www.fgks.org   »   [go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu
Jurnal Berdaya Mandiri Vol. 1 No. 1 Tahun 2019 ISSN 2685-8398 E-ISSN: PENGUATAN LITERASI SOSIAL ANAK USIA DINI DI SATUAN PAUD SEJENIS (SPS) WORTEL DI BANTULKARANG, RINGINHARJO, BANTUL 1 Esti Setiawati1, Khikmah Novitasari2 Pendidikan IPS,2PAUDUniversitas PGRI Yogyakarta Jl. PGRI 1 No 117Yogyakarta 1 Email: esti@upy.ac.id 2 Email: khikmah@upy.ac.id ABSTRAK Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk membantu meningkatkan kemampuan literasi sosial anak usia dini di SPS “Wortel” Bantul Karang, Ringinharjo, Bantul. Pengabdian masyarakat ini dilaksanakan melalui beberapa metode kegiatan yaitu : 1) memberikan materi pola asuh anak usia dini kepada orangtua siswa dengan ceramah variatif melalui gambar dan power point, 2) memberikan penguatan literasi sosial melalui cerita dan gambar seri, 3) memberikan penguatan literasi sosial melalui bermain. Kegiatan pertama diikuti oleh orangtua siswa sebanyak 23 orang, 23 siswa, dan empat guru. Kegiatan kedua diikuti oleh 27 siswa dan empat guru. Kegiatan ketiga diikuti oleh 26 siswa dan empat guru.Kegiatan penguatan literasi sosial anak usia dini ini menghasilkan temuan sebagai berikut : 1) pemahaman orangtua siswa terkait pola asuh anak meningkat baik; 2) pemahaman literasi sosial anak meningkat melalui cerita dan gambar; dan 3) pemahaman literasi sosial anak meningkat melalui bermain. Kata Kunci: literasi, sosial, usia dini. ABSTRACT This community service aims to help improve the social literacy skills of early childhood at the SPS "Wortel" Bantul Karang, Ringinharjo, Bantul. Community service is carried out through several methods of activities, namely: 1) providing material for early childhood parenting to parents of students with varied lectures through pictures and power points, 2) providing strengthening social literacy through stories and drawings, 3) providing strengthening social literacy through play. The first activity was attended by parents of 23 people, 23 students, and four teachers. The second activity was attended by 27 students and four teachers. The third activity was attended by 26 students and four teachers. This strengthening of early childhood social literacy activities resulted in the following findings: 1) the understanding of parents of students regarding parenting improved well; 2) understanding of children's social literacy increases through stories and pictures; and 3) understanding of children's social literacy increases through playing. Keywords: literacy, social, early age. 35 PENDAHULUAN Pengembangan kemampuan literasi anak tidak terlepas dari persiapan pembelajaran menghadapi tantangan abad ke-21, yang semakinlama semakin membutuhkan kemampuan literasi di segala lini kehidupan. Pengertian literasi berkembang meliputi proses membaca, menulis, berbicara, mendengar, membayangkan, dan melihat (Kuder & Hasit, 2002). Pada proses membaca terjadi proses yang rumit yaitu proses kognitif, linguistik, dan aktivitas sosial. Pembaca harus secara aktif melibatkan pengalaman sebelumnya, proses berpikir, sikap, emosi dan minat untuk memahami bacaan (Snow, 2008). Kemampuan literasi awal anak merupakan pengetahuan dan keterampilan anak terkait membaca yang berkembang karena pengalamannya terpapar dengan buku dan media tulisan lainnya, sebelum anak mulai mendapat pengajaran membaca menulis secara formal di sekolah dasar (Slavin & Davis dalam Ruhaena, 2015: 174). Pengetahuan dan keterampilan inilah yang menjadikan anak siap dalam menghadapi jenjang pendidikan selanjutnya. Apabila sejak awal kemampuan dan keterampilan ini distimulasi dengan baik, maka akan mempermudah anak untuk menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Lebih dari sekedar memiliki kemampuan untuk membaca dan menulis, literasi adalah kemampuan anak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan untuk memahami dunia. Hal ini termasuk bahasa lisan dan