisme revolusioner" dan ia "benar-benar dan sangat percaya diri dengan rakyat, massa, khususnya di kalangan petani miskin".[443] Pol Pot menyimpan apa yang Chandler sebut "karisma yang halus",[444] dan apa yang Short sebut sebagai "kepribadian magnetis".[347] Pada masa kecil, saudaranya menyatakan bahwa ia memiliki sifat berperilaku manis dan tenang, sementara para teman sekolahnya menyatakan bahwa Pol Pot bersifat biasa-biasa saja namun menyenangkan.[444] Sebagai guru, ia dikatakan oleh para muridnya memiliki sifat tenang, jujur dan persuasif,[444] memiliki "sifat yang baik dan kepribadian yang menarik".[104] Chandler menyatakan bahwa ia memiliki "sentuhan umum" saat berinteraksi dengan rakyat.[445] Menurut Short, sifat yang beragam dan selaras Pol Pot menandakan bahwa ia "dapat berkomunikasi secara alami dengan masyarakat dari segala bentuk dan kondisi, membangun hubungan naluriah yang selalu membuat mereka ingin menyukainya".[446] Beberapa pengamat berkomentar soal senyuan khasnya.[446] Saat berbicara kepada audien, ia biasanya membawa kipas, dimana dalam budaya Kamboja secara tradisional diasosiasikan dengan kerahiban.[258]

Pol Pot berbicara lembut.[447] Saat berpidato, ia bersikap hening dan tenang, bahkan di tengah-tengah pemakaian retorika kekerasan.[448] Chandler menyatakan bahwa saat bertemu dengan rakyat, Pol Pot menyimpan "aura hangat" dan dikenal karena "kata-kata yang dikeluarkan secara lambat".[449] Kong Duong, yang bekerja dengan Pol Pot pada 1980an, berkata bahwa ia "sangat disukai, seorang tokoh yang benar-benar baik. Ia bersahabat, dan segala hal yang ia katakan sangat masuk akal. Ia tak pernah menyalahkanmu atau memarahimu di hadapanmu."[447]

Pol Pot mengidap insomnia[153] dan sering sakit-sakitan.[438] Ia terserang malaria dan penyakit usus, yang membuatnya sakit beberapa kali setahun saat ia berkuasa.[450] Selain suka musik Khmer tradisional,[394] ia meminati puisi Prancis romantis pada masa kecil, dengan karya Paul Verlaine menjadi salah satu favoritnya.[33]

Chandler berpendapat bahwa selama tujuh tahun Pol Pot menjalani perkempingan hutan di kalangan rekan Marxis-nya, ia mendapatkan dampak signifikan tentang pandangan dunianya, dan mereka "mungkin memperkuat esensi takdir dan pengaruh diri".[451] Pol Pot memiliki sikap nasionalistik dan menyimpan sedikit peminatan dalam peristiwa-peristiwa di luar Kamboja.[435] Ia memiliki sifat merasa benar sendiri,[439] dan biasanya menolak kompromi atau berupaya untuk mencapai konsensus.[452] Short menyatakan bahwa "Pol meyakini bahwa ia bertindak untuk kebaikan umum dan cepat atau lambat semua orang akan menyadarinya."[453] Chandler menyatakan bahwa Pol Pot menyimpan "penekanan" terhadap kekerasan dan teror.[439] Short berpendapat bahwa Pol Pot, bersama dengan para anggota senior Khmer Merah lainnya, melakukan "glorifikasi kekerasan" dan memandang pertumpahan darah sebagai "sebab untuk kegembiraan". Short berpendapat bahwa hal tersebut menandakan bahwa kepemimpinan Khmer Merah berbeda dari orang-orang yang memimpin gerakan Marxis Tiongkok dan Vietnam, yang memandang kekerasan sebagai kejahatan yang dibutuhkan ketimbang suatu hal untuk mendorong kegembiraan.[454]

Pol Pot ingin para pengikutnya mengembangkan "hati nurani revolusioner" yang akan membolehkan mereka untuk bertindak tanpa pemanduannya dan seringkali tak disepakati saat mereka gagal untuk melakukannya.[455] Sebagian karena ia tak benar-benar mempercayai para bawahannya, ia mengadakan acara-acara berskala mikro, menaungi hal-hal seperti menu untuk resepsi negara atau untuk jadwal pemprograman untuk siaran radio.[456] Meskipun beberapa pendukung Pol Pot menginginkan kultus individu yang dicurahkan kepadanya seperti halnya tokoh-tokoh di negara berpemerintahan Marxis lainnya, hal tersebut tak pernah sukses dilakukan di Kamboja. Meskipun beberapa patung dada dan lukisannya dibuat pada permulaan perang dengan Vietnam Kaboja tak pernah menyaksikan lagu dan sandiwara yang ditulis tentangnya, fotonya tak dimasukan dalam sastra partai, dan tak ada publikasi soal "pemikiran-pemikiran"nya, seperti yang nampak di kalangan pemimpin di negara-negara seperti Tiongkok dan Korea Utara.[331] Chandler berpikir bahwa kultus individu yang direncanakan "tak pernah sepenuhnya terwujud" dalam sekala besar karena "pengiklanan diri tak berjalan mudah untuk Pol Pot."[330] Hal ini juga merefleksikan penentangan tulusnya terhadap individualisme.[331]

Sambutan dan warisan[sunting | sunting sumber]

Grafiti yang memperingati Pol Pot di Sundsvall, Swedia

Chandler menyebut Pol Pot sebagai salah satu "pemimpin visioner sejarah Kamboja" atas upayanya untuk mentransformasikan negara tersebut secara radikal.[452] Pada 1979, namanya di macanegara diidentikkan dengan pembunuhan massal dan pertikaian.[457] Dalam catatan obituarium untuk Pol Pot, The New York Times menyebutnya sebagai pembuat "salah satu rezim paling brutal dan radikal pada abad ke-20".[458] BBC News dan majalah Time menyalahkan pemerintahannya atas "salah satu pembunuhan massal terburuk pada abad ke-20".[459] Pada 2009, Deutsche Welle menyebut pemerintahan Pol Pot melakukan salah satu "eksperimen politik paling jahat di dunia",[460] sementara Short menyebut Khmer Merah sebagai "gerakan revolusioner paling radikal pada zaman modern".[394] Menulis untuk majalah sosialis AS Jacobin pada 2019, sosialis Belanda, Alex de Jong, mengkarakterisasikan pemerintahan Pol Pot sebagai "rezim genosidal" dan menyatakan bahwa nama Khmer Merah menjadi "sinonim dengan pembunuhan dan penindasan".[461] Kebanyakan orang Kamboja yang hidup pada masa pemerintahannya kemudian menyebutnya sebagai samai a-Pot ("era Pot yang hina").[462]

