www.fgks.org   »   [go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu
ISSN 2302-0172 pp. 11- 20 Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 10 Pages KONSUMSI DI PROVINSI ACEH Muhammad Afdhal 1), Sofyan Syahnur 2), Muhammad Nasir 3) Magister Ilmu EkonomiPascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No.7, Darussalam Banda Aceh 23111, email:breuhputeh98@gmail.com 1,2,3) Abstract:: In everyday life, everyone is always associated with the consumption to meet the needs for food, clothing, entertainment, or for other needs. Public expenditures for food, clothing, and other necessities is called the expenditure or consumption. Public consumption is influenced by many factors, including the factors of income, wealth, interest rates and inflation. This is supported by theories that have been developed by economists. The data used are secondary data by type of annual time series data from 1990 to 2012 were sourced from the Regional Development Planning Agency (BAPPEDA) Aceh Province, the Central Statistics Agency (BPS), Bank Indonesia (BI) and other supporting data obtained of journals, books and research beforehand. The variable in this study is income, wealth, interest rates and inflation and its relation to household consumption. any increase in regional per capita income of Rp 1 million Y_t it will lower household consumption C_t Rp 694.4862 billion. any increase in quasi money W_t Rp 1 billion, it will increase the consumption of Rp C_t 0.5242 billion. any increase in deposit rates r_t Rp 1% it will reduce the consumption of Rp C_t 363.7505 billion. any increase in inflation i_t Rp 1% it will increase consumption C_t Rp 40.3652 billion. Keywords: the consumption, Public, income, wealth, interest rates, inflation Abstrak: Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang selalu berhubungan dengan konsumsi untuk memenuhi kebutuhan pangan, pakaian, hiburan atau untuk kebutuhan yang lain. Pengeluaran masyarakat untuk makanan, pakaian, dan kebutuhan lainnya tersebut dinamakan dengan pembelanjaan atau konsumsi. Konsumsi masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya faktor pendapatan, kekayaan, tingkat suku bunga dan inflasi. Hal ini didukung oleh teori yang telah dikembangkan oleh para ahli ekonomi. Data yang digunakan adalah data sekunder dengan jenis data runtun waktu tahunan dari tahun 1990 sampai tahun 2012 yang bersumber dari Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Aceh, Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI) dan data pendukung lainnya yang diperoleh dari jurnal, buku dan penelitian sebelumnya. Variabel dalam penelitian ini adalah pendapatan, kekayaan, suku bunga dan inflasi serta kaitannya dengan konsumsi rumah tangga. setiap kenaikan pendapatan regional per kapita Y_t sebesar Rp 1 juta maka akan menurunkan konsumsi rumah tangga C_t sebesar Rp 694.4862 miliar. setiap kenaikan uang kuasi W_t sebesar Rp 1 miliar maka akan meningkatkan konsumsi C_t sebesar Rp 0.5242 miliar. setiap kenaikan suku bunga deposito r_t sebesar Rp 1% maka akan menurunkan konsumsi C_t sebesar Rp 363.7505 miliar. setiap kenaikan inflasi i_t sebesar Rp 1% maka akan meningkatkan konsumsi C_t sebesar Rp 40.3652 miliar. Kata kunci : Konsumsi, Masyarakat, Pendapatan. Kekayaan, Suku Bunga, Inflasi PENDAHULUAN Konsumsi masyarakat dipengaruhi oleh menyatakan bahwa pengeluaran masyarakat tergantung konsumsi (berbanding lurus) banyak faktor, diantaranya faktor pendapatan, dengan tingkat pendapatannya. Lebih lanjut kekayaan, tingkat suku bunga dan