tertulis yang memuat sistem-sistem tanda, seperti matematika, seni, suara, gambar, huruf braille, bahasa isyarat dan musik (NCCA, 2009:56). Literasi juga menerima teknologi informasi dalam melakukan komunikasi dan menerima teknologi-teknologi berbasis layar lain, yang representatif dan relevan dengan kebutuhan anak-anak, seperti: permainan elektronik, komputer, internet, televisi, dan lain sebagainya (NCCA, dalam Kennedy et al., 2012). Literasi mencakup berbagai semiotik dan keterampilan serta praktek yang dirancang untuk mendukung kapasitas anak dalam menggunakan bahasa pada berbagai konteks simbolik di masyarakat. Literasi juga meliputi pengembangan kapasitas untuk menavigasi pengalaman simbolik yang beberapa diantaranya disediakan melalui media sosial dan teknologi yang berkembang pesat (Kellner dalam Mishra, 2016: 124). Saat ini penggunaan istilah literasi mulai digunakan dalam arti yang lebih luas, namu tetap merujuk kepada kompetensi atau kemampuan dasar literasi, yaitu kemampuan dasar membaca dan menulis. Beberapa istilah yang ada seperti literasi informasi, literasi komputer, literasi sosial dan lain sebagainya. Hal yang terpenting dari literasi adalah seseorang harus bebas dari buta aksara (bisa baca-tulis) agar mampu memahami semua 36 Jurnal Berdaya Mandiri Vol. 1 No. 1 Tahun 2019 ISSN 2685-8398 E-ISSN: konsep fungsionalnya. Seseorang dikatakan memiliki kemampuan literasi apabila telah memperoleh kemampuan dasar keterampilan bahasa, yaitu membaca dan menulis. Salah satu langkah untuk memperoleh kemampuan literasi adalah melalui pendidikan. Literasi sosial adalah kemampuan seseorang untuk berinteraksi, memelihara, dan membangun hubungan dengan orang lain. Dalam literasi ini melibatkankemampuan mengetahui dan mengekspresikan emosi sendiri dengan sukses. Literasi sosial juga disebut kecerdasan sosial atau literasi emosional. Ini mengacu pada teori pembelajaran yang terletak yang melihat pembelajaran terjadi dalam hubungan sehari-hari antara orang-orang di lingkungan mereka, apakah ini adalah ruang kuliah formal, tempat kerja atau kelompok medis swadaya. Ini menarik lanskap yang lebih besar daripada melihat literasi sebagai seperangkat keterampilan terpisah, dan berkaitan dengan perbedaan, keragaman dan keragaman lokal serta dengan prinsip-prinsip universal (Hamilton, 2006). Kecerdasan sosial berarti pemerolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntunan sosial. Kecerdasan sosial kanak-kanak merupakan satu proses perkembangan yang membolehkan kanak-kanak berinteraksi dengan orang lain mengikut cara yang boleh diterima oleh sesuatu masyarakat serta budaya. Kecerdasan sosial ini melibatkan proses sosialisasi yang membolehkan kanak-kanak mempelajari tingkah laku sosial atau melakukan penyesuaian sosial dalam sesuatu persekitaran atau lingkungan sosial. Hurlock (1978:250) mengutarakan bahwa kecerdasan sosial dalam hal ini literasi sosial merupakan perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Kemampuan literasi sangat penting untuk dikuasai oleh setiap anak, remaja dan orang dewasa. Hal ini merupakan keterampilan hidup esensial yang memungkinkan mereka untuk mengatasi tantangan yang akan mereka hadapi dalam kehidupan, dan merupakan langkah penting dalam pendidikan dasar yang sangat diperlukan untuk partisipasi efektif dalam masyarakat dan ekonomi abad ke-21.Resolusi tersebut juga merangkul dimensi sosial, yang mengakui bahwa menciptakan lingkungan dan masyarakat yang sadar akan pentingnya literasi sangat penting untuk mencapai tujuan memberantas kemiskinan, mengurangi angka kematian anak, mengekang pertumbuhan populasi, mencapai kesetaraan gender dan memastikan pembangunan berkelanjutan, perdamaian dan demokrasi. Literasi sosial juga dapat diartikan sebagai seperangkat keterampilan fungsional yang membantu orang untuk memenuhi tuntutan yang diberikan masyarakat, terutama dalam hal pekerjaan. Literasi sosial juga berfungsi dalam menunjukkan adab, yang