Gagasan bahwa kematian yang terjadi di bawah pemerintahan Pol Pot seharusnya dianggap sebagai genosida mula-mula dimajukan oleh pemerintah Vietnam pada 1979 usai pengungkapan terhadap pembunuhan yang dilakukan di penjara Tuol Sleng.[463] Pemerintahan RRK bekingan Vietnam membuka penjara tersebut untuk para pengunjung sebagai "Museum Genosida".[296] Short berpendapat bahwa meskipun pemerintahan Pol Pot jelas-jelas bertanggung jawab atas kejahatan melawan kemanusiaan, terdapat kesalahpahaman yang menuduhnya melakukan genosida karena ia tak pernah berusaha untuk menyingkirkan seluruh penduduk.[463]

Chandler menyatakan bahwa meskipun "revolusi Kamboja" di bawah naungan Pol Pot menghasilkan "jutaan korban", peristiwa tersebut juga memiliki beberapa manfaat.[296] Orang-orang yang diberdayakan oleh pemerintahan Khmer Merah "mungkin meyakini" klaim-klaim Pol Pot terkait pembangunan masyarakat sosialis atau "bersikap terlalu semangat terhadap apa yang mereka lakukan", menurut Chandler.[464] Chandler juga menyatakan bahwa para pendukung Pol Pot meyakini bahwa ini adalah "strategi dan taktiknya nampak jelas merebut kekuasaan Kamboja dari Amerika Serikat dan boneka-boneka feodalnya" dan ia "mendepak musuh-musuh dari partai, mendorong kewaspadaan, menjalin aliansi dengan Tiongkok, dan mendalangi Rencana Empat Tahun."[330] Pada masa perang dengan Vietnam, kebanyakan orang Kamboja enganggap pasukan Khmer Merah pimpinan Pol Pot sebagai nasionalis yang mempertahankan negara tersebut.[465] Di mancanegara, gerakannya meraih dukungan dari negara-negara seperti Tiongkok, Thailand, dan Amerika Serikat pada masa konflik tersebut karena mereka memandangnya sebagai benteng melawan Vietnam saat Uni Soviet menjadi sekutu utama Vietnam.[466]

Berbagai kelompok Marxis–Leninis mendorong pemerintahan Pol Pot saat berkuasa. Contohnya, Liga Komunis Kanada kecil (Marxis–Leninis) memuji pemerintahannya dan mengirim delegasi untuk menemuinya di Phnom Penh pada Desember 1978.[467] Simpatisan lain yang mengunjungi Pol Pot pada tahun tersebut adalah komunis Skotlandia Malcolm Caldwell, seorang sejarawan ekonomi yang berbasis di School of Oriental and African Studies, London. Ia bertemu dengan Pol Pot, namun dibunuh tak lama setelahnya. Pelakunya tak pernah teridentifikasi.[468][469] Selain itu pada 1978, Khmer Merah bertemu dengan para delegasi Asosiasi Persahabatan Swedia-Kamboja, yang para anggotanya secara terbuka bersimpati dengan rezim Pol Pot.[470] Salah satu anggotanya, Gunnar Bergström, kemudian menyatakan pada 1970an bahwa ia merupakan Marxis-Leninis yang tak puas dengan Uni Soviet dan meyakini bahwa pemerintahan Kamboja membangun masyarakat yang berlandaskan kebebasan dan kesetaraan.[471] Dalam pandangannya, rezim Khmer Merah adalah "contoh Dunia Ketiga".[470] Bergström menyatakan bahwa ia dan para rekan anggotanya mendengar soal kejahatan yang dilakukan namun "tak ingin mempercayainya".[471]

Kegiatan kultus di seputaran makam Pol Pot[sunting | sunting sumber]

Sejumlah kegiatan dan praktek kultus teramati di seputaran makam Pol Pot.[472] Orang-orang dari Anlong Veng, selain juga dari belahan Kamboja lain, datang ke makamnya untuk membersembahkan makanan pada hari-hari raya tertentu, yang meliputi Perayaan Orang Mati dan Tahun Baru Kamboja. Beberapa orang membuat persembahan makanan harian, serta persembahan paling signifikan seperti kepala babi dan musik yang dinyanyikan oleh orkestra.[472] Amanda Pike, seorang wartawan investigatif yang mengunjungi Kamboja, menyatakan bahwa beberapa pendukung Pol Pot, masih mengingat kenangan dan ideologinya dan beberapa orang yang sangat meyakininya, masih memujanya.[473] Ia melaporkan bahwa orang-orang menggali abu Pol Pot dan mengambil fragmen tulang-tulangnya untuk dibawa sebagai jimat.[473] Para penduduk desa Kamboja berkata bahwa mereka memimpikan Pol Pot. Setelah itu, mereka memenangkan lotere atau sembuh dari malaria.[474] Selain itu, orang-orang berlutut di dekat makamnya dan mulai berdoa. Mereka menyatakan: "Semua anak-anakmu ada disini, Kakek. Jangan berkata bahwa kami melupakanmu". Mereka meminta agar kesehatan yang baik dan agar anak-anak mereka dididik, seperti halnya Pol Pot.[474] Saat ditanyai kenapa mereka datang ke makam Pol Pot, beberapa orang berkata bahwa mereka mengetahuinya secara pribadi. Pihak lain berkata bahwa mereka bergi untuk memberikan penghormatan mereka terhadap seorang mantan pemimpin. Kebanyakan orang memandang bahwa beberapa bagian dua memikirkan Pol Oot dalam sorotan negatif. Namun, mereka menyatakan bahwa ia adalah pendukung petani umum dan pembela Kamboja.[474] Terdapat juga kasus orang memimpikan Pol Pot dan tidur berjalan menuju ke makamnya.[474] Amanda Pike berkata seorang wanita tua bernama Chou Kitt – seorang penyintas genosida Kamboja yang menyatakan bahwa ia kehilangan sebagian besar anggota keluarganya di bawah kepemimpinan Khmer Merah – berkata bahwa Pol Pot mengunjunginya dalam mimpinya. Pike melaporkan:[474]

Chou Kitt berkata bahwa Pol Pot menampakkan diri kepadanya pada malam hari, nampak rapuh dan sedih. Ia berkata kepadanya bahwa ia kepanasan pada siang hari dan kedinginan pada malam hari. hIa mengeluh bahwa ia lapar. Saat ia terbangun, ia menyadari bahwa ia tidur berjalan menuju makamnya. Sehingga, Chou mengumpulkan sebagian besar kekayaan duniawinya dan membangun tempat perlindungan yang kini menutupi abu Pol Pot. Ia juga mengadakan perayaan untuk menghormatinya, menyembelih babi di tempat makamnya. Kemudian, Chou bermimpi bahwa Pol Pot berterima kasih kepadanya -- ia akhirnya nyaman dan puas.[474]