inflasi. Hal Keynes ini merupakan fungsi dari pendapatan disposable. didukung oleh teori yang telah menyebutkan dikembangkan oleh para ahli ekonomi. Menurut Dimana Keynes yang dikutip dalam Mankiw (2003) pendapatan 11 - Volume 2, No. 3, Agustus 2014 pendapatan setelah bahwa konsumsi disposable adalah dikurangi dengan Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala pembayaran pajak, jadi semakin tinggi nilai pendapatan disposable maka akan semakin Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan (Rp.) Masyarakat Provinsi Aceh (2010-2011) tinggi pula jumlah konsumsinya.Selanjutnya menurut Keynes ada batas konsumsi minimal, tidak tergantung pada tingkat pendapatan yang disebut konsumsi otonom. Artinya tingkat Sumber : BPS Provinsi Aceh, 2013 konsumsi tersebut harus dipenuhi walaupun tingkat pendapatan adalah nol, dan hal ini ditentukan oleh faktor di luar pendapatan, seperti ekspektasi ekonomi dari konsumen, ketersediaan dan syarat-syarat kredit, standar hidup yang diharapkan,distribusi umur, lokasi geografis.Sementara itu, Samuelson (1999) menyebutkan bahwa faktor-faktor pokok yang mempengaruhi dan menentukan jumlah pengeluaran untuk konsumsi adalah pendapatan disposibel sebagai faktor utama, pendapatan permanen dan pendapatan menurut daur hidup, kekayaan dan faktor permanen lainnya seperti faktor sosial dan harapan tentang kondisi ekonomi dimasa yang akan datang. Sementara itu untuk Provinsi Aceh, selama dua tahun terakhir terjadi perubahan pola pengeluaran masyarakat untuk konsumsi, berdasarkan hasil Susenas Panel Maret 2010 Untuk faktor pendapatan, pendekatan yang digunakan adalah dengan pendapatan regional bruto perkapita (PDRB per kapita). Di Provinsi Aceh, pendapatan regional bruto perkapita cenderung meningkat dari tahun 2007 sampai dengan 2011, baik dengan maupun tanpa migas. Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik Provinsi Aceh, inflasi Provinsi Aceh cenderung fluktuatifdari tahun 2000 antara 3,43% sampai dengan 34,88%. Inflasi terbesar terjadi pada tahun 2005 dimana pada tahun tersebut terjadi Bencana Gempa dan Tsunami yang membuat perekonomian di Aceh goyah dan inflasi mencapai 34,88%. Sedangkan inflasi terendah terjadi pada tahun 2011 dengan tingkat inflasi sebesar 3,43%. Perbandingan tingkat inflasi Provinsi Aceh dengan Nasional dapat dilihat pada Grafik berikut : dan Susenas Triwulan I tahun 2011, diketahui bahwa terjadi perubahan persentase besaran konsumsi untuk makanan dan non makanan. Dibandingkan dengan konsumsi nasional, pada tahun 2010 dan 2011, pengeluaran masyarakat di Provinsi Aceh lebih banyak untuk konsumsi Sumber : BPS Provinsi Aceh, 2013 makanan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut : Guritno (1998) mengatakan inflasi sebagai fenomena ekonomi yang terutama terjadi di Negara-negara berkembang seperti Indonesia Volume 2, No. 3, Agustus 2014 - 12 Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala sangat mempengaruhi kegiatan perekonomian. Provinsi Aceh. Sesuai dengan beberapa teori di Tingkat inflasi adalah kenaikan harga barang atas, pengaruh faktor yang ingin dilihat antara secara umum yang menyebabkan terjadinya lain pendapatan, kekayaan, tingkat suku bunga efek substitusi. Konsumen akan mengurangi dan inflasi. pembelian harganya terhadap relatif barang-barang mahal dan yang menambah pengeluaran konsumsi terhadap barang-barang yang harganya relatif murah. Kenaikan KAJIAN KEPUSTAKAAN Teori Konsumsi Menurut Mankiw (2000) “Konsumsi tingkatharga umum tidaklah berarti bahwa adalah barang atau jasa yang dibeli oleh