memungkinkan 37 orang untuk mengakses budaya sastra dari warisan budaya mereka. Selain itu, literasi sosial juga dapat diartikan sebagai sarana emansipasi yang memungkinkan orang untuk mengendalikan hidup mereka, menantang ketidakadilan dan menjadi warga negara yang otonom dan berpartisipasi dalam demokrasi. Literasi sosial dipandang sebagai praktik, sehingga tidak perlu mencari satu definisi literasi yang sebenarnya. Hal yang perlu dicari adalah tujuan dari literasi sosial tersebut, sehinggaakan memunculkan berbagai penyediaan pendidikan literasi, cara berpikir yang berbeda tentang pengajaran dan pembelajaran dan tujuan yang berbeda untuk program dan kebijakan (Hamilton, 2006).Oleh karena itu, perspektif literasi sebagai bagian dari praktik sosial yang ada tidak hanya berbicara kepada siswa tentang sejarah pribadi mereka, tetapi juga mendorong peserta didik untuk mengeksplorasi secara kolektif konteks sosial yang lebih luas di mana literasi digunakan. Pada tahap prasekolah ini perlu adanya pengembangan keterampilan sosial anak. Keterampilan sosial adalah perilaku yang meningkatkan interaksi positif dengan orang lain dan lingkungan. Anak yang menunjukkan keterampilan sosial dipersepsikan dalam cara yang positif oleh masyarakat dan karena itu diperlukan dengan cara yang lebih positif, sehingga anak mengalami interaksi yang lebih memuaskan dan lebih bahagia daripada rekan-rekan mereka yang kurang berhasil (Kostelnik,dkk. 1999). Karena pentingnya keterampilan sosial anak, maka anak perlu belajar dan praktek keterampilan sosial. Penelitian menunjukkan bahwa anak yang mampu dalam keterampilan sosial mempengaruhi akademik mereka sebaik perilaku sosialnya (Alexander & Entwisle, dalam Kostelnik,dkk, 1999). Guru perlu memberikan pembelajaran mengenai keterampilan sosial yang baik pada anak. Keterampilan sosial tersebut dapat berupa:menunjukkan empati, berpartisipasi di kegiatan kelompok, kemurahan hati, menolong, berkomunikasi dengan orang lain, bernegosiasi, pemecahan masalah. NCCS (National Council for the Social Studies) menyatakan bahwa mengajarkan dan belajar studi sosial yang kuat saat itu haruslah berarti, intergratif, berbasis nilai, menantang, dan aktif (Brewer, 2007).Maksud pernyataan tersebut adalah guru menunjukan konten yang layak dipelajari, digunakan di dalam maupun luar sekolah dan tepat di jangka kecil maupun luas. Integratif maksudnya guru menunjukkan berbagai konten menggunakan berbagai sumber dan kegiatan. Berbasis nilai maksudnya guru menunjukkan topik termasuk isu etika dan kontroversi terutama bagaimana mereka berhubungan dengan apa yang dianggap umum dalam masyarakat. Menantang maksudnya guru mendorong anak 38 Jurnal Berdaya Mandiri Vol. 1 No. 1 Tahun 2019 ISSN 2685-8398 E-ISSN: untuk diikut sertakan dalam “komunitas belajar” dimana beepartisipasi secara tegas tetapi bertanggungjawab danproduktif. Aktif maksudnya anak secara aktif membangun pemahaman baru mereka melalui menghubungkan itu terhadap apa yang telah mereka pahami mengenai topik, dan mereka berpartisipasi pada aktivitas dengan pasti dan bertujuan. Sedangkan tiga area sosial anak yang signifikan dalam studi sosial menurut (Katz&McClellan, dalam Brewer, 2007) yaitu :. 1) membantu anak berpartisipasi dengan tepat dalam diskusi. Guru sebaiknya membantu individu anak untuk lebih sabar dengan teman sebaya mereka dan menilai apa yang mungkin menarik teman sebaya mereka melalui membuat saran yang spesifik atau melalui pertunjukkan wayang. 