Catatan penjelas[sunting | sunting sumber]

  1. ^ UK /pɒl pɒt/, US /pl/; Bahasa Khmer: ប៉ុល ពត; pengucapan Khmer: [pol pɔːt]
  2. ^ Bahasa Khmer: សាឡុត ស; pengucapan Khmer: [saːlot sɑː]
  3. ^ Dikenal sebagai Partai Buruh Kamboja sampai 1966.[2]

Referensi[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Pol Pot's daughter weds". The Phnom Penh Post. 17 March 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 August 2014. Diakses tanggal 29 June 2014. 
  2. ^ "Khmer People's Revolutionary Party (KPRP)". GlobalSecurity.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 July 2020. Diakses tanggal 4 July 2020. 
  3. ^ Chandler 1992, hlm. 7; Short 2004, hlm. 15.
  4. ^ a b Short 2004, hlm. 18.
  5. ^ a b c Chandler 1992, hlm. 7.
  6. ^ a b Short 2004, hlm. 15.
  7. ^ Chandler 1992, hlm. 8; Short 2004, hlm. 15, 18.
  8. ^ a b c Chandler 1992, hlm. 8.
  9. ^ Short 2004, hlm. 16.
  10. ^ Short 2004, hlm. 20.
  11. ^ a b c Jones, Christopher (20 December 1981). "In the Land of the Khmer Rouge". New York Times. 
  12. ^ Chandler 1992, hlm. 14.
  13. ^ Chandler 1992, hlm. 8; Short 2004, hlm. 16–17.
  14. ^ Chandler 1992, hlm. 9; Short 2004, hlm. 20–21.
  15. ^ Short 2004, hlm. 23.
  16. ^ Chandler 1992, hlm. 17; Short 2004, hlm. 23.
  17. ^ a b c Chandler 1992, hlm. 17.
  18. ^ Short 2004, hlm. 28.
  19. ^ Short 2004, hlm. 27.
  20. ^ Chandler 1992, hlm. 17; Short 2004, hlm. 28–29.
  21. ^ Chandler 1992, hlm. 18; Short 2004, hlm. 28.
  22. ^ a b c Chandler 1992, hlm. 22.
  23. ^ Chandler 1992, hlm. 19; Short 2004, hlm. 31.
  24. ^ Chandler 1992, hlm. 20; Short 2004, hlm. 31.
  25. ^ Chandler 1992, hlm. 19.
  26. ^ Short 2004, hlm. 32–33.
  27. ^ Chandler 1992, hlm. 21.
  28. ^ Short 2004, hlm. 36.
  29. ^ Chandler 1992, hlm. 21; Short 2004, hlm. 42.
  30. ^ Chandler 1992, hlm. 21; Short 2004, hlm. 42–43.
  31. ^ a b Short 2004, hlm. 42.
  32. ^ Short 2004, hlm. 42–43.
  33. ^ a b Short 2004, hlm. 31.
  34. ^ Short 2004, hlm. 34.
  35. ^ Chandler 1992, hlm. 21; Short 2004, hlm. 37.
  36. ^ Chandler 1992, hlm. 23–24; Short 2004, hlm. 37.
  37. ^ Chandler 1992, hlm. 23–24.
  38. ^ Chandler 1992, hlm. 24.
  39. ^ Short 2004, hlm. 40–42.
  40. ^ Short 2004, hlm. 43.
  41. ^ Chandler 1992, hlm. 25, 27; Short 2004, hlm. 45.
  42. ^ a b c Short 2004, hlm. 49.
  43. ^ a b Chandler 1992, hlm. 28.
  44. ^ a b Short 2004, hlm. 51.
  45. ^ Short 2004, hlm. 53.
  46. ^ Chandler 1992, hlm. 30; Short 2004, hlm. 50.
  47. ^ Chandler 1992, hlm. 30.
  48. ^ Chandler 1992, hlm. 34.
  49. ^ Chandler 1992, hlm. 28–29.
  50. ^ Short 2004, hlm. 52, 59.
  51. ^ a b c Short 2004, hlm. 63.
  52. ^ Short 2004, hlm. 64.
  53. ^ Short 2004, hlm. 68.
  54. ^ Short 2004, hlm. 62.
  55. ^ Chandler 1992, hlm. 22–28; Short 2004, hlm. 66.
  56. ^ a b c Short 2004, hlm. 66.
  57. ^ Chandler 1992, hlm. 27.
  58. ^ Short 2004, hlm. 69.
  59. ^ Chandler 1992, hlm. 34; Short 2004, hlm. 67.
  60. ^ Short 2004, hlm. 65.
  61. ^ a b Short 2004, hlm. 70.
  62. ^ Short 2004, hlm. 72.
  63. ^ Short 2004, hlm. 74.
  64. ^ Short 2004, hlm. 76–77.
  65. ^ Chandler 1992, hlm. 39; Short 2004, hlm. 79.
  66. ^ Short 2004, hlm. 80.
  67. ^ a b Short 2004, hlm. 83.
  68. ^ Chandler 1992, hlm. 28; Short 2004, hlm. 65, 82.
  69. ^ Chandler 1992, hlm. 42; Short 2004, hlm. 82.
  70. ^ Chandler 1992, hlm. 28, 42.
  71. ^ Short 2004, hlm. 85–86.
  72. ^ Short 2004, hlm. 88–89.
  73. ^ Short 2004, hlm. 87.
  74. ^ Short 2004, hlm. 89.
  75. ^ Short 2004, hlm. 89–90.
  76. ^ Short 2004, hlm. 90.
  77. ^ Short 2004, hlm. 90, 95.
  78. ^ Short 2004, hlm. 96.
  79. ^ Chandler 1992, hlm. 44; Short 2004, hlm. 96.
  80. ^ Short 2004, hlm. 100.
  81. ^ Chandler 1992, hlm. 45; Short 2004, hlm. 100.
  82. ^ Short 2004, hlm. 92–95.
  83. ^ Chandler 1992, hlm. 44–45; Short 2004, hlm. 95.
  84. ^ Short 2004, hlm. 101.
  85. ^ Chandler 1992, hlm. 45–46; Short 2004, hlm. 103–04.
  86. ^ Chandler 1992, hlm. 46; Short 2004, hlm. 104.
  87. ^ Chandler 1992, hlm. 46; Short 2004, hlm. 104–05.
  88. ^ Short 2004, hlm. 105.
  89. ^ Chandler 1992, hlm. 48.
  90. ^ Chandler 1992, hlm. 46, 48; Short 2004, hlm. 106.
  91. ^ Chandler 1992, hlm. 47–48; Short 2004, hlm. 107–08.
  92. ^ Chandler 1992, hlm. 49; Short 2004, hlm. 109–10.
  93. ^ Chandler 1992, hlm. 49, 51; Short 2004, hlm. 110–12.
  94. ^ Short 2004, hlm. 112–13.
  95. ^ Short 2004, hlm. 113–14.
  96. ^ Chandler 1992, hlm. 47; Short 2004, hlm. 116.
  97. ^ Chandler 1992, hlm. 54.
  98. ^ Chandler 1992, hlm. 52; Short 2004, hlm. 120.
  99. ^ Chandler 1992, hlm. 54; Short 2004, hlm. 120.
  100. ^ Short 2004, hlm. 116–17.
  101. ^ Short 2004, hlm. 117.
  102. ^ Chandler 1992, hlm. 52; Short 2004, hlm. 118.
  103. ^ Short 2004, hlm. 116.
  104. ^ a b Short 2004, hlm. 120.
  105. ^ Short 2004, hlm. 121.
  106. ^ Short 2004, hlm. 121–22.
  107. ^ Short 2004, hlm. 122.
  108. ^ Short 2004, hlm. 135–136.
  109. ^ Chandler 1992, hlm. 62.
  110. ^ Chandler 1992, hlm. 61–62; Short 2004, hlm. 138.
  111. ^ Tyner, James A. (2017). From Rice Fields to Killing Fields: Nature, Life, and Labor under the Khmer Rouge. Syracuse, NY: Syracuse University Press. hlm. 38. ISBN 978-0815635567. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 March 2019. Diakses tanggal 23 January 2019. 
  112. ^ Short 2004, hlm. 139–40.
  113. ^ Chandler 1992, hlm. 63; Short 2004, hlm. 140.
  114. ^ Chandler 1992, hlm. 63–64; Short 2004, hlm. 141.
  115. ^ Short 2004, hlm. 141.
  116. ^ Short 2004, hlm. 124–25.
  117. ^ Short 2004, hlm. 127.
  118. ^ Chandler 1992, hlm. 60; Short 2004, hlm. 131–32.
  119. ^ Chandler 1992, hlm. 66; Short 2004, hlm. 142–43.
  120. ^ Chandler 1992, hlm. 67; Short 2004, hlm. 144.
  121. ^ Chandler 1992, hlm. 67.
  122. ^ Short 2004, hlm. 145.
  123. ^ a b c Short 2004, hlm. 146.
  124. ^ Chandler 1992, hlm. 66; Short 2004, hlm. 141–42.
  125. ^ Short 2004, hlm. 147.
  126. ^ a b Short 2004, hlm. 148.
  127. ^ Short 2004, hlm. 148–49.
  128. ^ Short 2004, hlm. 149.
  129. ^ Short 2004, hlm. 152.
  130. ^ Chandler 1992, hlm. 74; Short 2004, hlm. 156–57.
  131. ^ Chandler 1992, hlm. 70–71; Short 2004, hlm. 157.
  132. ^ Short 2004, hlm. 158–59.
  133. ^ Short 2004, hlm. 159.
  134. ^ a b c "西哈努克、波尔布特与中国". news.ifeng.com (dalam bahasa Tionghoa). Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 December 2019. Diakses tanggal 6 December 2019. 
  135. ^ Chandler 1992, hlm. 76–77; Short 2004, hlm. 159–60.