rumah kenaikan secara tangga, konsumsi terdiri dari barang tidak tahan proporsional. Hal ini mendorong konsumen lama (Non Durable Goods) adalah barang yang untuk mengalihkan konsumsinya dari barang habis dipakai dalam waktu pendek, seperti yang satu ke barang lainnya. Inflasi yang tinggi makanan dan pakaian. Kedua adalah barang akan masyarakat tahan lama (Durable Goods) adalah barang terutama terhadap produksi dalam negeri yang yang memiliki usia panjang seperti mobil, selanjutnya televisi, alat-alat elektronik, ponsel dan lainya. harga barang melemahkan akan daya terjadi beli mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap nilai mata uang nasional. Ketiga, jasa (services) meliputi pekerjaan yang Banyak alasan yang menyebabkan analisis dilakukan untuk konsumen oleh individu dan makroekonomiperlu tentang perusahaan seperti potong rambut dan berobat konsumsi rumah tangga secara mendalam. ke dokter. Yang dibelanjakan untuk pembelian Alasan barang-barang dan jasa guna mendapatkan pertama, memperhatikan konsumsi rumah tangga memberikan pemasukan kepada pendapatan kepuasan dan memenuhi kebutuhan.” nasional. Di kebanyakan negara, pengeluaran konsumsi sekitar 60-75 persen dari pendapatan Teori Konsumsi John Maynard Keynes nasional. Alasan yang kedua, konsumsi rumah Dalam teorinya Keynes mengandalkan tangga mempunyai dampak dalam menentukan analisis statistik, dan juga membuatdugaan- fluktuasi kegiatan ekonomi dari satu waktu ke dugaan waktu lainnya. Atas dasar kondisi tersebut, introspeksi dan observasi casual. Pertamadan penelitian terpenting terhadap faktor-faktor yang tentang konsumsi Keynes berdasarkan menduga mempengaruhi konsumsi masyarakat menjadi kecenderungan penting untuk dilakukan. (marginal propensity to consume) jumlah yang Dari berbagai data yang telah dikemukakan dikonsumsi dalam setiap tambahanpendapatan diatas, menarik untuk membuat analisis tentang adalah antara nol dan satu. Kecenderungan pola mengkonsumsi marginal adalahkrusial bagi konsumsi dan faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi tersebut di 13 - Volume 2, No. 3, Agustus 2014 rekomendasi mengkonsumsi bahwa, kebijakan Keynes marginal untuk Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala menurunkan pengangguran yang kianmeluas. Teori Konsumsi Milton Friedman Teori dengan hipotesis pendapatan Kekuatan kebijakan fiskal untuk mempengaruhi oleh permanen dikemukakan oleh Milton Friedman. pengganda kebijakan fiskal muncul dari umpan Menurut teori ini pendapatan masyarakat dapat balik antara pendapatandan konsumsi. digolongkan menjadi 2 (dua) jenis yaitu perekonomian sepertiditunjukkan Kedua, Keynes menyatakan bahwa rasio pendapatan permanen (permanent income) dan konsumsi terhadap pendapatan, yang disebut pendapatan sementara (transitory income). kecenderungan Pengertian dari pendapatan permanen adalah mengkonsumsi rata-rata (avarage prospensity to consume), turunketika (Mangkoesoebroto, 1998) pendapatan naik. Ia percaya bahwa tabungan adalah kemewahan, sehingga iaberharap orang kaya menabung dalam proporsi yang lebih Teori Konsumsi Franco Modigliani Teori dengan hipotesis siklus hidup tinggi dari pendapatan merekaketimbang si dikemukaan oleh Franco Modigliani. Franco miskin. Modigliani menerangkan bahwa pola bahwa pengeluaran konsumsi masyarakat mendasarkan determinan kepada kenyataan bahwa pola penerimaan dan konsumsiyang penting dan tingkat bunga tidak pola pengeluaran konsumsi seseorang pada memiliki Keynes umumnya dipengaruhi oleh masa dalam siklus menyatakanbahwa pengaruh tingkat bunga