KEEFEKTIFAN KALIMAT DALAM TEKS EKSPOSISI
SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PADANG PANJANG
Oleh:
Diana
dan Utami Dewi Pramesti2
Pendidikan Bahasa Indonesia
FBS Universitas Negeri Padang
email: dianaastuti710@yahoo.co.id
Astuti1
ABSTRACT
This article reveals effective sentences in the exposition text of class VIII students of
SMP Negeri 1 Padang Panjang. The purpose of this study is three. First, describe the
effectiveness of the sentence in the exposition text of class VIII students of SMP Negeri 1
Padang Panjang in terms of the accuracy of sentence structure. Second, describe the
effectiveness of the sentence in the exposition text of class VIII students of SMP Negeri 1
Padang Panjang in terms of the accuracy of word choice. Third, describe the
effectiveness of sentences in the exposition text of class VIII students of SMP Negeri 1
Padang Panjang in terms of spelling accuracy. This type of research is a qualitative
descriptive method. The source of this research data is the task of students in writing
exposition text class VIII Padang Panjang Middle School 1 which was registered in
2018/2019. The sample in this study was determined by proportional random
sampling, which is 30 students' work. The results of the study are three. First, the
effectiveness in terms of sentence structure is 344 effective sentences and 121
sentences are not effective. Second, the effectiveness of sentences in terms of word
choices have 21 effective sentences and 444 sentences not effective. Third, the
effectiveness of the sentence in terms of spelling found 253 effective sentences and 212
sentences were not effective. Based on the results of the study it was concluded that of
the 465 sentences studied there were 81 effective sentences and 370 sentences not
effective.
Kata kunci:Kalimat Efektif, Teks Eksposisi
A. Pendahuluan
Pembelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 adalah pembelajaran berbasis
teks. Berkaitan dengan kurikulum 2013 tersebut, setiap siswa dituntut untuk bisa memahami
dan memproduksi teks yang dipelajari sesuai dengan tujuan dan fungsinya dalam kehidupan
sosial. Dalam pembelajaran berbasis teks, bahasa Indonesia diajarkan bukan hanya tentang
pengetahuan bahasa, melainkan teks yang mengemban fungsi untuk menjadi sumber aktualisasi
dari penggunaan dalam konteks sosial-budaya akademis. Teks merupakan satuan bahasa yang
digunakan sebagai ungkapan suatu kegiatan sosial, baik secara lisan maupun tulis dengan
struktur berpikir yang lengkap (Mahsun, 2014:1). Untuk itu, siswa dituntut untuk terampil
memproduksi teks melalui kegiatan menulis.
Salah satu keterampilan menulis yang dipelajari oleh siswa di sekolah menengah
pertama pada mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah teks eksposisi. Pembelajaran
keterampilan menulis teks eksposisi diajarkan di kelas VIII. Hal itu tercantum dalam KD 4.6,
1
2
Mahasiswa Penulis Skripsi Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia untuk wisuda periode September 2019
Pembimbing, dosen FBS Universitas Negeri Padang
67
Keefektifan Kalimat dalam Teks Eksposisi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Panjang-Diana Astuti dan Utami Dewi Pramesti
yaitu menyajikan gagasan dan pendapat ke dalam bentuk teks eksposisi artikel ilmiah populer
(lingkungan hidup, kondisi sosial, dan/atau keragaman budaya, dan lain-lain) secara lisan dan
tertulis dengan memperhatikan struktur, unsur kebahasaan, dan aspek lisan. Dalam penelitian
ini, peneliti memilih teks eksposisi sebagai objek penelitian karena teks eksposisi termasuk teks
yang dipelajari siswa pada semester pertama kelas VIII. Hal tersebut dibuktikan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sarangih (2014) mengungkapkan bahwa salah satu teks, yakni
eksposisi belum sepenuhnya dicapai oleh pembelajar sekolah menengah pertama di enam lokasi
penelitian tersebut. Teks eksposisi ini memenuhi sebagian struktur generik atau skematik genre
eksposisi. Dengan demikian, genre ini potensial berkembang menjadi sempurna di jenjang
pendidikan pertama (SMP). Pada pembelajaran menulis teks eksposisi di SMP, siswa belum
memiliki bekal khusus mengenai teks eksposisi.
Teks eksposisi merupakan teks yang berisi argumen dengan tujuan utama membagikan
informasi berupa ilmu pengetahuan. Pemaparan informasi yang berupa ilmu pengetahuan
(konsep atau logika) itulah yang mengukuhkan pentingnya penggunaan kalimat efektif dalam
teks eksposisi. Kalimat efektif adalah kalimat yang ditulis sesuai dengan kaidah-kaidah tata
bahasa yang berlaku sehingga dapat dipahami oleh pembaca dan pendengar dengan mudah.
Kalimat efektif yang dimaksud kalimat-kalimat yang baik dan benar. Baik menurut kaidah atau
tata bahasa yang berlaku, dan baik menurut situasinya, sehingga mudah dipahami oleh
pendengar atau pembaca. Pemilihan kompetensi dasar tersebut didasarkan pada pentingnya
kalimat efektif dalam keterampilan menulis teks eksposisi bagi siswa.