  136. ^ Chandler, David P. (2018). Brother Number One: A Political Biography Of Pol Pot (dalam bahasa Inggris). Routledge. ISBN 978-0-429-98161-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 August 2020. Diakses tanggal 6 December 2019. 
  137. ^ Chandler 1992, hlm. 70.
  138. ^ Short 2004, hlm. 161.
  139. ^ Chandler 1992, hlm. 79; Short 2004, hlm. 161–62.
  140. ^ Chandler 1992, hlm. 207.
  141. ^ Chandler 1992, hlm. 70; Short 2004, hlm. 162.
  142. ^ Short 2004, hlm. 162.
  143. ^ Short 2004, hlm. 170.
  144. ^ Short 2004, hlm. 172.
  145. ^ Short 2004, hlm. 173.
  146. ^ a b c Short 2004, hlm. 174.
  147. ^ Chandler 1992, hlm. 84; Short 2004, hlm. 174.
  148. ^ Short 2004, hlm. 175.
  149. ^ Chandler 1992, hlm. 86; Short 2004, hlm. 175–76.
  150. ^ a b Short 2004, hlm. 176.
  151. ^ Short 2004, hlm. 177.
  152. ^ a b Short 2004, hlm. 188.
  153. ^ a b c Short 2004, hlm. 210.
  154. ^ Chandler 1992, hlm. 89; Short 2004, hlm. 195–97.
  155. ^ Chandler 1992, hlm. 89–90; Short 2004, hlm. 198–99.
  156. ^ Short 2004, hlm. 200.
  157. ^ Short 2004, hlm. 199–200.
  158. ^ "Dining with the Dear Leader". Asia Time. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 August 2016. Diakses tanggal 26 August 2020. 
  159. ^ Short 2004, hlm. 202.
  160. ^ Short 2004, hlm. 204.
  161. ^ Short 2004, hlm. 202–03.
  162. ^ Chandler 1992, hlm. 87.
  163. ^ a b Short 2004, hlm. 216.
  164. ^ Short 2004, hlm. 215.
  165. ^ Chandler 1992, hlm. 101; Short 2004, hlm. 218.
  166. ^ Short 2004, hlm. 218.
  167. ^ Short 2004, hlm. 210–11.
  168. ^ a b Short 2004, hlm. 212.
  169. ^ Short 2004, hlm. 213; Hinton 2005, hlm. 382.
  170. ^ a b Short 2004, hlm. 222.
  171. ^ Short 2004, hlm. 223–24.
  172. ^ Chandler 1992, hlm. 95.
  173. ^ Short 2004, hlm. 225.
  174. ^ Short 2004, hlm. 223.
  175. ^ a b c Short 2004, hlm. 227.
  176. ^ a b Short 2004, hlm. 230.
  177. ^ Short 2004, hlm. 229.
  178. ^ a b c Short 2004, hlm. 231.
  179. ^ Short 2004, hlm. 230–31.
  180. ^ Short 2004, hlm. 232.
  181. ^ Chandler 1992, hlm. 100; Short 2004, hlm. 230, 236.
  182. ^ Short 2004, hlm. 236.
  183. ^ Short 2004, hlm. 233–34.
  184. ^ Short 2004, hlm. 235.
  185. ^ Chandler 1992, hlm. 100; Short 2004, hlm. 236.
  186. ^ Short 2004, hlm. 237.
  187. ^ Short 2004, hlm. 237–38.
  188. ^ Chandler 1992, hlm. 101–04; Short 2004, hlm. 242–44.
  189. ^ Chandler 1992, hlm. 105; Short 2004, hlm. 246–47.
  190. ^ a b Short 2004, hlm. 247.
  191. ^ Short 2004, hlm. 246.
  192. ^ Short 2004, hlm. 249.
  193. ^ Short 2004, hlm. 249–51.
  194. ^ Short 2004, hlm. 249–50.
  195. ^ Chandler 1992, hlm. 104; Short 2004, hlm. 249.
  196. ^ Chandler 1992, hlm. 107; Short 2004, hlm. 254.
  197. ^ Short 2004, hlm. 251.
  198. ^ Short 2004, hlm. 255.
  199. ^ a b Short 2004, hlm. 256.
  200. ^ Chandler 1992, hlm. 107; Short 2004, hlm. 256–57.
  201. ^ Short 2004, hlm. 261.
  202. ^ Chandler 1992, hlm. 108; Short 2004, hlm. 265–68.
  203. ^ Short 2004, hlm. 271.
  204. ^ Chandler 1992, hlm. 107; Short 2004, hlm. 263.
  205. ^ Short 2004, hlm. 264.
  206. ^ a b Short 2004, hlm. 275.
  207. ^ Chandler 1992, hlm. 108; Short 2004, hlm. 254.
  208. ^ Chandler 1992, hlm. 108; Short 2004, hlm. 271.
  209. ^ Short 2004, hlm. 272.
  210. ^ Short 2004, hlm. 273.
  211. ^ Short 2004, hlm. 278–79.
  212. ^ Chandler 1992, hlm. 108–09; Short 2004, hlm. 272–73.
  213. ^ Short 2004, hlm. 287.
  214. ^ a b Short 2004, hlm. 286.
  215. ^ Chandler 1992, hlm. 109; Short 2004, hlm. 286.
  216. ^ a b c d Short 2004, hlm. 288.
  217. ^ a b Short 2004, hlm. 293.
  218. ^ Short 2004, hlm. 294–95.
  219. ^ a b Short 2004, hlm. 289.
  220. ^ Ciorciari 2014, hlm. 218–19.
  221. ^ Ciorciari 2014, hlm. 218.
  222. ^ Chandler 1992, hlm. 110; Short 2004, hlm. 296–98.
  223. ^ Chandler 1992, hlm. 110; Short 2004, hlm. 298–301.
  224. ^ Short 2004, hlm. 299–300.
  225. ^ a b Chandler 1992, hlm. 111; Short 2004, hlm. 303.
  226. ^ Short 2004, hlm. 303.
  227. ^ Short 2004, hlm. 305.
  228. ^ Short 2004, hlm. 299.
  229. ^ Short 2004, hlm. 297.
  230. ^ a b c d Short 2004, hlm. 312.
  231. ^ Chandler 1992, hlm. 116; Short 2004, hlm. 343–44.
  232. ^ a b c Short 2004, hlm. 344.
  233. ^ a b Short 2004, hlm. 304.
  234. ^ Chandler 1992, hlm. 113; Short 2004, hlm. 322.
  235. ^ Chandler 1992, hlm. 113; Ciorciari 2014, hlm. 218.
  236. ^ Chandler 1992, hlm. 111.
  237. ^ Chandler 1992, hlm. 111; Short 2004, hlm. 329–30.
  238. ^ Short 2004, hlm. 329.
  239. ^ Short 2004, hlm. 330.
  240. ^ Short 2004, hlm. 330–31.
  241. ^ Short 2004, hlm. 306–08; Ciorciari 2014, hlm. 219–20.
  242. ^ a b c d Short 2004, hlm. 291.
  243. ^ Chandler 1992; Short 2004, hlm. 306.
  244. ^ Short 2004, hlm. 308.
  245. ^ a b c d e f Short 2004, hlm. 292.
  246. ^ a b Short 2004, hlm. 321.
  247. ^ a b Short 2004, hlm. 322.
  248. ^ Chandler 1992, hlm. 123; Short 2004, hlm. 322.
  249. ^ Short 2004, hlm. 319.
  250. ^ Short 2004, hlm. 323–24.
  251. ^ Short 2004, hlm. 324–25.
  252. ^ a b c d e f Short 2004, hlm. 326.
  253. ^ Short 2004, hlm. 333.
  254. ^ a b c d Short 2004, hlm. 332.
  255. ^ Chandler 1992, hlm. 114–15; Short 2004, hlm. 334–35.
  256. ^ Short 2004, hlm. 334–35.
  257. ^ Short 2004, hlm. 335–36.
  258. ^ a b c Short 2004, hlm. 341.
  259. ^ a b Short 2004, hlm. 342.
  260. ^ Chandler 1992, hlm. 112; Short 2004, hlm. 342.
  261. ^ a b Chandler 1992, hlm. 116; Short 2004, hlm. 336.
  262. ^ Short 2004, hlm. 337.
  263. ^ Short 2004, hlm. 336.
  264. ^ a b Short 2004, hlm. 340.
  265. ^ a b Chandler 1992, hlm. 128; Short 2004, hlm. 361.
  266. ^ Chandler 1992, hlm. 142; Short 2004, hlm. 375.
  267. ^ Chandler 1992, hlm. 128; Short 2004, hlm. 362.
  268. ^ a b Short 2004, hlm. 362.
  269. ^ Thion, pp. 27–28
  270. ^ Michael Vickery, Cambodia: 1975–1982. Boston: South End Press, 1984, p. 288.
  271. ^ Short 2004, hlm. 288–89.
  272. ^ Short 2004, hlm. 327.
  273. ^ a b c Short 2004, hlm. 351.
  274. ^ Chandler 1992, hlm. 126; Short 2004, hlm. 344–45.
  275. ^ a b Short 2004, hlm. 346.
  276. ^ Short 2004, hlm. 347.
  277. ^ Short 2004, hlm. 352.
  278. ^ a b Short 2004, hlm. 353.
  279. ^ Short 2004, hlm. 345–46.
  280. ^ Short 2004, hlm. 348.
  281. ^ Short 2004, hlm. 349.
  282. ^ Wessinger, Catherine (2000). Millennialism, Persecution, and Violence: Historical Cases. Syracuse University Press. hlm. 282. ISBN 978-0815628095. Democratic Kampuchea was officially an atheist state, and the persecution of religion by the Khmer Rouge was matched in severity only by the persecution of religion in the communist states of Albania and North Korea, so there were not any direct historical continuities of Buddhism into the Democratic Kampuchea era. 