hidupnya. Karena orang cenderung menerima terhadap teori. penghasilan/pendapatan yang rendah pada usia Kesimpulannya bahwa pengaruh jangka pendek muda, tinggi pada usia menengah dan rendah dari pada usia tua, maka rasio tabungan akan Ketiga, Keynes pendapatan berpendapat merupakan peranan konsumsi tingkat penting. hanya bunga sebatas terhadap pengeluaran individu daripendapatannya bersifat sekunder berfluktuasi sejalan dan relatif tidak penting. umur mereka dengan yaitu perkembangan orang muda akan fungsi mempunyai tabungan negatif (dissaving), orang konsumsi Keynes sering ditulis sebagai berikut: berumur menengah menabung dan membayar Berdasarkan tiga dugaan ini, C = a + bY, a > 0, 0 < b < 1 kembali pinjaman pada masa muda mereka, dan Keterangan: orang usia tua akan mengambil tabungan yang C = konsumsi dibuatnya di masa usia menengah. Y = pendapatan disposibel a = konstanta b = kecenderungan mengkonsumsi marginal (Mankiw, 2003) Teori Konsumsi James Dusenberry James Dusenberry mengemukakan bahwa pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Pendapatan Volume 2, No. 3, Agustus 2014 - 14 Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala berkurang, konsumen banyak mempengaruhi konsumsi di Provinsi Aceh dari konsumsi. tahun 1990 sampai tahun 2012. Data yang Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang digunakan adalah data sekunder dengan jenis inggi, terpaksa mengurangi besarnya tabungan. data runtun waktu Apabila pendapatan bertambah maka konsumsi sampai tahun 2012 yang bersumber dari Badan mereka Perencanaan mengurangi tidak pengeluaran juga akan akan untuk betambah, tetapi tahunan dari tahun 1990 dan Pembangunan Daerah bertambahnya tidak terlalu besar. Sedangkan (BAPPEDA) Provinsi Aceh, Badan Pusat tabungan dengan Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI) dan data pesatnya. Kenyataan ini terus kita jumpai pendukung lainnya yang diperoleh dari jurnal, sampai tingkat pendapatan tertinggi yang telah buku kita capai tercapai kembali. Sesudah puncak analisis data yang digunakan adalah statistik dari pendapatan sebelumnya telah dilalui, maka deskriptif tambahan banyak menggambarkan data tanpa bermaksud untuk menyebabkan bertambahnya pengeluaran untuk membuat kesimpulan yang berlaku (Sugiyono, konsumsi, 2008). akan bertambah pendapatan sedangkan besar akan di lain pihak bertambahnya tabungan tidak begitu cepat (Reksoprayitno, 2000). dan penelitian yang sebelumnya. Teknik digunakan untuk Berdasarkan teori konsumsi yang sudah diungkapkan adalah model regresi linear berganda (multiple regression) dan kerangka konseptual Teori Konsumsi Irving Fisher sebelumnya, penelitian ini Ekonom Irving Fisher mengembangkan menggunakan beberapa model pendekatan. model yang digunakan para ekonom untuk Model pertama yang digunakan sesuai dengan menganalisis model yang dikemukakan oleh Keynes : bagaimana konsumen yang berpandangan ke depan dan rasional membuat pilihan antar waktu yaitu, pilihan yang meliputi periode waktu yang berbeda. Model Fisher menghilangkan hambatan-hambatan yang dihadapi konsumen, preferensi yang mereka miliki dan bagaimana hambatan-hambatan serta preferensi pilihan ini bersama-sama mereka terhadap menentukan konsumsi dan tabungan. C = f(Y) Dimana C adalah konsumsi, Y adalah pendapatan disposabel. Selanjutnya dari model (1) dapat dituliskan persamaan linearnya menjadi : C =  + Y + ɛ, > 0, 0 << 1 C = f(Y, W, r, i) dimana  merupakan konstanta atau itersep, sedangkan  adalah kecenderungan konsumsi METODE PENELITIAN Penelitian ini memfokuskan masalah