Permasalahan dalam keterampilan menulis teks eksposisi juga ditemukan di SMP Negeri
1 Padang Panjang. Sesuai data yang telah dianalisis, peneliti menemukan beberapa
permasalahan. Pertama, siswa belum terbiasa menulis teks eksposisi, sehingga siswa mengalami
kendala saat menuangkan gagasan atau idenya menjadi sebuah kalimat. Kedua, siswa tidak
paham dengan kalimat efektif karena kalimat yang ditulis tidak sesuai dengan struktur kalimat
yang benar. Ketiga, kalimat yang ditulis siswa dalam menghasilkan teks eksposisi cenderung
tidak efektif serta masih terdapat kesalahan penalaran, pilihan kata, dan penggunaan ejaan.
Persamaan temuan peneliti dengan peneliti sebelumnya, yaitu masih ditemukan kesalahankesalahan dalam tulisan siswa. Hal ini terbukti dari hasil tulisan siswa dalam menulis teks
eksposisi yang masih terdapat kesalahan dalam keefektifan kalimat dari segi ketepatan struktur
kalimat, ketepatan pilihan kata, dan ketepatan ejaan. Hal itu dibuktikan dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti di Indonesia, yakni Wiyanti, Setiawati, dan Sumadyo (2017)
mengungkapkan bahwa kesalahan penggunaan bahasa yang sering ditemukan pada teks
eksposisi siswa, antara lain berkaitan dengan ketidaktepatan penggunaan ejaan, adanya subjek
ganda, pilihan kata yang tidak tepat, struktur kalimat tidak tepat, dan kalimat yang tidak logis.
Hal ini disebabkan kurangnya latihan menulis dan guru dalam mengoreksi kesalahan-kesalahan
dalam pemakaian bahasa Indonesia. Berikut salah satu hasil tulisan siswa kelas VIII SMP Negeri
1 Padang Panjang dalam menulis teks eksposisi. Permasalahan tersebut dapat terlihat dari salah
satu contoh berikut.
Seorang perokok akan mempunyai perilaku yang sama.
Dari contoh tulisan siswa tersebut, terlihat kalimat yang tidak efektif. Ketidakefektifan
kalimat disebabkan adanya ide yang tidak logis karena frasa perilaku yang sama mempunyai
makna yang terlalu luas dan tidak dimengerti, sedangkan kalimat yang logis tidak menganggu
nalar pembaca. Seharusnya frasa perilaku yang sama diganti menjadi perilaku yang negatif,
sehingga kalimat tersebut dapat dipahami secara mudah dan dimengerti.
Untuk membahas permasalahan tersebut, digunakan teori kalimat efektif. Teori kalimat
efektif yang dimaksud yaitu pengertian kalimat efektif dan ciri-ciri kalimat efektif. Menurut
Manaf (2009:110), kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkakan pikiran atau
perasaan penutur atau penulis secara lengkap dan akurat dan dapat dipahami secara mudah dan
tepat oleh penyimak atau pembaca. Rahardi (2009:93) mengungkapkan bahwa kalimat efektif
68
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 8 No. 3 September 2019; Seri A 67-77
harus dapat membangkitkan kembali gagasan yang dimiliki oleh pembaca persis sama dengan
apa yang dimiliki oleh penulisnya. Arifin dan Tasai (2008:97) mengatakan bahwa sebuah
kalimat dikatakan efektif apabila kalimat tersebut memiliki kemampuan untuk menimbulkan
kembali gagasan-gagasan yang ada pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada
dalam pikiran pembaca atau penulis. Kalimat yang disampaikan dapat mewakili ide yang
dikemukakan pengarang secara jujur dan sanggup menarik perhatian pembaca atau pendengar.
Hal tersebut dibuktikan yang dilakukan oleh Rahmawati (2013) mengungkapkan bahwa
kesalahan-kesalahan kalimat yang sering dilakukan siswa meliputi kesalahan kalimat efektif
yang berkaitan dengan kesatuan gagasan, kepaduan kalimat, kesejajaran, dan keekonomisan
kaimat. Hal ini disebabkan bahwa siswa belum sepenuhnya mengerti tentang kalimat efektif.
Selanjutnya, Semi (2009:217) mengungkapkan bahwa kalimat efektif adalah kalimat
yang memenuhi sasaran, mampu menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan, atau menerbitan
selera baca. Kalimat yang lugas, lancar, dan pilihan kata yang tepat akan membangkitkan selera
pembaca untuk terus mengikuti tulisan tersebut. Sebaiknya kalimat yang tidak baik akan
membuat pembaca menghentikan bacaannya. Sejalan dengan itu, Rahardi (2009:93)
menjelaskan bahwa kalimat efektif harus dapat membangkitkan kembali gagasan yang dimiliki
oleh pembaca persis sama dengan apa yang dimiliki oleh penulisnya.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa kalimat efektif
adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah kebahasaan yang mampu menimbulkan kembali
gagasan sama seperti gagasan dari pembaca atau penulis. Kalimat dikatakan efektif apabila
berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan
maksud pembicara atau penulis. Menurut Ermanto dan Emidar (2018:115) ciri-ciri kalimat baku
adalah kalimat yang memiliki kejelasan struktur (normatif), kalimat yang memiliki kelogisan
makna (logis), kalimat yang memiliki kehematan kata (ekonomis), dan kalimat yang memiliki
kebakuan kata. Ciri kalimat efektif yang digunakan peneliti sebagai indikator penganalisisan
keefektifan kalimat dalam teks eksposisi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Panjang, yaitu (1)
ketepatan struktur kalimat, (2) ketepatan pilihan kata, dan (3) ketepatan ejaan. Indikator
tersebut sejalan pendapat Sugono (2009:301) tentang kesalahan dalam kalimat sehingga
membuat kalimat menjadi tidak efektif. Ketiga ciri tersebut sebagai berikut.