2) membantu anak untuk bernegosiasi dan kompromi. Guru sebaiknya menggunakan model bahasa dan instruksi langsung pada kemampuan ini., dan 3) membantu anak menegaskan keinginan mereka sendiri dengan baik. Guru seharusnya menggunakan bahasa yang tepat. Kegiatan penguatan literasi sosial anak usia dini di SPS Wortel di Bantulkarang, Ringinharjo, Bantul ini bertujuan untuk menambah pemahaman orangtua terkait pola asuh anak yang baik, serta memberikan pemahaman literasi sosial anak yang dapat ditingkatkan melalui cerita dan gambar dan melalui bermain.Selain itu, program ini juga berguna bagi guru untuk menambah pengetahuan mengenai literasi social anak usia dini. Berkaitan dengan penjelasan diatas dan berdasarkan hasil wawancara awal dengan kepala sekolah dan guru di SPS “Wortel” , kemampuan literasi sosial anak masih sangat minim, anak banyak yang tidak peduli dengan teman, cenderung egois dan rewel, serta kerjasama dalam kelompok yang masih sulit. Terkait dengan kondisi tersebut, pengabdi berpartisipasi meningkatkan kemampuan literasi sosial anak melalui kegiatan penguatan literasi sosial melalui media gambar, cerita, dan permainan. METODE PELAKSANAAN Metode pelaksanaan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah metode ceramah bervariasi, tanya jawab, permainan, dan kerja kelompok. Adapun kegiatan penguatan literasi sosial anak usia dini, dilaksanakan sebagai berikut: 1) Paparan materi pola asuh anak usia dini kepada orangtua/wali siswa melalui ceramah variatif, 2) Paparan pola asuh anak usia dini melalui media gambar dan power point, 3) Paparan peningkatan literasi sosial anak melalui cerita dengan media gambar berseri, 4) Paparan peningkatan literasi sosial anak usia dini melalui permainan kerjasama, 39 5) Paparan peningkatan literasi sosial anak usia dini melalui cerita bergambar dan menjaring ikan, 6) Paparan peningkatan literasi sosial anak usia dini melalui kerja kelompok untuk bekerjasama menjaring ikan, 7) Diskusi,tanya jawab dan umpan balik pelaksanaan pengabdian masyarakat dengan kepala sekolah dan guru di setiap akhir kegiatan. Tema utamadalam kegiatan ini adalah penguatan literasi sosial anak usia dini di Satuan PAUD Sejenis (SPS) Wortel, Bantulkarang, Ringinharjo, Bantul.Pelaksana kegiatan ini adalah dosen Program Studi Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Pascasarjana Universitas PGRI Yogyakarta berjumlah satu orang dan dosen Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini berjumlah satu dosen, yang bekerjasama dengan SPS Wortel, Bantulkarang, Ringinharjo, Bantul. Kegiatan penguatan literasi soaial anak usia dinidilaksanakan tiga kali dalam waktu kurang lebih satu bulan yaitu tanggal 11 Maret 2019, 18 Maret 2019, dan tanggal 25 Maret 2019, yang dibagi dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah penyajian materi pola asuh anak usia dini, dengan mengundang orangtua/wali murid untuk menjelaskan seputar pola pengasuhan anak usia dini kaitannya dengan peningkatan kemampuan literasi sosial anak. Kegiatan ini dilanjutkan dengan tanya jawab, brainstorming, diskusi kelompok, dan umpan balik hasil diskusi. Kegiatan ini sekaligus dilaksanakan klinik perkembangan literasi sosial dari masing-masing anak. Kegiatan tahap keduaadalah penguatan literasi sosial anak usia dini melalui cerita tentang kehidupan hewan untuk membangkitkan kemampuan literasi sosial yang sekaligus imajinasi anak tentang dunia sekelilingnya dengan menirukan suara binatang sekaligus memberi penguatan nilai-nilai kerjasama. Kegiatan tahap kedua ini didukung dengan gambar hewan secara seri/berurutan. Kegiatan tahap ketiga adalah penguatan literasi sosial anak usia dini melalui kegiatan bermain. Penguatan literasi sosial anak usia dini ini dengan metode bermain“Menjaring Ikan”. Permainan ini mendidik anak-anak untuk bekerja sama dengan baik, dan mau bermain dengan siapa saja tanpa pandang bulu. Dengan demikian literasi sosial anak diharapkan semakin kuat dan berkembang baik. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil kegiatan tahap pertama 40 Jurnal Berdaya Mandiri Vol. 1 No. 1 Tahun 2019 ISSN 2685-8398 E-ISSN: Hari, tanggal : Senin, 11 Maret 2019 Tempat : PAUD Wortel Waktu : 08.00 – selesai Kegiatan : Penguatan literasi sosial melalui ceramah “Pola asuh anak” Media : Gambar dan power point Pola asuh anak merupakan hal yang sangat urgen untuk menumbuhkan kemampuan literasi sosial pada anak usia dini. Hal ini didukung dengan beberapa temuan hasil penelitian yang terdapat hubungan beberapa model pola asuh anak dengan kemampuan anak berliterasi sosial. Pola asuh yang menghargai anak akan lebih akomodatif dan berhasil dengan baik untuk berliterasi sosial, bila dibandingkan dengan anak yang mendapat pola asuh otoriter. Kegiatan pertama ini memberikan penguatan literasi sosial anak melalui ceramah interaktif tentang pola asuh anak dengan bantuan media gambar dan power point. Selama berlangsungnya kegiatan tahap pertama ini, para orangtua siswa ada yang gelisah dan selalu bertanya tentang perkembangan fisik motorik anaknya, sementara yang lain berdiskusi dengan sebelahnya. Kegiatan berlangsung khikmad, banyak orangtua bertanya dan memberikan umpan balik materi pola asuh anak yang disajikan. 2. Hasil kegiatan tahap kedua Hari, tanggal : Senin, 18 Maret 2019 Tempat : PAUD Wortel Waktu : 08.00-selesai Kegiatan : Penguatan Literasi Sosial Anak Usia Dini dengan Bercerita Media : Gambar Seri Literasi sosial merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk dikuatkan pada anak usia dini. Hal ini disebabkan literasi sosial yang baik akan membawa anak-anak menjadi pribadi yang berkarakter baik dan mampu memberikan manfaat kepada sesamanya. Dengan literasi sosial yang baik, anak-anak memiliki kemampuan untuk bergaul dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Penguatan literasi sosial kepada anak memerlukan strategi dan metode yang tepat. Mengingat usia dini merupakan usia bermain dan masih egosentris. Tingkat konsentrasi anak untuk mendengarkan nasehat dari guru dan orangtua pun masih 41 terbatas. Oleh sebab itu, guru dan orangtua sebaiknya mencari metode yang disukai anak untuk menguatkan literasi sosialnya. Salah satu metode pembelajaran pada anak usia dini yang efektif adalah metode bercerita. Bercerita merupakan salah satu kegiatan yang sangat disukai anak usia dini. Terlebih cerita yang dibawakan guru atau orangtua adalah cerita yang dekat dengan kehidupan anak-anak. Anak-anak dapat berimajinasi secara bebas mengenai cerita yang di dengarnya itu. Melalui bercerita, anak memiliki kesempatan untuk menumbuhkan kemampuan merangkai hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa dan memberikan peluang bagi anak untuk belajar menelaah kejadian- kejadian disekelilingnya. Atas dasar alasan di atas, tim pengabdian melakukan penguatan literasi sosial anak usia dini di hari ke 2 dengan metode bercerita. Teknik yang digunakan adalah bercerita dengan media gambar seri. Tujuan bercerita dengan gambar seri ini adalah untuk membantu imajinasi anak dalam memahami isi cerita. Fungsi cerita dengan gambar seri bagi anak yaitu lebih menarik untuk didengarkan dan diperhatikan. Sedangkan bagi guru, terasa lebih ringan dalam menyampaikan cerita karena terbantu oleh gambar seri yang digunakan. Kegiatan bercerita untuk penguatan literasi sosial anak usia dini di SPS Wortel dilakukan menyesuaikan dengan jadwal di lembaga tersebut, berikut merupakan rincian kegiatan di SPS Wortel pada hari Senin, 18 Maret 2019: Tabel 1. Deskripsi Kegiatan Penguatan Literasi Sosial Anak dengan Bercerita Waktu 07.00-08.00 WIB 08.00-08.30 WIB 08.30-09.00 WIB 09.00-09.30 WIB 09.30-10.00 WIB 10.00-10.30 WIB 10.30-11.00 WIB Kegiatan Penyambutan Siswa Doa dan Ikrar Keterangan Guru menyambut siswa yang datang Anak-anak berdoa dan mengucap ikrar dipimpin oleh guru Aktivitas Fisik Melompat Penguatan literasi sosial anak Tim pengabdian menyiapkan anak-anak usia dini dengan kegiatan untuk mendengarkan cerita bercerita dengan lagu dan tepuk, dilanjutkan dengan bercerita dengan media gambar seri. Istirahat Makan bersama dan bermain bebas Berkarya membuat topi piknik Guru dan anak membuat topi piknik menggunakan kardus bekas Recalling dan doa pulang Menyimpulkan kegiatan pada hari tersebut dan membaca doa pulang. 