www.fgks.org   »   [go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu
KEEFEKTIFAN KALIMAT DALAM TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PADANG PANJANG Oleh: Diana dan Utami Dewi Pramesti2 Pendidikan Bahasa Indonesia FBS Universitas Negeri Padang email: dianaastuti710@yahoo.co.id Astuti1 ABSTRACT This article reveals effective sentences in the exposition text of class VIII students of SMP Negeri 1 Padang Panjang. The purpose of this study is three. First, describe the effectiveness of the sentence in the exposition text of class VIII students of SMP Negeri 1 Padang Panjang in terms of the accuracy of sentence structure. Second, describe the effectiveness of the sentence in the exposition text of class VIII students of SMP Negeri 1 Padang Panjang in terms of the accuracy of word choice. Third, describe the effectiveness of sentences in the exposition text of class VIII students of SMP Negeri 1 Padang Panjang in terms of spelling accuracy. This type of research is a qualitative descriptive method. The source of this research data is the task of students in writing exposition text class VIII Padang Panjang Middle School 1 which was registered in 2018/2019. The sample in this study was determined by proportional random sampling, which is 30 students' work. The results of the study are three. First, the effectiveness in terms of sentence structure is 344 effective sentences and 121 sentences are not effective. Second, the effectiveness of sentences in terms of word choices have 21 effective sentences and 444 sentences not effective. Third, the effectiveness of the sentence in terms of spelling found 253 effective sentences and 212 sentences were not effective. Based on the results of the study it was concluded that of the 465 sentences studied there were 81 effective sentences and 370 sentences not effective. Kata kunci:Kalimat Efektif, Teks Eksposisi A. Pendahuluan Pembelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 adalah pembelajaran berbasis teks. Berkaitan dengan kurikulum 2013 tersebut, setiap siswa dituntut untuk bisa memahami dan memproduksi teks yang dipelajari sesuai dengan tujuan dan fungsinya dalam kehidupan sosial. Dalam pembelajaran berbasis teks, bahasa Indonesia diajarkan bukan hanya tentang pengetahuan bahasa, melainkan teks yang mengemban fungsi untuk menjadi sumber aktualisasi dari penggunaan dalam konteks sosial-budaya akademis. Teks merupakan satuan bahasa yang digunakan sebagai ungkapan suatu kegiatan sosial, baik secara lisan maupun tulis dengan struktur berpikir yang lengkap (Mahsun, 2014:1). Untuk itu, siswa dituntut untuk terampil memproduksi teks melalui kegiatan menulis. Salah satu keterampilan menulis yang dipelajari oleh siswa di sekolah menengah pertama pada mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah teks eksposisi. Pembelajaran keterampilan menulis teks eksposisi diajarkan di kelas VIII. Hal itu tercantum dalam KD 4.6, 1 2 Mahasiswa Penulis Skripsi Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia untuk wisuda periode September 2019 Pembimbing, dosen FBS Universitas Negeri Padang 67 Keefektifan Kalimat dalam Teks Eksposisi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Panjang-Diana Astuti dan Utami Dewi Pramesti yaitu menyajikan gagasan dan pendapat ke dalam bentuk teks eksposisi artikel ilmiah populer (lingkungan hidup, kondisi sosial, dan/atau keragaman budaya, dan lain-lain) secara lisan dan tertulis dengan memperhatikan struktur, unsur kebahasaan, dan aspek lisan. Dalam penelitian ini, peneliti memilih teks eksposisi sebagai objek penelitian karena teks eksposisi termasuk teks yang dipelajari siswa pada semester pertama kelas VIII. Hal tersebut dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sarangih (2014) mengungkapkan bahwa salah satu teks, yakni eksposisi belum sepenuhnya dicapai oleh pembelajar sekolah menengah pertama di enam lokasi penelitian tersebut. Teks eksposisi ini memenuhi sebagian struktur generik atau skematik genre eksposisi. Dengan demikian, genre ini potensial berkembang menjadi sempurna di jenjang pendidikan pertama (SMP). Pada pembelajaran menulis teks eksposisi di SMP, siswa belum memiliki bekal khusus mengenai teks eksposisi. Teks eksposisi merupakan teks yang berisi argumen dengan tujuan utama membagikan informasi berupa ilmu pengetahuan. Pemaparan informasi yang berupa ilmu pengetahuan (konsep atau logika) itulah yang mengukuhkan pentingnya penggunaan kalimat efektif dalam teks eksposisi. Kalimat efektif adalah kalimat yang ditulis sesuai dengan kaidah-kaidah tata bahasa yang berlaku sehingga dapat dipahami oleh pembaca dan pendengar dengan mudah. Kalimat efektif yang dimaksud kalimat-kalimat yang