1) Struktur Kalimat
Menurut Gani (2012:63), sebuah kalimat dikatakan lengkap apabila sekurang-kurangnya
memiliki pokok dan penjelas atau subjek dan predikat. Kalimat yang baik memang harus
mengandung unsur-unsur yang lengkap tetapi kalimat efektif juga harus memperhatikan
penalaran yang tepat. Ketepatan struktur kalimat ditandai oleh lima hal, yaitu (a) subjek, (b)
predikat, (c)objek, (d) keterangan, dan (e) pelengkap.
a) Subjek
Subjek merupakan unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat yang di samping
unsur predikat. Subjek memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Pertama, jawaban atas pertanyaan apa
atau siapa. Kedua, dapat diperluas dengan kata itu dan ini. Ketiga, didahului kata bahwa.
Keempat, mempunyai keterangan petawas yang dan tidak didahului preposisi. Kelima, subjek
berupa nomina dan frasa nomina atau kelas kata lain yang dapat menduduki fungsi subjek.
(Dendy Sugono, 2009:37-46).
b) Predikat
Predikat merupakan unsur utama dari suatu kalimat, di samping subjek. Predikat
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut. Pertama, jawaban atas pertanyaan apa dan mengapa.
Kedua, memiliki kata adalah atau ialah. Ketiga, dapat diingkari, pengingkaran ini dapat
diwujudkan oleh kata tidak. Keempat, dapat disertai kata-kata aspek atau modalitas, predikat
kalimat yang berupa verba atau adjektiva. Kelima, berupa verba, nomina, adjektiva, numeralia,
dan frasa preposisi. (Dendy Sugono, 2009:48-53).
c) Objek
Objek merupakan unsur kalimat yang dapat diperlawankan dengan subjek. Unsur
kalimat ini bersifat wajib dalam susunan kalimat yang berpredikat verba aktif. Objek memiliki
69
Keefektifan Kalimat dalam Teks Eksposisi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Panjang-Diana Astuti dan Utami Dewi Pramesti
ciri-ciri sebagai berikut. Pertama, langsung dibelakang predikat. Kedua, dapat menjadi subjek
kalimat pasif. Ketiga, tidak didahului preposisi, objek yang selalu menempati posisi dibelakang
predikat itu tidak boleh didahului preposisi, dengan kata lain, diantara predikat dan objek tidak
dapat disisipi preposisi (Dendy Sugono, 2009:62-65).
d) Keterangan
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang
suatu yang dinyatakan dalam kalimat. Misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu, cara,
sebab, dan tujuan. Pada umumnya kehadiran keterangan dalam kalimat tidak wajib sehingga
keterangan diperlukan sebagai unsur tak wajib dalam arti bahwa tanpa keterangan pun kalimat
telah mempunyai makna tersendiri. Keterangan ini berupa kata, frasa, atau anak kalimat dan
bukan unsur utama serta tidak terikat posisi (Dendy Sugono (2009:73-75).
e) Pelengkap
Pelengkap merupakan unsur kalimat yang dapat bersifat ada karena melengkapi makna
verba predikat kalimat. Pelengkap dan objek memiliki kesamaan. Kesamaan itu adalah kedua
unsur itu bersifat wajib, menempati posisi dibelakang predikat dan tidak didahului preposisi.
Pelengkap terletak dibelakang predikat dan tidak didahului preposisi (Dendy Sugono 2009:6972). Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa ketepatan struktur kalimat juga
dipengaruhi oleh struktur fungsi sintaksis. Wujud fungsi sintaksis adalah subjek, predikat, objek,
pelengkap, dan keterangan tidak harus selalu ada dalam kalimat. Penulis menggunakan dua
aspek struktur kalimat untuk meneliti keefektifan kalimat dalam teks eksposisi siswa kelas VIII
SMP Negeri 1 Padang Panjang. Aspek tersebut adalah subjek dan predikat.
2) Pilihan Kata
Pilihan kata atau diksi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, yaitu diction yang
berarti pemilihan kata atau pilihan kata. Keraf (2009:88) menyatakan bahwa ketepatan pilihan
kata adalah sebuah kemampuan untuk menimbulkan gagasan yang sama pada imajinasi
pembaca atau pendengar, maka penulis atau pembaca harus cermat dalam memilih kata-kata
yang mampu mencapai maksud tersebut. Sehubungan dengan hal itu, menurut Rahardi
(2009:31) menekankan pentingnya penggunaan pilihan kata yang tepat dalam sebuah
komunikasi. Tujuan hal tersebut, agar tercipta komunikasi yang efektif, efesien, dan
menghindari kesalahpahaman. Pilihan kata memiliki peranan yang penting dalam menyusun
sebuah kalimat efektif karena sebuah kalimat efektif harus dapat menyampaikan pesan kepada
pembaca persis seperti yang ingin disampaikan penulis. Penggunaan pilihan kata yang salah
dapat membuat pesan dalam kalimat sulit dipahami atau terjadi salah penafsiran pada pembaca.