42 Jurnal Berdaya Mandiri Vol. 1 No. 1 Tahun 2019 ISSN 2685-8398 E-ISSN: Cerita yang dibawakan oleh tim pengabdian adalah cerita berjudul “Singa dan Tikus” dengan tokoh berjumlah 2 binatang (1 Singa dan 1 Tikus), dan durasi cerita selama 3 menit. Hal ini dilakukan mengingat peserta didik di SPS Wortel rata-rata berusia 2-4 tahun. Anak-anak di bawah 5 tahun hanya bisa berkonsentrasi mendengarkan cerita selama tidak lebih dari 5 menit. Selain itu, jumlah tokoh dalam cerita untuk anak usia dibawah 5 tahun idealnya adalah 2-3 tokoh, agar mudah diingat oleh anak (Soehendro, 2011). Cerita ini mengisahkan seekor singa dan tikus yang saling membantu dan menolong sesama. Harapannya, setelah mendengar dan memperhatikan cerita tersebut, anak-anak lebih termotivasi untuk senantiasa menolong dan peduli dengan teman-teman di lingkungan sosialnya. Berikut ini adalah gambar seri beserta ceritanya. Gambar 1 Disebuah hutan hiduplah seekor tikus kecil yang penakut. Tikus itu selalu takut dengan apapun yang mengagetkannya. Gambar 2 Tikus selalu bersembunyi di dalam lubang sebuah pohon. Ketika teman-temannya ingin bermain bersama tikus, tikus tidak mau keluar dari lubang pohon. Melihat hal itu, teman-temannya mengolok-olok tikus. “hahaha.. hahaha... penakut sekali dia”, ”dasar penakut!!”. Tikus sedih teman-temannya mengolok-oloknya. 43 Gambar 3 Pada suatu hari tikus mencari makan di hutan. Tanpa sengaja, ia bertemu dengan seekor singa besar yang sedang tidur siang. Karena suara tikus yang sangat berisik ketika mencari makan, singa itupun terbangun. Singapun marah dan mengaum “hrrrrrrr”. Tikus pun ketakutan. “tolong jangan makan aku singa, aku takut. Suatu hari nanti aku akan menolongmu”. Melihat tikus yang sangat gemetar, singapun tidak memakan tikus itu. Gambar 4 Pada saat singa lapar, ia mencari makan dihutan dengan terburu-buru. Karena terburu-buru, singa tidak hati-hati dan tidak sengaja menginjak jebakan yang dipasang oleh pemburu. Singapun terperangkap di jaring pemburu. Melihat kejadian itu, teman-teman singa menjadi khawatir, namun tidak berani untuk mendekati singa. Saat itu, hanya tikus yang berani mendekati singa. Ketika itu, tikus memutuskan untuk menolong singa. Tikus menggigit jaring pemburu dengan tekun. Gambar 5 Akhirnya jaring pemburu berhasil terbuka dan singa terbebas. Singa dan tikus kemudian berlari dengan cepat menjauhi perangkap pemburu itu. Gambar 6 Setelah sampai di depan gua singa, singa berterimakasih kepada tikus. “terimakasih tikus, ternyata kau betul-betul menolongku”. “samasama tuan Raja, aku sangat senang bisa menolongmu karena aku menyayangimu” kata tikus.”sekarang kamu tidak perlu takut lagi, karena kamu adalah seekor tikus yang pemberani” kata singa. Sejak saat itu,, singa dan tikus menjadi teman yang baik dan saling menyayangi. Gambar 1. Gambar Seri dan Cerita “Singa & Tikus” Anak-anak mengikuti alur cerita hingga akhir. Mereka mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait cerita yang telah dibacakan oleh tim pengabdi dengan tepat, misalnya: “siapa yang bersahabat dalam cerita ini?”, “apa yang dilakukan tikus ketika singa membutuhkan pertolongan?”. Dari jawaban-jawaban anak, dapat diketahui bahwa anak sudah menerima informasi baru mengenai persahabatan yang baik, dan hal tersebut berhubungan dengan penguatan literasi sosial anak. Kegiatan bercerita yang telah dilaksanakan oleh tim pengabdi memiliki manfaat untuk mengasah imajinasi anak , mengembangkan kemampuan berbahasa, aspek sosial, aspek moral, kesadaran beragama, aspek emosi, semangat berpresentasi dan melatih konsentrasi anak. Cerita yang disajikan sudah telah disesuaikan dengan kondisi anak di SPS Wortel; baik jumlah, usia, dan fasilitas yang tersedia. Ketertarikan anak terhadap cerita membuktikan bahwa anak senang dan menikmati 44 Jurnal Berdaya Mandiri Vol. 1 No. 1 Tahun 2019 ISSN 2685-8398 E-ISSN: cerita yang disajikan oleh tim pengabdi. Kemampuan anak dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait ceritapun menjadi bukti bahwa mereka telah menerima informasi baru mengenai