  283. ^ Short 2004, hlm. 313.
  284. ^ a b Short 2004, hlm. 354.
  285. ^ Short 2004, hlm. 354–55.
  286. ^ Short 2004, hlm. 359.
  287. ^ Short 2004, hlm. 360.
  288. ^ Chandler 1992, hlm. 134; Short 2004, hlm. 367.
  289. ^ Short 2004, hlm. 344, 366.
  290. ^ Short 2004, hlm. 368–70.
  291. ^ Chandler 1992, hlm. 130, 133; Short 2004, hlm. 358.
  292. ^ a b Short 2004, hlm. 364.
  293. ^ Short 2004, hlm. 367.
  294. ^ a b c d Short 2004, hlm. 371.
  295. ^ Short 2004, hlm. 370.
  296. ^ a b c Chandler 1992, hlm. 168.
  297. ^ a b c d Short 2004, hlm. 372.
  298. ^ a b Short 2004, hlm. 368.
  299. ^ Short 2004, hlm. 383.
  300. ^ a b Short 2004, hlm. 384–85.
  301. ^ Short 2004, hlm. 384.
  302. ^ Short 2004, hlm. 357.
  303. ^ a b Short 2004, hlm. 356.
  304. ^ Ciorciari 2014, hlm. 217.
  305. ^ Ciorciari 2014, hlm. 215.
  306. ^ Short 2004, hlm. 300; Ciorciari 2014, hlm. 220.
  307. ^ Ciorciari 2014, hlm. 220.
  308. ^ Chandler 1992, hlm. 110; Short 2004, hlm. 302; Ciorciari 2014, hlm. 226–27, 234.
  309. ^ Ciorciari 2014, hlm. 216–17.
  310. ^ Ciorciari 2014, hlm. 221.
  311. ^ a b Short 2004, hlm. 363.
  312. ^ Short 2004, hlm. 332–33.
  313. ^ a b Short 2004, hlm. 361.
  314. ^ Kiernan, Ben (2003). "The Demography of Genocide in Southeast Asia: The Death Tolls in Cambodia, 1975–79, and East Timor, 1975–80". Critical Asian Studies. 35 (4): 585–597. doi:10.1080/1467271032000147041. 
  315. ^ Locard, Henri (March 2005). "State Violence in Democratic Kampuchea (1975–1979) and Retribution (1979–2004)". European Review of History. 12 (1): 121–143. doi:10.1080/13507480500047811. 
  316. ^ a b Heuveline, Patrick (2001). "The Demographic Analysis of Mortality Crises: The Case of Cambodia, 1970–1979". Forced Migration and Mortality. National Academies Press. hlm. 102–105. ISBN 978-0309073349. 
  317. ^ Seybolt, Taylor B.; Aronson, Jay D.; Fischoff, Baruch (2013). Counting Civilian Casualties: An Introduction to Recording and Estimating Nonmilitary Deaths in Conflict. Oxford University Press. hlm. 238. ISBN 978-0199977314. 
  318. ^ a b c "Cambodia: U.S. bombing, civil war, & Khmer Rouge". World Peace Foundation. 7 August 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 July 2019. Diakses tanggal 5 August 2019. 
  319. ^ Heuveline, Patrick (2001). "The Demographic Analysis of Mortality Crises: The Case of Cambodia, 1970–1979". Forced Migration and Mortality. National Academies Press. hlm. 124. ISBN 978-0-309-07334-9.  cf. Hersh, Seymour M. (8 August 1979). "2.25 million Cambodians Facing Starvation". The New York Times. 
  320. ^ Short 2004, hlm. 376.
  321. ^ Chandler 1992, hlm. 141; Short 2004, hlm. 375.
  322. ^ Chandler 1992, hlm. 145; Short 2004, hlm. 375–77.
  323. ^ Chandler 1992, hlm. 150–51; Short 2004, hlm. 377.
  324. ^ Chandler 1992, hlm. 151; Short 2004, hlm. 377.
  325. ^ a b Short 2004, hlm. 378.
  326. ^ a b Short 2004, hlm. 389.
  327. ^ Chandler 1992, hlm. 151.
  328. ^ Chandler 1992, hlm. 152; Short 2004, hlm. 379.
  329. ^ Chandler 1992, hlm. 157–58; Short 2004, hlm. 361.
  330. ^ a b c Chandler 1992, hlm. 157.
  331. ^ a b c Chandler 1992, hlm. 158.
  332. ^ Chandler 1992, hlm. 155; Short 2004, hlm. 385.
  333. ^ a b c d Short 2004, hlm. 386.
  334. ^ a b Short 2004, hlm. 387.
  335. ^ Short 2004, hlm. 381.
  336. ^ Short 2004, hlm. 391.
  337. ^ Short 2004, hlm. 393.
  338. ^ Short 2004, hlm. 390.
  339. ^ Short 2004, hlm. 390, 393.
  340. ^ Short 2004, hlm. 388.
  341. ^ Short 2004, hlm. 388–89.
  342. ^ Short 2004, hlm. 389–90.
  343. ^ a b Short 2004, hlm. 392.
  344. ^ a b c Short 2004, hlm. 395.
  345. ^ Short 2004, hlm. 397.
  346. ^ Short 2004, hlm. 396–97.
  347. ^ a b Short 2004, hlm. 396.
  348. ^ a b Short 2004, hlm. 398.
  349. ^ a b c d Short 2004, hlm. 402.
  350. ^ a b Short 2004, hlm. 400.
  351. ^ Short 2004, hlm. 399.
  352. ^ Short 2004, hlm. 400–01.
  353. ^ Chandler 1992, hlm. 165; Short 2004, hlm. 401.
  354. ^ a b Short 2004, hlm. 409.
  355. ^ Chandler 1992, hlm. 165; Short 2004, hlm. 409.
  356. ^ Short 2004, hlm. 402–03.
  357. ^ a b Short 2004, hlm. 405.
  358. ^ Short 2004, hlm. 406–08.
  359. ^ Short 2004, hlm. 407.
  360. ^ a b Short 2004, hlm. 406.
  361. ^ Short 2004, hlm. 408.
  362. ^ Short 2004, hlm. 407–08.
  363. ^ a b c Short 2004, hlm. 411.
  364. ^ Chandler 1992, hlm. 169–70; Short 2004, hlm. 415.
  365. ^ a b c d Short 2004, hlm. 414.
  366. ^ Chandler 1992, hlm. 156; Short 2004, hlm. 412.
  367. ^ Chandler 1992, hlm. 171; Short 2004, hlm. 415.
  368. ^ a b c Short 2004, hlm. 412.
  369. ^ a b c d Short 2004, hlm. 417.
  370. ^ Short 2004, hlm. 415–16.
  371. ^ Short 2004, hlm. 415.
  372. ^ a b c Short 2004, hlm. 416.
  373. ^ Chandler 1992, hlm. 184.
  374. ^ Chandler 1992, hlm. 169; Short 2004, hlm. 416.
  375. ^ Short 2004, hlm. 416–17.
  376. ^ a b Short 2004, hlm. 418.
  377. ^ Short 2004, hlm. 419.
  378. ^ Short 2004, hlm. 420–21.
  379. ^ a b Short 2004, hlm. 421.
  380. ^ Short 2004, hlm. 422.
  381. ^ a b Short 2004, hlm. 423.
  382. ^ Short 2004, hlm. 423–24.
  383. ^ Short 2004, hlm. 424–25.
  384. ^ Short 2004, hlm. 425.
  385. ^ Short 2004, hlm. 426.
  386. ^ a b c Short 2004, hlm. 427.
  387. ^ a b c Short 2004, hlm. 428.
  388. ^ Short 2004, hlm. 429.
  389. ^ a b c d e Short 2004, hlm. 430.
  390. ^ Short 2004, hlm. 430–31.
  391. ^ a b c Short 2004, hlm. 431.
  392. ^ a b Short 2004, hlm. 432.
  393. ^ Short 2004, hlm. 434.
  394. ^ a b c d e f g Short 2004, hlm. 433.
  395. ^ Short 2004, hlm. 436.
  396. ^ a b c Short 2004, hlm. 437.
  397. ^ Short 2004, hlm. 438.
  398. ^ a b Short 2004, hlm. 440.
  399. ^ Short 2004, hlm. 440–41.
  400. ^ a b c Short 2004, hlm. 441.
  401. ^ "Pol Pot: Mistakes Were Made". AP NEWS. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 April 2021. Diakses tanggal 3 November 2020. 
  402. ^ Service, New York Times News. "POL POT FEELS NO GUILT FOR BUTCHERY". chicagotribune.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 April 2021. Diakses tanggal 14 September 2020. 
  403. ^ Farley, Maggie (23 October 1997). "Ailing Pol Pot Looks Back on Reign Without Remorse". Los Angeles Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 April 2021. Diakses tanggal 14 September 2020. 