Pilihan kata memiliki peran yang cukup penting untuk menciptakan suatu komunikasi
yang efektif. Penggunaan pilihan kata yang baik dapat membuat kalimat menjadi efektif,
sehingga pembaca bisa menangkap pesan persis seperti apa yang ingin disampaikan oleh
penulis kalimat. Penulis menggunakan tiga aspek pilihan kata untuk meneliti keefektifan kalimat
dalam teks eksposisi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Panjang. Aspek tersebut, yaitu (1)
ketepatan kata, (2) kebakuan kata, dan (3) kehematan kata.
a) Ketepatan Kata
Ketepatan kata harus diperhatikan dalam menyusun kalimat efektif. Ketepatan kata
mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat
pada imajinasi pembaca, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis (Keraf,
2009:87). Pilihan kata yang tepat dalam kalimat membuat gagasan yang disampaikan penulis
tersampaikan secara sempurna ke pikiran pembaca. Selanjutnya, Rahardi (2009:31)
menekankan pentingnya penggunaan pilihan kata yang tepat dalam sebuah komunikasi. Tujuan
hal tersebut, agar tercipta komunikasi yang efektif, efesien, dan menghindari kesalahpahaman.
b) Kebakuan Kata
Aspek kebakuan kata juga harus diperhatikan saat menulis kalimat efektif. Ermanto dan
Emidar (2018:120) menjelaskan bahwa salah satu ciri kalimat efektif adalah penggunaan
kalimat baku. Syarat untuk membentuk kalimat baku adalah menggunakan pilihan kata yang
70
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 8 No. 3 September 2019; Seri A 67-77
baku. Pedoman untuk memilih kata baku adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Kata
baku mutlak digunakan saat menulis laporan penelitian seperti makalah, skripsi, disertasi,
ataupun tesis.
c) Kehematan Kata
Kehematan kata juga harus diperhatikan dalam menyusun kalimat efektif. Putrayasa
(2010:55) menjelaskan bahwa kehematan berhubungan dengan jumlah kata yang digunakan
pada sebuah kalimat dengan luasnya jangkauan makna yang diacu kalimat tersebut. Sebuah
kalimat dikatakan hemat bukan karena jumlah kata yang digunakan sedikit, melainkan seberapa
banyak kata yang bermanfaat bagi pembaca. Selanjutnya, Finoza (2008:176) menyatakan bahwa
kehematan adalah upaya menghindari pemakaian kata yang tidak perlu, hemat disini bukan
berarti tidak memakai kata-kata mubazir, tidak mengulang subjek, dan tidak menjamakkan kata
yang sudah berbentuk jamak dengan hemat kata kalimat akan menjadi padat berisi.
3) Ejaan
Ejaan adalah ketentuan tentang tata tulis sebuah bahasa. Ejaan biasanya mencakup
pemakaian huruf, penulisan kata, pemakaian tanda baca, dan penulisan unsur serapan
(Sunendar, 2016:5-35). Selanjutnya, Chaer (2011:152) menjelaskan bahwa ejaan dapat diartikan
sebagai suatu konvensi grafis, yaitu semacam perjanjian diantara para penutur suatu bahasa
untuk menuliskan bahasanya. Maksudnya, bunyi bahasa yang seharusnya dilafalkan lalu diganti
dengan lambang-lambang berupa huruf, angka, dan tanda baca.
Ejaan yang digunakan pada bahasa Indonesia terdiri atas enam jenis. Seluruh jenis ejaan
tersebut mengatur cara melambangkan bunyi maupun ujaran bahasa lisan ke dalam bahasa
tulis. Peneliti tidak menganalisis penggunaan keenam jenis ejaan tersebut. Sesuai dengan yang
ditulis pada fokus masalah, penggunaan ejaan yang akan dianalisis dibatasi pada tiga aspek,
yaitu (1) penulisan huruf kapital, (2) penulisan kata, dan (3) pemakaian tanda baca, berupa
tanda titik (.) dan tanda koma (,).
Berdasarkan permasalahan dan teori yang dikemukakan sebelumnya, tujuan penelitian
ini ada tiga. Pertama, mendeskripsikan keefektifan kalimat dalam teks eksposisi siswa kelas VIII
SMP Negeri 1 Padang Panjang dari segi ketepatan struktur kalimat. Kedua, mendeskripsikan
keefektifan kalimat dalam teks eksposisi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Panjang dari segi
ketepatan pilihan kata. Ketiga, mendeskripsikan keefektifan kalimat dalam teks eksposisi siswa
kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Panjang dari segi ketepatan ejaan.
B. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini dikatakan penelitian
kualitatif karena menghasilkan data deskriptif dari teks eksposisi berupa kata, klausa, atau
kalimat tertulis, dan tidak mengutamakan pada angka-angka. Hal ini sesuai dengan pendapat
Bodan dan Taylor (dalam Moleong, 2009:4) penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode ini dikatakan
metode deskriptif karena digunakan untuk mendeskripsikan keefektifan kalimat dalam teks
eksposisi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Panjang yang bertujuan mendeskripsikan
ataupun memaparkan proses dan hasil penelitian secara sistematik dan menekankan pada data
faktual. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Nazir (2011:54) bahwa metode deskriptif
bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antarfenomena yang sedang diselidiki.
Data dalam penelitian ini adalah kalimat dalam teks eksposisi siswa kelas VIII SMP
Negeri 1 Padang Panjang. Data kualitatif diperoleh melalui tugas siswa berupa teks eksposisi
sehingga menghasilkan data deskripsi, yaitu kalimat tertulis yang dikumpulkan setelah
pembelajaran. Hasil data tersebut dikoreksi dan dianalisis secara subjektif. Selanjutnya, sumber
data dalam penelitian ini adalah tugas siswa dalam menulis teks eksposisi kelas VIII SMP Negeri
71
Keefektifan Kalimat dalam Teks Eksposisi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Panjang-Diana Astuti dan Utami Dewi Pramesti
1 Padang Panjang. Instrumen penelitiannya adalah peneliti sendiri. Peneliti sebagai calon
sarjana pendidikan bahasa Indonesia yang berperan sebagai pengumpul data, penganalisis data,
penafsir data, dan pelapor hasil penelitian. Data penelitian ini dikumpulkan melalui studi
dokumentasi. Data dikumpulkan dengan cara meminjam lalu memfotokopi tugas teks eksposisi
siswa yang dimiliki oleh guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VIII SMP Negeri 1 Padang
Panjang.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan berupa proposional random sampling
(teknik acak), yaitu penarikan berdasarkan proporsi jumlah siswa per kelas berdasarkan
sumber data yang masih didokumentasikan oleh guru. Alasan digunakan proposional random
sampling karena berdasarkan sumber data yang dikumpulkan dengan cara meminjam karya
siswa kepada guru bersangkutan, ditemukan 130 karya siswa yang tersebar dalam lima kelas.
Peneliti menetapkan sampel sebanyak 30 karya siswa yang diambil dari 5 kelas. Peneliti
memilih sampel berdasarkan kerapian, dan kejelasan tulisan siswa agar mudah dibaca, sehingga
mudah dianalisis. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2010:112) yang menyatakan apabila
subjek kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Selanjutnya jika subjek penelitian yang lebih dari 100 orang diambil 10-15%
atau 20-25% atau lebih. Jadi, jumlah sampel penelitian ini 30 sampel (20% dari jumlah populasi
per kelas).
Untuk menguji hasil sebuah penelitian diperlukan sebuah teknik uraian rinci (thick
description). Teknik uraian rinci digunakan melaporkan hasil penelitian sehingga uraiannya itu
dilakukan serinci, sedetail, dan secermat mungkin. Penganalisisan data dilakukan dengan 5
langkah. Pertama, mengidentifikasi gambaran umum data yang dianalisis berdasarkan nama
siswa yang telah diurutkan, kode siswa, dan sekaligus kelas. Kedua, mengidentifikasi gambaran
umum data berdasarkan kode siswa, judul teks eksposisi, dan jumlah kalimat dalam teks
eksposisi yang dianalisis. Ketiga, inventarisasi data berdasarkan kode siswa dan kode data serta
kalimat yang tertulis dalam teks eksposisi siswa yang dianalisis. Keempat, menganalisis data
berdasarkan identifikasi penggunaan indikator keefektifan kalimat dalam teks eksposisi.
Pengklasifikasian data dilakukan berdasarkan ketepatan penalaran, ketepatan pilihan kata, dan
ketepatan ejaan. Kelima, menginterprestasikan data berdasarkan teori dan menyimpulkan
temuan dengan menulis laporan.
C. Pembahasan
Sumber data penelitian ini adalah 30 teks eksposisi melalui tugas siswa kelas VIII SMP
Negeri 1 Padang Panjang. Jumlah data pada setiap sumber data berbeda-beda. Sebelum
mengolah data, langkah pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi gambaran umum data
yang dianalisis dan pengkodean data. Pengkodean data diurutkan sesuai dengan urutan abjad
daftar nama siswa. Data umum dalam bentuk objek penelitian berjumlah 465 kalimat yang
terdiri 81 kalimat efektif dan 370 kalimat tidak efektif. Kalimat tersebut diperoleh melalui tugas
siswa berupa teks eksposisi. Ketidakefektifan tersebut karena tidak memenuhi indikator kalimat
efektif yang digunakan dalam penelitian ini.
1.
Kalimat Efektif pada Teks Eksposisi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Panjang
Berdasarkan analisis data, ditemukan 81 kalimat yang efektif dari 465 kalimat yang
diteliti. Kalimat dikatakan efektif karena tidak ditemukan kesalahan dalam kalimat sesuai
indikator kalimat efektif berupa ketepatan struktur kalimat, ketepatan pilihan kata, dan
ketepatan ejaan. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh berikut.