baik dan benar. Baik menurut kaidah atau tata bahasa yang berlaku, dan baik menurut situasinya, sehingga mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca. Pemilihan kompetensi dasar tersebut didasarkan pada pentingnya kalimat efektif dalam keterampilan menulis teks eksposisi bagi siswa. Permasalahan dalam keterampilan menulis teks eksposisi juga ditemukan di SMP Negeri 1 Padang Panjang. Sesuai data yang telah dianalisis, peneliti menemukan beberapa permasalahan. Pertama, siswa belum terbiasa menulis teks eksposisi, sehingga siswa mengalami kendala saat menuangkan gagasan atau idenya menjadi sebuah kalimat. Kedua, siswa tidak paham dengan kalimat efektif karena kalimat yang ditulis tidak sesuai dengan struktur kalimat yang benar. Ketiga, kalimat yang ditulis siswa dalam menghasilkan teks eksposisi cenderung tidak efektif serta masih terdapat kesalahan penalaran, pilihan kata, dan penggunaan ejaan. Persamaan temuan peneliti dengan peneliti sebelumnya, yaitu masih ditemukan kesalahankesalahan dalam tulisan siswa. Hal ini terbukti dari hasil tulisan siswa dalam menulis teks eksposisi yang masih terdapat kesalahan dalam keefektifan kalimat dari segi ketepatan struktur kalimat, ketepatan pilihan kata, dan ketepatan ejaan. Hal itu dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Indonesia, yakni Wiyanti, Setiawati, dan Sumadyo (2017) mengungkapkan bahwa kesalahan penggunaan bahasa yang sering ditemukan pada teks eksposisi siswa, antara lain berkaitan dengan ketidaktepatan penggunaan ejaan, adanya subjek ganda, pilihan kata yang tidak tepat, struktur kalimat tidak tepat, dan kalimat yang tidak logis. Hal ini disebabkan kurangnya latihan menulis dan guru dalam mengoreksi kesalahan-kesalahan dalam pemakaian bahasa Indonesia. Berikut salah satu hasil tulisan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Panjang dalam menulis teks eksposisi. Permasalahan tersebut dapat terlihat dari salah satu contoh berikut. Seorang perokok akan mempunyai perilaku yang sama. Dari contoh tulisan siswa tersebut, terlihat kalimat yang tidak efektif. Ketidakefektifan kalimat disebabkan adanya ide yang tidak logis karena frasa perilaku yang sama mempunyai makna yang terlalu luas dan tidak dimengerti, sedangkan kalimat yang logis tidak menganggu nalar pembaca. Seharusnya frasa perilaku yang sama diganti menjadi perilaku yang negatif, sehingga kalimat tersebut dapat dipahami secara mudah dan dimengerti. Untuk membahas permasalahan tersebut, digunakan teori kalimat efektif. Teori kalimat efektif yang dimaksud yaitu pengertian kalimat efektif dan ciri-ciri kalimat efektif. Menurut Manaf (2009:110), kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkakan pikiran atau perasaan penutur atau penulis secara lengkap dan akurat dan dapat dipahami secara mudah dan tepat oleh penyimak atau pembaca. Rahardi (2009:93) mengungkapkan bahwa kalimat efektif 68 Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 8 No. 3 September 2019; Seri A 67-77 harus dapat membangkitkan kembali gagasan yang dimiliki oleh pembaca persis sama dengan apa yang dimiliki oleh penulisnya. Arifin dan Tasai (2008:97) mengatakan bahwa sebuah kalimat dikatakan efektif apabila kalimat tersebut memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan yang ada pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembaca atau penulis. Kalimat yang disampaikan dapat mewakili ide yang dikemukakan pengarang secara jujur dan sanggup menarik perhatian pembaca atau pendengar. Hal tersebut dibuktikan yang dilakukan oleh Rahmawati (2013) mengungkapkan bahwa kesalahan-kesalahan kalimat yang sering dilakukan siswa meliputi kesalahan kalimat efektif yang berkaitan dengan kesatuan gagasan, kepaduan kalimat, kesejajaran, dan keekonomisan kaimat. Hal ini disebabkan bahwa siswa belum sepenuhnya mengerti tentang kalimat efektif. Selanjutnya, Semi (2009:217) mengungkapkan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi sasaran, mampu menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan, atau menerbitan selera baca. Kalimat yang lugas, lancar, dan pilihan kata yang tepat akan membangkitkan selera pembaca untuk terus mengikuti tulisan tersebut. Sebaiknya kalimat yang tidak baik akan membuat pembaca menghentikan bacaannya. Sejalan dengan itu, Rahardi (2009:93) menjelaskan bahwa kalimat efektif harus dapat membangkitkan kembali gagasan yang dimiliki oleh pembaca persis sama dengan apa yang dimiliki oleh penulisnya. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah kebahasaan yang mampu menimbulkan kembali gagasan sama seperti gagasan dari pembaca atau penulis. Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud pembicara atau penulis. Menurut Ermanto dan Emidar (2018:115) ciri-ciri kalimat baku adalah kalimat yang memiliki kejelasan struktur (normatif), kalimat yang memiliki kelogisan makna (logis), kalimat yang memiliki kehematan kata (ekonomis), dan kalimat yang memiliki kebakuan kata. Ciri kalimat efektif yang digunakan peneliti sebagai indikator penganalisisan keefektifan kalimat dalam teks eksposisi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Panjang, yaitu (1) ketepatan struktur kalimat, (2) ketepatan pilihan kata, dan (3) ketepatan ejaan. Indikator tersebut sejalan pendapat Sugono (2009:301) tentang kesalahan dalam kalimat sehingga membuat kalimat menjadi tidak efektif. Ketiga ciri tersebut sebagai berikut. 1) Struktur Kalimat Menurut Gani (2012:63), sebuah kalimat dikatakan lengkap apabila sekurang-kurangnya memiliki pokok dan penjelas atau subjek dan predikat. Kalimat yang baik memang harus mengandung unsur-unsur yang lengkap tetapi kalimat efektif juga harus memperhatikan penalaran yang tepat. Ketepatan struktur kalimat ditandai oleh lima hal, yaitu (a) subjek, (b) predikat, (c)objek, (d) keterangan, dan (e) pelengkap. a) Subjek Subjek merupakan unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat yang di samping unsur predikat. Subjek memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Pertama, jawaban atas pertanyaan apa atau siapa. Kedua, dapat diperluas dengan kata itu dan ini. Ketiga, didahului kata bahwa. Keempat, mempunyai keterangan petawas yang dan tidak didahului preposisi. Kelima, subjek berupa nomina dan frasa nomina atau kelas kata lain yang dapat menduduki fungsi subjek. (Dendy Sugono, 2009:37-46). b) Predikat Predikat merupakan unsur utama dari suatu kalimat, di samping subjek. Predikat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut. Pertama, jawaban atas pertanyaan apa dan mengapa. Kedua, memiliki kata adalah atau ialah. Ketiga, dapat diingkari, pengingkaran ini dapat diwujudkan oleh kata tidak. Keempat, dapat disertai kata-kata aspek atau modalitas, predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva. Kelima, berupa verba, nomina, adjektiva, numeralia, dan frasa preposisi. (Dendy Sugono, 2009:48-53). c) Objek Objek merupakan unsur kalimat yang dapat diperlawankan dengan subjek. Unsur kalimat ini bersifat wajib dalam susunan kalimat yang berpredikat verba aktif. Objek memiliki 69 Keefektifan Kalimat dalam Teks Eksposisi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Panjang-Diana Astuti dan Utami Dewi Pramesti ciri-ciri sebagai berikut. Pertama, langsung dibelakang predikat. Kedua, dapat menjadi subjek kalimat pasif. Ketiga, tidak didahului preposisi, objek yang selalu menempati posisi dibelakang predikat itu tidak boleh didahului preposisi, dengan kata lain, diantara predikat dan objek tidak dapat disisipi preposisi (Dendy Sugono, 2009:62-65). d) Keterangan Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat. Misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Pada umumnya kehadiran keterangan dalam kalimat tidak wajib sehingga keterangan diperlukan sebagai unsur tak wajib dalam arti bahwa tanpa keterangan pun kalimat telah mempunyai makna tersendiri. Keterangan ini berupa kata, frasa, atau anak kalimat dan bukan unsur utama serta tidak terikat posisi (Dendy Sugono (2009:73-75). e) Pelengkap Pelengkap merupakan unsur kalimat yang dapat bersifat ada karena melengkapi makna verba predikat kalimat. Pelengkap dan objek memiliki kesamaan. Kesamaan itu adalah kedua unsur itu bersifat wajib, menempati posisi dibelakang predikat dan tidak didahului preposisi. Pelengkap terletak dibelakang predikat dan tidak didahului preposisi (Dendy Sugono 2009:6972). Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa ketepatan struktur kalimat juga dipengaruhi oleh struktur fungsi sintaksis. Wujud fungsi sintaksis adalah subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan tidak harus selalu ada dalam kalimat. Penulis menggunakan dua aspek struktur kalimat untuk meneliti keefektifan kalimat dalam teks eksposisi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Panjang. Aspek tersebut adalah subjek dan predikat. 