mengenai pola konsumsidan faktor-faktor yang 15 - Volume 2, No. 3, Agustus 2014 marginal atau koefisien pendapatan dan ɛ adalah error term. Untuk melihat pengaruh dari masing-masing Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala variabel yang diteliti terhadap konsumsi pada tersebut masyarakat sebanyak satu periode (ditunjukkan dengan t-1), Provinsi Aceh, penelitian ini menggunakan model : Dimana C = konsumsi; model mengandung tersebut selisih waktu disebut first (lag) order autoregressive process atau disebut AR(1). Y = pendapatan; Dalam model ini nilai C pada waktu t W = kekayaan; tergantung r = tingkat suku bunga dan sebelumnya ditambah dengan nilai residual. i = inflasi. Secara matematis dapat dituliskan bahwa nilai Persamaan (3) dapat ditulis dalam bentuk pada nilai C pada periode C pada waktu t tergantung proporsi nilai C (yaitu 1)pada waktu (t-1) ditambah residual linear : C = +1Y +2W +3r +4i +ɛ Dimana  = konstanta 1Y = koefisien regres pendapatan 2W = koefisien regres kekayaan; 3r = koefisien regres tingkat suku bunga dan pada waktu t. (Winarno, 2009) HASIL PEMBAHASAN Analisis Model Model yang akan dianalisis pada penelitian ini yaitu model regresi linear berganda. model regresi linear dipakai untuk menerangkan 4i = koefisien regres inflasi. hubungan antara konsumsi terhadap pendapatan i = Pangan dan non pangan per kapita, uang kuasi, suku bunga deposito, ɛ = error term dan inflasi. Pada sebuah penelitian runtut waktu (time series), yang diduga memiliki karakteristik tertentu, sehingga nilainya berfluktuasi ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa nilai pada saat ini dipengaruhi oleh pola-pola sebelumnya. Untuk melihat pengaruh konsumsi Model Regresi Linear Model regresi linear yang digunakan adalah: Cti = 0 + 1 𝑌 + 2 𝑊 + 3 𝑟 + 4 𝑖 + 5 (c-1)+i. Hasil analisis regresi linear ditampilkan di dalam Tabel 4.7 berikut. sebelumnya terhadap konsumsi pada saat Ct0, maka digunakan model analisis regresi linear berganda. Model persamaannya bisa ditulis : Cti 4 𝑖+5 (c-1)+i = 0 + 1 𝑌 + 2 𝑊 + 3 𝑟 + Variabel et adalah residual yang tidak berkorelasi dengan rata-rata nol dan varian 2 konstan (berarti white noise). Karena model Volume 2, No. 3, Agustus 2014 - 16 Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Tabel 4.7 Hasil Perhitungan untuk Model Regresi Linear Analisis Statistik Analisis statistik yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji koefisien determinasi (R2), uji t, dan uji F. Koefisien Determinasi, R2 Fungsi dari koefisien determinasi adalah untuk menentukan besarnya pengaruh variabelvariabel independen secara simultan terhadap Sumber: Perhitungan EViews, data diolah pada tahun 2013 Berdasarkan Tabel 4.7 di atas, model regresi linear dapat dinyatakan sebagai berikut: 𝐶̂𝑡 = 17,199.17 − 694.4862 𝑌 + 0.5242 𝑊 − 363.7505 𝑟 + 40.3652 𝑖 Dari Tabel 4.7 di atas, terlihat bahwa semua koefisien variabel independen signifikan pada level 5%, termasuk koefisien konstanta 𝑐. variabel dependen. Model regresi linear: berdasarkan Tabel 4.7, nilai R2 untuk model ini adalah 0.72375. Artinya, secara simultan, kemampuan variabelvariabel independen (Y, W, r, dan i) dalam menjelaskan varians dari variabel dependen Ct adalah sebesar 72.375%. Sedangkan 27.625% varians dari variabel dependen Ct dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model ini. Dari persamaan di atas, dapat dinyatakan bahwa:  setiap kenaikan pendapatan regional per kapita 𝑌𝑡 sebesar Rp 1 juta maka akan menurunkan konsumsi rumah tangga 𝐶𝑡 sebesar Rp 694.4862 miliar;  setiap kenaikan uang kuasi 𝑊𝑡 sebesar Rp 1 miliar maka akan meningkatkan konsumsi  𝐶𝑡 sebesar Rp 0.5242 miliar; setiap kenaikan suku bunga deposito 𝑟𝑡 sebesar Rp 1% maka akan menurunkan  konsumsi 𝐶𝑡 sebesar Rp 363.7505 miliar; setiap kenaikan inflasi 𝑖 Uji t dilakukan untuk menguji apakah suatu variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen secara parsial. Hipotesis yang dipakai: 𝐻0 : 𝛽𝑖 = 0 → variabel independen i tidak berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen. 