Narkoba merupakan salah satu zat yang dapat mengakibatkan kecanduan.
Kalimat tersebut sudah efektif dari indikator keefektifan kalimat karena tidak
ditemukan kesalahan pada indikator tersebut, yaitu dari segi ketepatan struktur kalimat,
72
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 8 No. 3 September 2019; Seri A 67-77
pilihan kata, dan ejaan, sehingga kalimat tersebut dapat dikatakan efektif. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Manaf (2009:110) menjelaskan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang
dapat mengungkapkan pikiran atau perasaan penutur atau penulis secara lengkap dan akurat
dan dapat dipahami secara mudah dan tepat oleh penyimak atau pembaca.
2. Kalimat Tidak Efektif pada Teks Eksposisi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Padang
Panjang
Berdasarkan analisis yang dilakukan tentang kalimat efektif siswa kelas VIII SMP Negeri
1 Padang Panjang, ditemukan dari 465 kalimat siswa terdapat 370 kalimat yang tidak efektif
karena tidak memenuhi indikator kalimat efektif yang digunakan dalam penelitian ini. Berikut
uraian kalimat tidak efektif yang diperoleh melalui tugas siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Padang
Panjang dalam menulis teks eksposisi.
a. Keefektifan Kalimat pada Teks Eksposisi Ditinjau dari Aspek Ketepatan Struktur
Kalimat
Salah satu penyebab ketidakefektifan kalimat pada teks eksposisi adalah ketepatan
struktur kalimat. Kesalahan ditemukan 121 kalimat ditinjau dari aspek ketepatan struktur
kalimat. Penyebab kalimat tidak efektif dari aspek struktur kalimat adalah kalimat tersebut
tidak memiliki unsur sintaksis yang lengkap. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh berikut.
Selain itu, dapat meningkatkan risiko kanker
Kalimat tersebut tidak efektif dari aspek struktur kalimat. Pada kalimat “Selain itu, dapat
meningkatkan risiko kanker” terletak pada kalimat (3) dengan kode data (21.17.4). Kalimat
tersebut tidak efektif dari segi struktur kalimat karena subjek tidak ditemukan. Seharusnya
ditambahkan subjeknya dengan kata “ponsel” agar kalimat tersebut mudah dan dapat dipahami
pembaca. Alternatif perbaikan kalimat “Selain itu, ponsel dapat meningkatkan risiko kanker”.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Manaf (2010:115) mengungkapkan bahwa penempatan
unsur fungsi sintaksis merupakan faktor yang membentuk kalimat efektif. Berikut contoh
ketidakefektifan kalimat pada aspek struktur kalimat.
b. Keefektifan Kalimat pada Teks Eksposisi Ditinjau dari Aspek Ketepatan Pilihan Kata
Salah satu tugas yang dikerjakan oleh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Panjang
adalah menulis teks eksposisi. Berdasarkan tulisan teks eksposisi tersebut ditemukan
ketidakefektifan 444 kalimat ditinjau dari aspek ketepatan pilihan kata terdiri dari tiga aspek,
yaitu tidak tepat, tidak baku, dan tidak hemat. Ketiga ketidakefektifan kalimat tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut.
1) Ketepatan Kata
Berdasarkan analisis data, ditemukan 130 kalimat yang tidak efektif karena kalimat
tersebut tidak tepat penulisan kata. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh berikut.
Dia bisa melakukan aksi kejahatan, seperti pemerkosaan, pembunuhan.dll.
Kalimat tersebut tidak efektif dari aspek ketepatan kata. Pada kata dll seharusnya ditulis
menjadi dan lain-lain karena dalam sebuah karya tulis ilmiah tidak boleh kata tersebut disingkat.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Manaf (2010:133) kata yang tepat konsep adalah kata yang
mengandung konsep atau pengertian secara tepat menggambarkan gagasan yang diungkapkan
oleh penutur atau penulis. Kata-kata ketepatan konsep ini menjadikan ide kalimat jelas sehingga
kalimat mudah dipahami
2) Kebakuan Kata
Berdasarkan analisis data, ditemukan 108 kalimat tidak efektif dari aspek kebakuan kata
karena tidak menggunakan pilihan kata yang baku. Kalimat tidak baku disebabkan karena
73
Keefektifan Kalimat dalam Teks Eksposisi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Panjang-Diana Astuti dan Utami Dewi Pramesti
pedoman penulisan kata tidak sesuai dengan KBBI sehingga kalimat tersebut menjadi tidak
efektif. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh berikut.
Sulitnya ujian atau test yang dihadapi sering kali menjadi penyebab praktek kecurangan
atau menyontek hal tersebut terjadi karena terlalu sulitnya tugas yang diberikan.
Kalimat tersebut tidak efektif dari aspek kebakuan kata. Pada katatest dan praktek
seharusnya ditulis tes dan praktik karena kata baku dalam sebuah karya tulis ilmiah harus
mutlak digunakan sesuai KBBI. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ermanto dan Emidar
(2010:120) menjelaskan bahwa salah satu ciri kalimat efektif adalah penggunaan kalimat baku.