2) Pilihan Kata Pilihan kata atau diksi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, yaitu diction yang berarti pemilihan kata atau pilihan kata. Keraf (2009:88) menyatakan bahwa ketepatan pilihan kata adalah sebuah kemampuan untuk menimbulkan gagasan yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar, maka penulis atau pembaca harus cermat dalam memilih kata-kata yang mampu mencapai maksud tersebut. Sehubungan dengan hal itu, menurut Rahardi (2009:31) menekankan pentingnya penggunaan pilihan kata yang tepat dalam sebuah komunikasi. Tujuan hal tersebut, agar tercipta komunikasi yang efektif, efesien, dan menghindari kesalahpahaman. Pilihan kata memiliki peranan yang penting dalam menyusun sebuah kalimat efektif karena sebuah kalimat efektif harus dapat menyampaikan pesan kepada pembaca persis seperti yang ingin disampaikan penulis. Penggunaan pilihan kata yang salah dapat membuat pesan dalam kalimat sulit dipahami atau terjadi salah penafsiran pada pembaca. Pilihan kata memiliki peran yang cukup penting untuk menciptakan suatu komunikasi yang efektif. Penggunaan pilihan kata yang baik dapat membuat kalimat menjadi efektif, sehingga pembaca bisa menangkap pesan persis seperti apa yang ingin disampaikan oleh penulis kalimat. Penulis menggunakan tiga aspek pilihan kata untuk meneliti keefektifan kalimat dalam teks eksposisi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Panjang. Aspek tersebut, yaitu (1) ketepatan kata, (2) kebakuan kata, dan (3) kehematan kata. a) Ketepatan Kata Ketepatan kata harus diperhatikan dalam menyusun kalimat efektif. Ketepatan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis (Keraf, 2009:87). Pilihan kata yang tepat dalam kalimat membuat gagasan yang disampaikan penulis tersampaikan secara sempurna ke pikiran pembaca. Selanjutnya, Rahardi (2009:31) menekankan pentingnya penggunaan pilihan kata yang tepat dalam sebuah komunikasi. Tujuan hal tersebut, agar tercipta komunikasi yang efektif, efesien, dan menghindari kesalahpahaman. b) Kebakuan Kata Aspek kebakuan kata juga harus diperhatikan saat menulis kalimat efektif. Ermanto dan Emidar (2018:120) menjelaskan bahwa salah satu ciri kalimat efektif adalah penggunaan kalimat baku. Syarat untuk membentuk kalimat baku adalah menggunakan pilihan kata yang 70 Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 8 No. 3 September 2019; Seri A 67-77 baku. Pedoman untuk memilih kata baku adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Kata baku mutlak digunakan saat menulis laporan penelitian seperti makalah, skripsi, disertasi, ataupun tesis. c) Kehematan Kata Kehematan kata juga harus diperhatikan dalam menyusun kalimat efektif. Putrayasa (2010:55) menjelaskan bahwa kehematan berhubungan dengan jumlah kata yang digunakan pada sebuah kalimat dengan luasnya jangkauan makna yang diacu kalimat tersebut. Sebuah kalimat dikatakan hemat bukan karena jumlah kata yang digunakan sedikit, melainkan seberapa banyak kata yang bermanfaat bagi pembaca. Selanjutnya, Finoza (2008:176) menyatakan bahwa kehematan adalah upaya menghindari pemakaian kata yang tidak perlu, hemat disini bukan berarti tidak memakai kata-kata mubazir, tidak mengulang subjek, dan tidak menjamakkan kata yang sudah berbentuk jamak dengan hemat kata kalimat akan menjadi padat berisi. 3) Ejaan Ejaan adalah ketentuan tentang tata tulis sebuah bahasa. Ejaan biasanya mencakup pemakaian huruf, penulisan kata, pemakaian tanda baca, dan penulisan unsur serapan (Sunendar, 2016:5-35). Selanjutnya, Chaer (2011:152) menjelaskan bahwa ejaan dapat diartikan sebagai suatu konvensi grafis, yaitu semacam perjanjian diantara para penutur suatu bahasa untuk menuliskan bahasanya. Maksudnya, bunyi bahasa yang seharusnya dilafalkan lalu diganti dengan lambang-lambang berupa huruf, angka, dan tanda baca. Ejaan yang digunakan pada bahasa Indonesia terdiri atas enam jenis. Seluruh jenis ejaan tersebut mengatur cara melambangkan bunyi maupun ujaran bahasa lisan ke dalam bahasa tulis. Peneliti tidak menganalisis penggunaan keenam jenis ejaan tersebut. Sesuai dengan yang ditulis pada fokus masalah, penggunaan ejaan yang akan dianalisis dibatasi pada tiga aspek, yaitu (1) penulisan huruf kapital, (2) penulisan kata, dan (3) pemakaian tanda baca, berupa tanda titik (.) dan tanda koma (,). Berdasarkan permasalahan dan teori yang dikemukakan sebelumnya, tujuan penelitian ini ada tiga. Pertama, mendeskripsikan keefektifan kalimat dalam teks eksposisi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Panjang dari segi ketepatan struktur kalimat. Kedua, mendeskripsikan keefektifan kalimat dalam teks eksposisi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Panjang dari segi ketepatan pilihan kata. Ketiga, mendeskripsikan keefektifan kalimat dalam teks eksposisi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Panjang dari segi ketepatan ejaan. B. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini dikatakan penelitian kualitatif karena menghasilkan data deskriptif dari teks eksposisi berupa kata, klausa, atau kalimat tertulis, dan tidak mengutamakan pada angka-angka. Hal ini sesuai dengan pendapat Bodan dan Taylor (dalam Moleong, 2009:4) penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode ini dikatakan metode deskriptif karena digunakan untuk mendeskripsikan keefektifan kalimat dalam teks eksposisi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Panjang yang bertujuan mendeskripsikan ataupun memaparkan proses dan hasil penelitian secara sistematik dan menekankan pada data faktual. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Nazir (2011:54) bahwa metode deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antarfenomena yang sedang diselidiki. Data dalam penelitian ini adalah kalimat dalam teks eksposisi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Panjang. Data kualitatif diperoleh melalui tugas siswa berupa teks eksposisi sehingga menghasilkan data deskripsi, yaitu kalimat tertulis yang dikumpulkan setelah pembelajaran. Hasil data tersebut dikoreksi dan dianalisis secara subjektif. Selanjutnya, sumber data dalam penelitian ini adalah tugas siswa dalam menulis teks eksposisi kelas VIII SMP Negeri 71 Keefektifan Kalimat dalam Teks Eksposisi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Panjang-Diana Astuti dan Utami Dewi Pramesti 1 Padang Panjang. Instrumen penelitiannya adalah peneliti sendiri. Peneliti sebagai calon sarjana pendidikan bahasa Indonesia yang berperan sebagai pengumpul data, penganalisis data, penafsir data, dan pelapor hasil penelitian. Data penelitian ini dikumpulkan melalui studi dokumentasi. Data dikumpulkan dengan cara meminjam lalu memfotokopi tugas teks eksposisi siswa yang dimiliki oleh guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Panjang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan berupa proposional random sampling (teknik acak), yaitu penarikan berdasarkan proporsi jumlah siswa per kelas berdasarkan sumber data yang masih didokumentasikan oleh guru. Alasan digunakan proposional random sampling karena berdasarkan sumber data yang dikumpulkan dengan cara meminjam karya siswa kepada guru bersangkutan, ditemukan 130 karya siswa yang tersebar dalam lima kelas. Peneliti menetapkan sampel sebanyak 30 karya siswa yang diambil dari 5 kelas. Peneliti memilih sampel berdasarkan kerapian, dan kejelasan tulisan siswa agar mudah dibaca, sehingga mudah dianalisis. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2010:112) yang menyatakan apabila subjek kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjek penelitian yang lebih dari 100 orang diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih. Jadi, jumlah sampel penelitian ini 30 sampel (20% dari jumlah populasi per kelas). Untuk menguji hasil sebuah penelitian diperlukan sebuah teknik uraian rinci (thick description). Teknik uraian rinci digunakan melaporkan hasil penelitian sehingga uraiannya itu dilakukan serinci, sedetail, dan secermat mungkin. Penganalisisan data dilakukan dengan 5 langkah. Pertama, mengidentifikasi gambaran umum data yang dianalisis berdasarkan nama siswa yang telah diurutkan, kode siswa, dan sekaligus kelas. Kedua, mengidentifikasi gambaran umum data berdasarkan kode siswa, judul teks eksposisi, dan jumlah kalimat dalam teks eksposisi yang dianalisis. Ketiga, inventarisasi data berdasarkan kode siswa dan kode data serta kalimat yang tertulis dalam teks eksposisi siswa yang dianalisis. Keempat, menganalisis data berdasarkan identifikasi penggunaan indikator keefektifan kalimat dalam teks eksposisi. Pengklasifikasian data dilakukan berdasarkan ketepatan penalaran, ketepatan pilihan kata, dan ketepatan ejaan. Kelima, menginterprestasikan data berdasarkan teori dan menyimpulkan temuan dengan menulis laporan. C. Pembahasan Sumber data penelitian ini adalah 30 teks eksposisi melalui tugas siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Panjang. Jumlah data pada setiap sumber data berbeda-beda. Sebelum mengolah data, langkah pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi gambaran umum data yang dianalisis dan pengkodean data. Pengkodean data diurutkan sesuai dengan urutan abjad daftar nama siswa. Data umum dalam bentuk objek penelitian berjumlah 465 kalimat yang terdiri 81 kalimat efektif dan 370 kalimat tidak efektif. Kalimat tersebut diperoleh melalui tugas siswa berupa teks eksposisi. Ketidakefektifan tersebut karena tidak memenuhi indikator kalimat efektif yang digunakan dalam penelitian ini. 1. Kalimat Efektif pada Teks Eksposisi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Panjang Berdasarkan analisis data, ditemukan 81 kalimat yang efektif dari 465 kalimat yang diteliti. Kalimat dikatakan efektif karena tidak ditemukan kesalahan dalam kalimat sesuai indikator kalimat efektif berupa ketepatan struktur kalimat, ketepatan pilihan kata, dan ketepatan ejaan. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh berikut. Narkoba merupakan salah satu zat yang dapat mengakibatkan kecanduan. Kalimat tersebut sudah efektif dari indikator keefektifan kalimat karena tidak ditemukan kesalahan pada indikator tersebut, yaitu dari segi ketepatan struktur kalimat, 72 Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 8 No. 3 September 2019; Seri A 67-77 pilihan kata, dan ejaan, sehingga kalimat tersebut dapat dikatakan efektif. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Manaf (2009:110) menjelaskan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan pikiran atau perasaan penutur atau penulis secara lengkap dan akurat dan dapat dipahami secara mudah dan tepat oleh penyimak atau pembaca. 2. Kalimat Tidak Efektif pada Teks Eksposisi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Panjang Berdasarkan analisis yang dilakukan tentang kalimat efektif siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Panjang, ditemukan dari 465 kalimat siswa terdapat 370 kalimat yang tidak efektif karena tidak memenuhi indikator kalimat efektif yang digunakan dalam penelitian ini. Berikut uraian kalimat tidak efektif yang diperoleh melalui tugas siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Panjang dalam menulis teks eksposisi. a. Keefektifan Kalimat pada Teks Eksposisi Ditinjau dari Aspek Ketepatan Struktur Kalimat Salah satu penyebab ketidakefektifan kalimat pada teks eksposisi adalah ketepatan struktur kalimat. Kesalahan ditemukan 121 kalimat ditinjau dari aspek ketepatan struktur kalimat. Penyebab kalimat tidak efektif dari aspek struktur kalimat adalah kalimat tersebut tidak memiliki unsur sintaksis yang lengkap. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh berikut. Selain itu, dapat meningkatkan risiko kanker Kalimat tersebut tidak efektif dari aspek struktur kalimat. Pada kalimat “Selain itu, dapat meningkatkan risiko kanker” terletak pada kalimat (3) dengan kode data (21.17.4). Kalimat tersebut tidak efektif dari segi struktur kalimat karena subjek tidak ditemukan. Seharusnya ditambahkan subjeknya dengan kata “ponsel” agar kalimat tersebut mudah dan dapat dipahami pembaca. Alternatif perbaikan kalimat “Selain itu, ponsel dapat meningkatkan risiko kanker”. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Manaf (2010:115) mengungkapkan bahwa penempatan unsur fungsi sintaksis merupakan faktor yang membentuk kalimat efektif. Berikut contoh ketidakefektifan kalimat pada aspek struktur kalimat. b. Keefektifan Kalimat pada Teks Eksposisi Ditinjau dari Aspek Ketepatan Pilihan Kata Salah satu tugas yang dikerjakan oleh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Panjang adalah menulis teks eksposisi. Berdasarkan tulisan teks eksposisi tersebut ditemukan ketidakefektifan 444 kalimat ditinjau dari aspek ketepatan pilihan kata terdiri dari tiga aspek, yaitu tidak tepat, tidak baku, dan tidak hemat. Ketiga ketidakefektifan kalimat tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. 1) Ketepatan Kata Berdasarkan analisis data, ditemukan 130 kalimat yang tidak efektif karena kalimat tersebut tidak tepat penulisan kata. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh berikut. Dia bisa melakukan aksi kejahatan, seperti pemerkosaan, pembunuhan.dll. Kalimat tersebut tidak efektif dari aspek ketepatan kata. Pada kata dll seharusnya ditulis menjadi dan lain-lain karena dalam sebuah karya tulis ilmiah tidak boleh kata tersebut disingkat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Manaf (2010:133) kata yang tepat konsep adalah kata yang mengandung konsep atau pengertian secara tepat menggambarkan gagasan yang diungkapkan oleh penutur atau penulis. Kata-kata ketepatan konsep ini menjadikan ide kalimat jelas sehingga kalimat mudah dipahami 2) Kebakuan Kata Berdasarkan analisis data, ditemukan 108 kalimat tidak efektif dari aspek kebakuan kata karena tidak menggunakan pilihan kata yang baku. Kalimat tidak baku disebabkan karena 73 Keefektifan Kalimat dalam Teks Eksposisi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Panjang-Diana Astuti dan Utami Dewi Pramesti pedoman penulisan kata tidak sesuai dengan KBBI sehingga kalimat tersebut menjadi tidak efektif. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh berikut. Sulitnya ujian atau test yang dihadapi sering kali menjadi penyebab praktek kecurangan atau menyontek hal tersebut terjadi karena terlalu sulitnya tugas yang diberikan. Kalimat tersebut tidak efektif dari aspek kebakuan kata. Pada katatest dan praktek seharusnya ditulis tes dan praktik karena kata baku dalam sebuah karya tulis ilmiah harus mutlak digunakan sesuai KBBI. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ermanto dan Emidar (2010:120) menjelaskan bahwa salah satu ciri kalimat efektif adalah penggunaan kalimat baku. Syarat untuk membentuk kalimat baku adalah menggunakan pilihan kata yang baku. Kalimat tidak baku disebabkan karena pedoman penulisan kata tidak sesuai dengan KBBI sehingga kalimat tersebut menjadi tidak efektif. 