  404. ^ a b c d e Short 2004, hlm. 442.
  405. ^ ""Killing Fields Leader 'killed himself'," BBC News, January 21, 1999". Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 March 2016. Diakses tanggal 14 March 2021. 
  406. ^ Poole, Teresa (21 January 1999). "Pol Pot `suicide' to avoid US trial" Diarsipkan 1 May 2019 di Wayback Machine.. The Independent. London. Retrieved 5 August 2019.
  407. ^ Gittings, John; Tran, Mark (21 January 1999). "Pol Pot 'killed himself with drugs'". The Guardian. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 June 2019. Diakses tanggal 8 August 2014. 
  408. ^ Sainsbury, Peter (24 April 1998). Tayseng, Ly; Rith, Sam; Seangly, Phak; Kunmakara, May; Simala, Pen, ed. "Burned like old rubbish". The Phnom Penh Post (dalam bahasa English). Phnom Penh, Cambodia: Post Media Co Ltd. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 November 2013. Diakses tanggal 26 June 2021. 
  409. ^ Chandler, David (27 June 1997). Tayseng, Ly; Rith, Sam; Seangly, Phak; Kunmakara, May; Simala, Pen, ed. "A small, muddled, erratic, frightened man". The Phnom Penh Post (dalam bahasa English). Phnom Penh, Cambodia: Post Media Co Ltd. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 April 2014. Diakses tanggal 26 June 2021. 
  410. ^ Handley, Erin; Sineat, Yon; Meta, Kong (13 April 2018). Tayseng, Ly; Rith, Sam; Seangly, Phak; Kunmakara, May; Simala, Pen, ed. "Twenty years after Pol Pot died a broken man, his memory looms large". The Phnom Penh Post (dalam bahasa English). Phnom Penh, Cambodia: Post Media Co Ltd. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 October 2020. Diakses tanggal 26 June 2021. 
  411. ^ a b Short 2004, hlm. 443.
  412. ^ a b "Archived copy". Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 September 2020. Diakses tanggal 23 April 2020. 
  413. ^ Short 2004, hlm. 190.
  414. ^ a b Short 2004, hlm. 343.
  415. ^ Short 2004, hlm. 317.
  416. ^ Taylor, Adam (7 August 2014). "Why the world should not forget Khmer Rouge and the killing fields of Cambodia". The Washington Post. ISSN 0190-8286. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 April 2019. Diakses tanggal 15 February 2018. 
  417. ^ Short 2004, hlm. 67.
  418. ^ a b Short 2004, hlm. 150.
  419. ^ Short 2004, hlm. 149–50.
  420. ^ Short 2004, hlm. 193.
  421. ^ Short 2004, hlm. 232–33.
  422. ^ Short 2004, hlm. 283.
  423. ^ a b Short 2004, hlm. 318.
  424. ^ Short 2004, hlm. 281.
  425. ^ Short 2004, hlm. 364, 387.
  426. ^ Chandler 1992, hlm. 185.
  427. ^ Chandler 1992, hlm. 186; Short 2004, hlm. 289.
  428. ^ Short 2004, hlm. 444.
  429. ^ Chandler 1992, hlm. 178.
  430. ^ Ciorciari 2014, hlm. 217, 222.
  431. ^ Chandler 1992, hlm. 96.
  432. ^ "Pol Pot – Facts & Summary". History. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 May 2018. Diakses tanggal 15 February 2018. 
  433. ^ "Khmer Rouge Ideology". Holocaust Memorial Day. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 June 2018. Diakses tanggal 15 February 2018. 
  434. ^ Chandler 1992, hlm. 3.
  435. ^ a b Chandler 1992, hlm. 6.
  436. ^ a b Chandler 1992, hlm. 159.
  437. ^ Chandler 1992, hlm. 182.
  438. ^ a b Chandler 1992, hlm. 139.
  439. ^ a b c Chandler 1992, hlm. 179.
  440. ^ Short 2004, hlm. 6.
  441. ^ a b Short 2004, hlm. 5.
  442. ^ Chandler 1992, hlm. 112.
  443. ^ Biography of Comrade Pol Pot, Secretary of the Central Committee of the Communist Party of Kampuchea, Department of Press and Information of the Ministry of Foreign Affairs of Democratic Kampuchea (September 1978) p. 6–7
  444. ^ a b c Chandler 1992, hlm. 5.
  445. ^ Chandler 1992, hlm. 172.
  446. ^ a b Short 2004, hlm. 44.
  447. ^ a b Short 2004, hlm. 338.
  448. ^ Short 2004, hlm. 340–41.
  449. ^ Chandler 1992, hlm. 111–12.
  450. ^ Chandler 1992, hlm. 106, 139.
  451. ^ Chandler 1992, hlm. 69.
  452. ^ a b Chandler 1992, hlm. 187.
  453. ^ Short 2004, hlm. 296.
  454. ^ Short 2004, hlm. 248.
  455. ^ Short 2004, hlm. 339.
  456. ^ Short 2004, hlm. 339–40.
  457. ^ Chandler 1992, hlm. 169.
  458. ^ Mydans, Seth (17 April 1998). "Death of Pol Pot; Pol Pot, Brutal Dictator Who Forced Cambodians to Killing Fields, Dies at 73". The New York Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 August 2019. Diakses tanggal 4 February 2020. 
  459. ^ "Khmer Rouge: Cambodia's years of brutality". BBC News. 16 November 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 February 2020. Diakses tanggal 4 February 2020.  ; Quackenbush, Casey (7 January 2019). "40 Years After the Fall of the Khmer Rouge, Cambodia Still Grapples With Pol Pot's Brutal Legacy". Time. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 June 2020. Diakses tanggal 4 February 2020. 
  460. ^ de Launey, Guy (7 January 2009). "30 Years Since Fall of Pol Pot". Deutsche Welle. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 February 2020. Diakses tanggal 4 February 2020. 
  461. ^ de Jong, Alex (April 2019). "Inside the Khmer Rouge's Killing Fields". Jacobin. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 February 2020. Diakses tanggal 4 February 2020. 
  462. ^ Chandler 1992, hlm. 119.
  463. ^ a b Short 2004, hlm. 446.
  464. ^ Chandler 1992, hlm. 161.
  465. ^ Chandler 1992, hlm. 186.
  466. ^ Chandler 1992, hlm. 167.
  467. ^ Chandler 1992, hlm. 163; Short 2004, hlm. 396.
  468. ^ Chandler 1992, hlm. 161–62; Short 2004, hlm. 394–95.
  469. ^ Anthony, Andrew (10 January 2010). "Lost in Cambodia". The Guardian. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 December 2018. Diakses tanggal 4 January 2020. 
  470. ^ a b De Launey, Guy (19 November 2008). "Ex-Khmer Rouge admirer says sorry". BBC News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 September 2020. Diakses tanggal 4 February 2020. 
  471. ^ a b Salvá, Ana (4 May 2019). "Swedish man who dined with Khmer Rouge's Pol Pot 40 years ago: I regret it". This Week in Asia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 January 2020. Diakses tanggal 4 February 2020. 
  472. ^ a b Guillou, Anne Yvonne (2018). "The "Master of the Land": cult activities around Pol Pot's tomb". Journal of Genocide Research (dalam bahasa Inggris). 20 (2): 275–289. doi:10.1080/14623528.2018.1459169. 
  473. ^ a b Pike, Amanda (October 2002). "Cambodia - Pol Pot's Shadow". Public Broadcasting Service. 
  474. ^ a b c d e f Pike, Amanda (October 2002). "Anlong Veng - Pol Pot's Grave". Public Broadcasting Service. 