literasi sosial anak. 3. Hasil kegiatan tahap ketiga Hari, tanggal : Senin, 25 Maret 2019 Tempat : PAUD Wortel, Bantul Karang, Kab. Bantul Waktu : 08.00-selesai Kegiatan : Penguatan Literasi Sosial Anak Usia Dini dengan Bermain Penguatan literasi sosial pada anak usia dini memerlukan metode dan teknik yang tepat. Pendidikan harus selaras dengan perkembangan jiwa anak. Orangtua dan guru harus mampu mengenali bahwa anak-anak memiliki perbedaan di setiap tahap usia. Bermain merupakan cara untuk melatih anak memusatkan perhatiannya karena ketika anak sedang eksplorasi bermain, anak mencapai konsentrasi tingkat tinggi. Selain itu, bermain mampu menciptakan kegiatan belajar yang efektif karena menciptakan rasa senang dan tanpa tekanan. Oleh karena itu, penguatan literasi sosial pada anak usia ini sebaiknya juga dilakukan dengan cara bermain, mengingat masa usia dini merupakan masa bermain. Atas dasar alasan di atas, tim pengabdian melakukan penguatan literasi sosial anak usia dini di hari ke 3 dengan metode bermain. Permainan yang digunakan adalah “Menjaring Ikan”. Permainan ini menuntut anak-anak untuk bekerja sama dengan baik, dan mau bermain dengan siapa saja. Dengan demikian literasi sosial anak diharapkan semakin kuat dan berkembang baik. Kegiatan bermain untuk penguatan literasi sosial anak usia dini di SPS Wortel dilakukan dengan menyesuaikan jadwal kegiatan di SPS Wortel pada hari Senin, 25 Maret 2019: Tabel 2. Deskripsi Kegiatan Penguatan Literasi Sosial Anak dengan Bermain Waktu 07.00-08.00 WIB Kegiatan PenyambutanSiswa 08.00-08.30 WIB Doa dan Ikrar 08.30-09.00 WIB Aktivitas Fisik 09.00-09.30 WIB Penguatan literasi 45 Keterangan Guru menyambut siswa yang datang Anak-anak berdoa dan mengucap ikrar dipimpin oleh guru Bergelantungan dengan tangan Tim pengabdian sosial anak usia dini dengan kegiatan bermain “Menjaring Ikan”. menyiapkan anakanak untuk bermain dengan lagu dan tepuk, dilanjutkan dengan bermain Menjaring Ikan. Permainan yang dibawakan oleh tim pengabdi adalah permainan “Menjaring Ikan”. Bagi anak, belajar adalah bermain, bermain adalah belajar. Anak lebih suka suasana bebas tanpa ada tekanan, berinteraksi dengan teman, dan bermain. Untuk melaksanakan permaianan ini, tim pengabdi mengajak 2 sampai 3 anak bergandengan tangan dan berperan sebagai jala ikan. Di sisi lain, anak-anak berperan sebagai ikan yang harus ditangkap oleh anak-anak yang berperan sebagai jala ikan. Anak-anak yang berperan sebagai ikan, mereka bebas untuk berlarian di lapangan dengan ditentukan batas maksimal keluarnya.Anak-anak secara otomatis akan menjalankan perannya masing-masing, dimana yang berperan sebagai jaring ikan akan berusaha untuk menangkap ikan, sedangkan anak-anak yang berperan sebagai ikan akan berusaha untuk menghindari tangkapan anak-anak yang berperan sebagai jaring. Permainan ini akan berakhir kalau sudah tidak ada ikan yang perlu di tangkap lagi oleh anak-anak yang berperan sebagai jaring. Anak-anak pada umumnya sangat menikmati perminan dan akan terus melakukannya dimanapun mereka memiliki kesempatan. Hal itulah yang menyebabkan metode bermain sangat efektif untuk menguatkan literasi sosial anak usia dini. Permainan yang tepat dilakukan untuk anak usia dibawah 5 tahun adalah permainan kelompok yang tidak memerlukan alat atau media. Salah satu permainan itu adalah permainan “Menjaring Ikan”. Dengan bermain menjala ikan, anak-anak berusaha untuk menangkap ikan sebanyak-banyaknya dengan bergandengan tangan dengan teman yang lainnya. Artinya, anak tidak bisa memilih teman dalam bermain, anak bermain dengan siapa saja dan saling bekerja sama. KESIMPULAN 1. Pemahaman orangtua siswa terkait pola asuh anak meningkat baik. Orangtua mengetahui pola asuh yang tepat bagi anak Pola asuh demokratis yang menghargai anak akan lebih akomodatif dan berhasil dengan baik untuk berliterasi sosial, bila dibandingkan dengan anak yang mendapat pola asuh otoriter. Penguatan literasi sosial anak