𝐻1 : 𝛽𝑖 ≠ 0 → variabel independen i berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen. sebesar Rp 1% maka akan meningkatkan konsumsi 𝐶𝑡 sebesar Rp 40.3652 miliar. 17 - Uji t (Uji Parsial) Volume 2, No. 3, Agustus 2014 Tabel 4.8 berikut menunjukkan nilai kritis untuk menguji nilai t-statistik pada tingkat keyakinan 10%, 5%, dan 1%. Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Tabel 4.8 Nilai Kritis untuk Uji t (Uji Dua Arah) Model regresi linear: berdasarkan Tabel 4.7, F-statistik untuk model nilai ini adalah 11.78962>2.928 ( 𝛼 =5%). Dengan demikian, Sumber: Gujarati (2004) semua variabel independen (Y, W, r, dan i) Model regresi linear: berdasarkan Tabel 4.7, nilai absolut t-statistik dari semua koefisien secara simultan mempengaruhi variabel dependen Ct pada tingkat keyakinan 5%. variabel independen (Y, W, r, dan i) memiliki nilai lebih besar dari α_(5%)=2.080. Dengan demikian, setiap variabel independen secara Analisis Ekonometrik Analisis ekonometrik yang diterapkan pada parsial mempengaruhi variabel dependen Ct penelitian pada tingkat keyakinan 5%. heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Uji F (Uji Simultan) independen mencakup multikolinearitas, Uji Multikolinearitas Uji F dilakukan untuk menguji apakah semua variabel ini berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. Hipotesis yang dipakai adalah: Uji multikolineritas hanya dilakukan pada model regresi linear, namun tidak pada model autoregresif karena model autoregresif dalam penelitian ini hanya memakai satu variabel 𝐻0 : 𝛽𝑖 = 𝛽𝑗 =. . . . = 𝛽𝑧 = 0 independen. Uji multikolinearitas dilakukan variabel independen i, j, ..., z tidak berpengaruh dengan secara simultan terhadap variabel dependen. antarvariabel independen (Y, W, r, dan i), 𝐻0 : 𝛽𝑖 = 𝛽𝑗 =. . . . = 𝛽𝑧 ≠ 0 →variable cara khususnya melihat model regresi matriks linear. korelasi Matriks independen i, j, ..., z berpengaruh secara korelasi model regresi linear dapat dilihat pada simultan terhadap variabel dependen. Tabel 4.10 berikut. Tabel 4.9 berikut menunjukkan nilai kritis untuk menguji nilai F-statistik pada tingkat Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolinearitas keyakinan 10%, 5%, dan 1%. Mode l df df numerat denominat or or (k-1) (N-k) Regre (5-1) (23-5) si =4 = 18 Linear Sumber: Gujarati (2004) 10 % 𝛼 5% 1% 2.28 6 2.92 8 4.57 9 Sumber: Perhitungan EViews, data diolah pada tahun 2013 Dari Tabel 4.10 terlihat bahwa nilai koefisien korelasi antarvariabel tidak ada yang melampaui angka 0.8 sehingga Volume 2, No. 3, Agustus 2014 dapat - 18 Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala disimpulkan bahwa model regresi linear tidak (0.1) sehingga secara statistik hipotesis H0 tidak mengandung multikolinearitas. dapat ditolak. Artinya, model ini telah terbebas dari masalah autokorelasi. Uji Heteroskedastisitas Hipotesis dari uji heteroskedastisitas ini adalah: KESIMPULAN DAN SARAN H0: homoskedastis Hasil penelitian menyatakan bahwa variabel H1: heteroskedastis pendapatan, kekayaan (uang kuasi), suku bunga Uji heteroskedastisitas