Sumber[sunting | sunting sumber]

  • Chandler, David P. (1992). Brother Number One: A Political Biography of Pol Pot. Boulder, San Francisco, and Oxford: Westview Press. ISBN 0-8133-0927-1. 
  • Ciorciari, John D. (2014). "China and the Pol Pot Regime". Cold War History. 14 (2): 215–35. doi:10.1080/14682745.2013.808624. 
  • Hinton, Alexander Laban (2005). Why Did They Kill: Cambodia in the Shadow of Genocide. University of California Press. ISBN 978-0520241794. 
  • Kiernan, Ben (2003). "The Demography of Genocide in Southeast Asia: The Death Tolls in Cambodia, 1975–79, and East Timor, 1975–80". Critical Asian Studies. 35 (4): 585–97. doi:10.1080/1467271032000147041. 
  • Locard, Henri (2005). "State Violence in Democratic Kampuchea (1975–1979) and Retribution (1979–2004)". European Review of History. 12 (1): 121–143. doi:10.1080/13507480500047811. 
  • Short, Philip (2004). Pol Pot: The History of a Nightmare. London: John Murray. ISBN 978-0719565694. 
  • Tyner, James A. (2017). From Rice Fields to Killing Fields: Nature, Life, and Labor under the Khmer Rouge. Syracuse, NY: Syracuse University Press. ISBN 978-0815635567. 