3) Kehematan Kata Penelitian ini menghasilkan data berupa ketidakefektifan kalimat dari aspek kehematan ditemukan 206 kalimat tidak hemat kata karena adanya unsur kalimat yang mubazir. Kalimat yang panjang mengakibatkan unsur yang mubazir sehingga kalimat sulit dipahami.Hal tersebut dapat dilihat pada contoh berikut. Saat kita berbohong kita juga akan menutupi kebohongan itu dengan kebohongan lainnya. Kalimat tersebut tidak efektif dari aspek kehematan kata. Pada kata kita dan kebohongan terdapat pengulangan subjek kita dan objek kebohongan yang menyebabkan kalimat mubazir. Sebaiknya dihilangkan kata. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Manaf (2010:124) menyatakan tidak adanya unsur kalimat yang mubazir merupakan salah satu faktor yang membuat kaimat menjadi efektif. Sebaliknya, adanya unsur kalimat yang mubazir mengakibatkan kalimat tidak efektif. c. Keefektifan Kalimat pada Teks Eksposisi Ditinjau dari Aspek Ketepatan Ejaan Salah satu penyebab ketidakefektifan kalimat pada teks eksposisi adalah ketepatan ejaan. Kesalahan ditemukan 212 kalimat ditinjau dari aspek ketepatan ejaan terdiri dari tiga aspek, yaitu penulisan huruf kapital, penulisan kata, dan penulisan tanda baca. Ketiga ketidakefektifan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. 1) Penulisan Huruf kapital Berdasarkan analisis data, ditemukan 97 kalimat tidak efektif dari aspek tidak tepat penulisan huruf kapital. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh berikut. Setiap orang tua Pasti Menginginkan yang terbaik Untuk anak-anaknya. Kalimat tersebut tidak efektif dari aspek penulisan huruf kapital. Pada kata “Pasti, Menginginkan, dan Untuk”, seharusnya huruf “p, m, dan u” ditulis kecil karena tidak berada diawal kalimat. Hal tersebut sesuai berdasarkan PUEBI Ermanto dan Emidar (2018:30) menjelaskan bahwa secara garis besar terdapat limabelas aturan penggunaan huruf kapital. 2) Penulisan Kata Penulisan kata yang tidak sesuai dengan aturan EBI ditemukan 28 kalimat tidak efektif pada teks eksposisi menyebabkan ketidakefektifan kalimat. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh berikut. 74 Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 8 No. 3 September 2019; Seri A 67-77 Kenakalan remaja ini di pengaruhi oleh tempat tinggal remaja tersebut. Kalimat tersebut tidak efektif dari aspek penulisan kata. Pada kata di pengaruhi seharusnya digabung menjadi dipengaruhi karena di sebagai awalan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat ketidakefektifan penulisan di- aturan penulisan kata diatur oleh pedoman umum EBI (Sunendar, 2016:13-23). Penulis menemukan ketidakefektifan kalimat pada aspek penulisan kata di- tidak tepat. 3) Penulisan Tanda Baca Indikator terakhir pada penelitian ini adalah pemakaian tanda baca. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan 87 kalimat yang tidak efektif yang terdiri pada dua aspek, yaitu pada aspek tanda baca koma terdapat 74 kalimat tidak efektif dan tanda titik 13 kalimat tidak efektif. Pertama, berdasarkan lampiran 6 ketidakefektifan kalimat dari aspek tanda baca koma. Kedua, berdasarkan lampiran 6 ketidakefektifan kalimat dari aspek tanda baca titik. Berikut contoh ketidakefektifan kalimat pada aspek penulisan tanda baca koma dam tanda baca titik. (a) Jadi kita harus bersikap bijak dalam memanfaatkan teknologi saat ini khususnya gadget. (b) Selain itu. Kebiasaan belajar hanya ketika mau ujian. Kalimat (a) tersebut tidak efektif dari aspek penulisan tanda baca koma. Pada kata jadi seharusnya diberi tanda koma (,) karena termasuk ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Selanjutnya Kalimat (b) tersebut tidak efektif dari aspek penulisan tanda baca titik. Pada kata Selain itu seharusnya diberi ejaan tanda koma (,) karena mengungkapkan antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Hal tersebut sesuai dengan pedoman EBI oleh Sunendar (2016:7-12) penggunaan huruf kapital digunakan pada: Pertama, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat. Kedua, huruf pertama unsur nama orang. Ketiga, awal kalimat dalam petikan langsung. Keempat, huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan. Kelima, huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang. Keenam, huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama istansi, atau nama tempat. Ketujuh, huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Kedelapan, huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari besar atau hari raya. Kesembilan, huruf pertama nama geografi. Kesepuluh, huruf pertamasemua kata (termasuk semua unsur bentuk uang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk. Aturan penulisan tanda baca koma terdapat pada pedoman EBI oleh Sunendar (2016:712) digunakan pada: Pertama, tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerinci atau pembilangan. Kedua, sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan, dalam kalimat majemuk (setara). Ketiga, untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimatnya. Keempat, di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian. Kelima, sebelum atau sesudah kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, atau hal, dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak. D. Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa keefektifan kalimat dalam teks eksposisi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Panjang berada dikualifikasi buruk. Hal tersebut dikarenakan dari 465 kalimat yang digunakan sebagai data penelitian, ditemukan 81 75 Keefektifan Kalimat dalam Teks Eksposisi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Panjang-Diana Astuti dan Utami Dewi Pramesti kalimat efektif dan 370 kalimat tidak efektif. Ketidakefektifan tersebut disebabkan karena tidak memenuhi indikator kalimat efektif yang digunakan dalam penelitian ini. Keefektifan kalimat dapat disimpulkan melalui tiga hal berikut. Pertama, keefektifan kalimat dari segi ketepatan struktur kalimat terdapat 344 kalimat efektif dan 121 kalimat tidak efektif. Kedua, Keefektifan kalimat dari segi ketepatan pilihan kata terdapat 21 kalimat efektif dan 444 kalimat tidak efektif. Ketidakefektifan tersebut ditemukan sebanyak 130 kalimat pada aspek tidak tepat kata, 108 kalimat pada aspek kata tidak baku, dan 206 kalimat pada aspek kata tidak hemat. Ketiga, Keefektifan kalimat dari segi ketepatan ejaan terdapat 252 kalimat efektif dan 213 kalimat tidak efektif. Ketidakefektifan tersebut ditemukan sebanyak 99 kalimat pada aspek penulisan huruf kapital tidak tepat, 27 kalimat pada aspek penulisan kata tidak tepat, dan 87 kalimat pada aspek penulisan ejaan tidak benar. Berdasarkan simpulan disarankan tiga hal berikut. Pertama, guru Bahasa Indonesia agar lebih memperhatikan penggunaan kalimat efektif dalam teks eksposisi. Kedua, siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Panjang agar lebih giat lagi mempelajari dan mempraktikkan penggunaan kalimat efektif ketika menulis. Hal tersebut agar tulisan siswa lebih mudah dipahami oleh pembaca dan tidak adanya perbedaan penafsiran antara penulis dan pembaca. Ketiga, bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya. Catatan: Artikel ini disusun berdasarkan skripsi Diana Astuti dengan pembimbing Utami Dewi Pramesti, M.Pd. Daftar Rujukan Arifin, Zaenal dan S Amran Tasai. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Presindo. Arikunto, suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Ermanto dan Emidar. 2018. Bahasa Indonesia: Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Depok: Rajawali Pers. Finoza Lamuddin. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia. Gani, Erizal. 2012. Menulis Karya Tulis Ilmiah. Padang: UNP Press. Keraf, Gorys. 2009. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia. Mahsun. 2014. Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013. Jakarta: PT. Raja Grafindo Penada. Manaf, Abdul Ngusman. 2009. Sintaksis: Teori dan Terapannya dalam Bahasa Indonesia. Padang: Sukabina Press. Manaf, Abdul Ngusman. 2010. Sintaksis. Padang: Sukabina Press. Moleong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nazir. Moh. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. 76 Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 8 No. 3 September 2019; Seri A 67-77 Permendikbud. 2016. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Putrayasa, Ida Bagus. 2010. Kalimat Efektif: Diksi, Struktur, dan Logika. Bandung: Refika Aditama. Rahardi, R. Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Rahmawati, Fitri. 2013. “Pengaruh Penguasaan Kompetensi Terhadap Kemampuan Menulis Karangan Efektif Pada Karangan Eksposisi Siswa Kelas XI SMAN 19 Bandung”. Jurnal Bahtera Bahasa. 1.2, Desember 2014. http://ejournal.upi.edu/index.php/PSPBSI/article/view/434. diakes pada 1 Maret 2019. Sarangih, Amrin. 2014. Pembelajaran Genre Tulis Pembelajar Sekolah Menengah Pertama Berdasarkan Kurikulum 2013. Metalingua. 12(2): 137-151. Sugono, Dendy. 2009. Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Wiyanti, Endang, dkk. 2017. “Tipe-Tipe Kesalahan Sintaksis Pada Karangan Eksposisi Siswa SMA Bina Spora Mandiri Cigombong Bogor”. Jurnal Deiksis. 09.03, September 2017. http://dx.doi.org/10.30998/deiksis.v9i03.680. diakses pada 1 Maret 2019. 77