yang digunakan deposito dan inflasi mempunyai pengaruh adalah uji White tanpa cross-terms. Nilai signifikan terhadap konsumsi masyarakat di probability dari Obs*R-squared untuk model ini Aceh. adalah 0.7249 yang lebih besar dari 𝛼 sebesar terhadap 1% (0.01), 5% (0.05), dan 10% (0.1) sehingga pendapatan masyarakat merupakan faktor yang secara statistik hipotesis H0 tidak dapat ditolak. menentukan besarnya Artinya, model ini telah terbebas dari masalah konsumsi. Pemerintah heteroskedastisitas mengusahakan pertumbuhan ekonomi yang atau error-nya bersifat homoskedastis. Pendapatan nasional konsumsi berpengaruh masyarakat pengeluaran perlu Aceh, untuk terus cukup tinggi dengan menggerakkan sektorsektor produktif, memperluas lapangan kerja Uji Autokorelasi Hipotesis dari uji autokorelasi ini adalah: H0: tidak ada autokorelasi H1: ada autokorelasi dan menciptakan iklim usaha yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat yang pada akhirnya akan meningkatkan konsumsi masyarakat sebagai salah satu faktor penggerak Uji autokorelasi yang digunakan adalah uji LM (metode Breusch-Godfrey). Hasil dari uji ini dapat dilihat pada Tabel 4.12 di bawah ini. Tabel 4.11 Hasil Uji Autokorelasi Sumber: Perhitungan EViews, data diolah pada tahun 2013 Model regresi linear: berdasarkan Tabel 4.12, nilai probability dari Obs*R-squared untuk model ini adalah 0.1429 yang lebih besar dari 𝛼 sebesar 1% (0.01), 5% (0.05), dan 10% 19 - Volume 2, No. 3, Agustus 2014 perekonomian nasional. Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Provinsi Jawa Tengah Dengan Menggunakan Metode Regresi Linier Berganda. Jurnal. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik (BPS), Indikator Ekonomi, Berbagai Tahun Penerbitan. Badan Pusat Statistik (BPS), Statistik Tahunan, Berbagai Tahun Penerbitan. Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia Dalam Angka,Berbagai Tahun Penerbitan. Bank Indonesia, Kajian Ekonomi, Berbagai Edisi Tahun Penerbitan. Bank Indonesia, Laporan Perkembangan Perekonomian, Berbagai Tahun Penerbitan. Dumairy. 2004. Perekonomian Indonesia, Cetakan Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta. Gujarati, D. 1999. Essential of Econometrics, McGraw-Hill. Inc. SecondEdition, London. Kusuma. 2008. Menganalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Masyarakat di Indonesia Dengan Menggunakan Metode ECM (Error Corection Model). Jurnal. Pratiwi. 2010. Menganalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Masyarakat di Indonesia dengan Menggunakan Metode ECM (Error Corection Model). Jurnal. Rahardja, P., dan Manurung, M. 2001. Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,Jakarta. Reksoprayitno, S. 2000. Ekonomi Makro (Pengantar Analisis Pendapatan Nasional), Edisi Kelima, Cetakan Kedua, Liberty, Yogyakarta. Samuelson, P., dan Nordhaus, 1999. Mikro Ekonomi, Ed. XIV, Erlangga, Jakarta. Siregar. 2009. Menganalisis Determinan Konsumsi Masyarakat di Indonesia dengan Menggunakan Metode OLS (Ordinary Least Square). Jurnal. Mangkoesoebroto, G., dan Algifari. 1998. Teori Ekonomi Makro, STIE YPKN, Yogyakarta. Mankiw, N. Gregory. 2003. Teori Makro Ekonomi Terjemahan, PT. GramediaPustaka Utama, Jakarta. Marsidin.2002. Determinan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Berstatus Buruh/Karyawan Di Indonesia. Jurnal. Nacrowi dan Usman. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, LPFEUI, Jakarta. Nurhayati dan Rachman. 2003. Menganalisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fungsi Konsumsi Masyarakat Di Volume 2, No. 3, Agustus 2014 - 20