Bacaan tambahan[sunting | sunting sumber]

  • Denise Affonço, To The End of Hell: One Woman's Struggle to Survive Cambodia's Khmer Rouge.
  • David P. Chandler, Ben Kiernan & Chanthou Boua: Pol Pot plans the future: Confidential leadership documents from Democratic Kampuchea, 1976–1977. New Haven, CT: Yale University Press, 1988.
  • Stephen Heder, Pol Pot and Khieu Samphan. Clayton, Victoria: Centre of Southeast Asian Studies, 1991.
  • Ben Kiernan, "Social Cohesion in Revolutionary Cambodia", Australian Outlook, December 1976.
  • Ben Kiernan, "Vietnam and the Governments and People of Kampuchea", Bulletin of Concerned Asian Scholars (October–December 1979).
  • Ben Kiernan, The Pol Pot regime: Race, power and genocide in Cambodia under the Khmer Rouge, 1975–79. New Haven, Conn: Yale University Press, 1997.
  • Ben Kiernan, How Pol Pot came to power: A history of Cambodian communism, 1930–1975. New Haven, Conn.: Yale University Press, 2004.
  • Henri Locard, "State Violence in Democratic Kampuchea (1975–1979) and Retribution (1979–2004)" Diarsipkan 20 October 2017 di Wayback Machine., European Review of History–Revue européenne d'Histoire, vol. 12, no. 1 (March 2005), pp. 121–43.
  • François Ponchaud, Cambodia: Year Zero. New York: Holt, Rinehart and Winston, 1978.
  • Piergiorgio Pescali, Indocina. Bologna: Emil, 2010.
  • Piergiorgio Pescali, S-21 Nella prigione di Pol Pot. Milan: La Ponga Edizioni, 2015.
  • Jackson, Karl D. (ed.). Cambodia, 1975–1978: Rendezvous with Death. Princeton University Press

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Jabatan politik
Didahului oleh:
Khieu Samphan
Perdana Menteri Kamboja Demokratis
1976–1979
Diteruskan oleh:
Khieu Samphan
Didahului oleh:
Tidak ada
Direktur Perguruan Tinggi Pertahanan Nasional
1985–1997
Diteruskan oleh:
tidak ada
Jabatan partai politik
Didahului oleh:
Tou Samouth
Sekretaris Jenderal Partai Komunis Kamboja
1963–1981
Diteruskan oleh:
Diri sendiri
Partai Kamboaj Demokratis
Didahului oleh:
Diri sendiri
Partai Komunis Kamboja
Sekretaris Jenderal Partai Kamboja Demokratis
1981–1985
Diteruskan oleh:
Khieu Samphan
Jabatan militer
Didahului oleh:
?
Panglima Tertinggi Tentara Nasional Kamboja Demokratis
1980–1985
Diteruskan oleh:
Son Sen