Syarat untuk membentuk kalimat baku adalah menggunakan pilihan kata yang baku. Kalimat
tidak baku disebabkan karena pedoman penulisan kata tidak sesuai dengan KBBI sehingga
kalimat tersebut menjadi tidak efektif.
3) Kehematan Kata
Penelitian ini menghasilkan data berupa ketidakefektifan kalimat dari aspek kehematan
ditemukan 206 kalimat tidak hemat kata karena adanya unsur kalimat yang mubazir. Kalimat
yang panjang mengakibatkan unsur yang mubazir sehingga kalimat sulit dipahami.Hal tersebut
dapat dilihat pada contoh berikut.
Saat kita berbohong kita juga akan menutupi kebohongan itu dengan kebohongan
lainnya.
Kalimat tersebut tidak efektif dari aspek kehematan kata. Pada kata kita dan kebohongan
terdapat pengulangan subjek kita dan objek kebohongan yang menyebabkan kalimat mubazir.
Sebaiknya dihilangkan kata. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Manaf (2010:124)
menyatakan tidak adanya unsur kalimat yang mubazir merupakan salah satu faktor yang
membuat kaimat menjadi efektif. Sebaliknya, adanya unsur kalimat yang mubazir
mengakibatkan kalimat tidak efektif.
c. Keefektifan Kalimat pada Teks Eksposisi Ditinjau dari Aspek Ketepatan Ejaan
Salah satu penyebab ketidakefektifan kalimat pada teks eksposisi adalah ketepatan
ejaan. Kesalahan ditemukan 212 kalimat ditinjau dari aspek ketepatan ejaan terdiri dari tiga
aspek, yaitu penulisan huruf kapital, penulisan kata, dan penulisan tanda baca. Ketiga
ketidakefektifan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Penulisan Huruf kapital
Berdasarkan analisis data, ditemukan 97 kalimat tidak efektif dari aspek tidak tepat
penulisan huruf kapital. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh berikut.
Setiap orang tua Pasti Menginginkan yang terbaik Untuk anak-anaknya.
Kalimat tersebut tidak efektif dari aspek penulisan huruf kapital. Pada kata “Pasti,
Menginginkan, dan Untuk”, seharusnya huruf “p, m, dan u” ditulis kecil karena tidak berada
diawal kalimat. Hal tersebut sesuai berdasarkan PUEBI Ermanto dan Emidar (2018:30)
menjelaskan bahwa secara garis besar terdapat limabelas aturan penggunaan huruf kapital.
2) Penulisan Kata
Penulisan kata yang tidak sesuai dengan aturan EBI ditemukan 28 kalimat tidak efektif
pada teks eksposisi menyebabkan ketidakefektifan kalimat. Hal tersebut dapat dilihat pada
contoh berikut.
74
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 8 No. 3 September 2019; Seri A 67-77
Kenakalan remaja ini di pengaruhi oleh tempat tinggal remaja tersebut.
Kalimat tersebut tidak efektif dari aspek penulisan kata. Pada kata di pengaruhi
seharusnya digabung menjadi dipengaruhi karena di sebagai awalan. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat ketidakefektifan penulisan di- aturan penulisan kata diatur oleh pedoman umum EBI
(Sunendar, 2016:13-23). Penulis menemukan ketidakefektifan kalimat pada aspek penulisan
kata di- tidak tepat.
3) Penulisan Tanda Baca
Indikator terakhir pada penelitian ini adalah pemakaian tanda baca. Berdasarkan hasil
penelitian, peneliti menemukan 87 kalimat yang tidak efektif yang terdiri pada dua aspek, yaitu
pada aspek tanda baca koma terdapat 74 kalimat tidak efektif dan tanda titik 13 kalimat tidak
efektif. Pertama, berdasarkan lampiran 6 ketidakefektifan kalimat dari aspek tanda baca koma.
Kedua, berdasarkan lampiran 6 ketidakefektifan kalimat dari aspek tanda baca titik. Berikut
contoh ketidakefektifan kalimat pada aspek penulisan tanda baca koma dam tanda baca titik.
(a) Jadi kita harus bersikap bijak dalam memanfaatkan teknologi saat ini khususnya
gadget.
(b) Selain itu. Kebiasaan belajar hanya ketika mau ujian.
Kalimat (a) tersebut tidak efektif dari aspek penulisan tanda baca koma. Pada kata jadi
seharusnya diberi tanda koma (,) karena termasuk ungkapan penghubung antarkalimat yang
terdapat pada awal kalimat. Selanjutnya Kalimat (b) tersebut tidak efektif dari aspek penulisan
tanda baca titik. Pada kata Selain itu seharusnya diberi ejaan tanda koma (,) karena
mengungkapkan antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat.
Hal tersebut sesuai dengan pedoman EBI oleh Sunendar (2016:7-12) penggunaan huruf
kapital digunakan pada: Pertama, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat.
Kedua, huruf pertama unsur nama orang. Ketiga, awal kalimat dalam petikan langsung. Keempat,
huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti
untuk Tuhan. Kelima, huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, atau
akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang.
Keenam, huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau dipakai
sebagai pengganti nama orang tertentu, nama istansi, atau nama tempat. Ketujuh, huruf pertama
nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Kedelapan, huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan
hari besar atau hari raya. Kesembilan, huruf pertama nama geografi. Kesepuluh, huruf
pertamasemua kata (termasuk semua unsur bentuk uang sempurna) dalam nama negara,
lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan
untuk.
Aturan penulisan tanda baca koma terdapat pada pedoman EBI oleh Sunendar (2016:712) digunakan pada: Pertama, tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerinci
atau pembilangan. Kedua, sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan,
dalam kalimat majemuk (setara). Ketiga, untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului
induk kalimatnya. Keempat, di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat, seperti
oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian. Kelima,
sebelum atau sesudah kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, atau hal, dan kata yang dipakai sebagai
sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak.
D. Simpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa keefektifan kalimat dalam
teks eksposisi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Panjang berada dikualifikasi buruk. Hal
tersebut dikarenakan dari 465 kalimat yang digunakan sebagai data penelitian, ditemukan 81
75
Keefektifan Kalimat dalam Teks Eksposisi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Panjang-Diana Astuti dan Utami Dewi Pramesti
kalimat efektif dan 370 kalimat tidak efektif. Ketidakefektifan tersebut disebabkan karena tidak
memenuhi indikator kalimat efektif yang digunakan dalam penelitian ini. Keefektifan kalimat
dapat disimpulkan melalui tiga hal berikut.
Pertama, keefektifan kalimat dari segi ketepatan struktur kalimat terdapat 344 kalimat
efektif dan 121 kalimat tidak efektif. Kedua, Keefektifan kalimat dari segi ketepatan pilihan kata
terdapat 21 kalimat efektif dan 444 kalimat tidak efektif. Ketidakefektifan tersebut ditemukan
sebanyak 130 kalimat pada aspek tidak tepat kata, 108 kalimat pada aspek kata tidak baku, dan
206 kalimat pada aspek kata tidak hemat. Ketiga, Keefektifan kalimat dari segi ketepatan ejaan
terdapat 252 kalimat efektif dan 213 kalimat tidak efektif. Ketidakefektifan tersebut ditemukan
sebanyak 99 kalimat pada aspek penulisan huruf kapital tidak tepat, 27 kalimat pada aspek
penulisan kata tidak tepat, dan 87 kalimat pada aspek penulisan ejaan tidak benar.
Berdasarkan simpulan disarankan tiga hal berikut. Pertama, guru Bahasa Indonesia agar
lebih memperhatikan penggunaan kalimat efektif dalam teks eksposisi. Kedua, siswa kelas VIII
SMP Negeri 1 Padang Panjang agar lebih giat lagi mempelajari dan mempraktikkan penggunaan
kalimat efektif ketika menulis. Hal tersebut agar tulisan siswa lebih mudah dipahami oleh
pembaca dan tidak adanya perbedaan penafsiran antara penulis dan pembaca. Ketiga, bagi
peneliti, penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
Catatan: Artikel ini disusun berdasarkan skripsi Diana Astuti dengan pembimbing Utami Dewi
Pramesti, M.Pd.
Daftar Rujukan
Arifin, Zaenal dan S Amran Tasai. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: Akademika Presindo.
Arikunto, suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Ermanto dan Emidar. 2018. Bahasa Indonesia: Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.
Depok: Rajawali Pers.
Finoza Lamuddin. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia.
Gani, Erizal. 2012. Menulis Karya Tulis Ilmiah. Padang: UNP Press.
Keraf, Gorys. 2009. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.
Mahsun. 2014. Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Penada.
Manaf, Abdul Ngusman. 2009. Sintaksis: Teori dan Terapannya dalam Bahasa Indonesia. Padang:
Sukabina Press.
Manaf, Abdul Ngusman. 2010. Sintaksis. Padang: Sukabina Press.
Moleong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nazir. Moh. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
76
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 8 No. 3 September 2019; Seri A 67-77
Permendikbud. 2016. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Putrayasa, Ida Bagus. 2010. Kalimat Efektif: Diksi, Struktur, dan Logika. Bandung: Refika
Aditama.
Rahardi, R. Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Rahmawati, Fitri. 2013. “Pengaruh Penguasaan Kompetensi Terhadap Kemampuan Menulis
Karangan Efektif Pada Karangan Eksposisi Siswa Kelas XI SMAN 19 Bandung”. Jurnal
Bahtera
Bahasa.
1.2,
Desember
2014.
http://ejournal.upi.edu/index.php/PSPBSI/article/view/434. diakes pada 1 Maret 2019.
Sarangih, Amrin. 2014. Pembelajaran Genre Tulis Pembelajar Sekolah Menengah Pertama
Berdasarkan Kurikulum 2013. Metalingua. 12(2): 137-151.
Sugono, Dendy. 2009. Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Wiyanti, Endang, dkk. 2017. “Tipe-Tipe Kesalahan Sintaksis Pada Karangan Eksposisi Siswa SMA
Bina Spora Mandiri Cigombong Bogor”. Jurnal Deiksis. 09.03, September 2017.
http://dx.doi.org/10.30998/deiksis.v9i03.680. diakses pada 1 Maret 2019.
77