ini diberikan kepada orangtua melalui ceramah interaktif berbantuan 46 Jurnal Berdaya Mandiri Vol. 1 No. 1 Tahun 2019 ISSN 2685-8398 E-ISSN: media gambar dan power point, agar lebih mudah dipahami makna dan substansi isi dari materi tersebut 2. Pemahaman literasi sosial anak meningkat melalui cerita dan gambar. Kegiatan bercerita yang telah dilaksanakan oleh tim pengabdi memiliki manfaat untuk mengasah imajinasi anak , mengembangkan kemampuan berbahasa, aspek sosial, aspek moral, kesadaran beragama, aspek emosi, semangat berpresentasi dan melatih konsentrasi anak. Cerita yang disajikan sudah telah disesuaikan dengan kondisi anak di SPS Wortel; baik jumlah, usia, dan fasilitas yang tersedia. Ketertarikan anak terhadap cerita membuktikan bahwa anak senang dan menikmati cerita yang disajikan oleh tim pengabdi. Kemampuan anak dalam menjawab pertanyaanpertanyaan terkait ceritapun menjadi bukti bahwa mereka telah menerima informasi baru mengenai literasi sosial anak. 3. Pemahaman literasi sosial anak meningkat melalui bermain.Anak-anak pada umumnya sangat menikmati permainan dan akan terus melakukannya dimanapun mereka memiliki kesempatan. Hal itulah yang menyebabkan metode bermain sangat efektif untuk menguatkan literasi sosial anak usia dini. Permainan yang tepat dilakukan untuk anak usia dibawah 5 tahun adalah permainan kelompok yang tidak memerlukan alat atau media. Salah satu permainan itu adalah permainan “Menjaring Ikan”. Dengan bermain menjala ikan, anak-anak berusaha untuk menangkap ikan sebanyak-banyaknya dengan bergandengan tangan dengan teman yang lainnya. Artinya, anak tidak bisa memilih teman dalam bermain, anak bermain dengan siapa saja dan saling bekerja sama. REKOMENDASI Hasil pengabdian masyarakat ini direkomendasikan kepada para orangtua dan guru PAUD agar lebih memperhatikan pola asuh anak usia dini dan perkembangan literasi sosial untuk menuju optimalisasi kompetensi secara komprehensif. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada yang terhormat: 1. Rektor Universitas PGRI Yogyakarta beserta jajarannya, yang telah memberikan kesempatan kepada pengabdi untuk berkarya dalam rangka pengembangan diri, 47 2. Kepala LPPM Universitas PGRI Yogyakarta beserta jajarannya, yang telah memberi kesempatan dan membantu pengabdi dalam melaksanakan tugas pengabdian di masyarakat, 3. Direktur PPs Universitas PGRI Yogyakarta dan Ketua Program Studi yang telah memberi motivasi kepada pengabdi untuk melaksanakan tugas pengabdian kepada masyarakat, 4. Kepala sekolah dan para guru SPS “Wortel” di Bantulkarang, Ringinharjo, Bantul, atas kesempatan dan kemudahan yang diberikan selama pengabdi melaksanakan tugas pengabdian kepada masyarakat, 5. Pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, atas segala bantuan dan dorongannya dalam melaksanakan tugas pengabdian kepada masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Brewer, Jo Ann. (2007). Early Childhood Education. USA: PEARSON. Hamilton, M. and Hillier, Y. (2006) Changing Faces of Adult Literacy, Language and Numeracy. A Critical History. Stoke on Trent: Trentham Books. Hurlock, Elizabeth. (1978). Perkembangan Anak. Jakarta. Erlangga. Kontelnik, dkk. (1999). Developmentally Appropriate Curriculum. New Jersey. PrenticeHall Inc. Kuder, S. J. & Cindi H. (2002). Enhanching Literacy For All Students. USA: Pearson Education Inc. Mishra, A.T. (2016). Literacy of the other: The inner life of literacy. Journal of Early Childhood Literacy, 15(1) 119–140. Diunduh pada tanggal 23 Desember 2018 dari http://ecl.sagepub.com/content/15/1/119.full.pdf+html National Council for Curriculum and Assessment (NCCA) (2009). Aistear: the Early Childhood Curriculum Framework. Dublin: Author. Ruhaena, L. (2015). Model Multisensori: Solusi Stimulasi Literasi Anak Prasekolah. Jurnal Psikologi. 42 (1), 47 – 60. Snow, C.S. (2008). What counts as Literacy in Early Childhood? Hand book of Early Childhood Development. Singapore: C.O.S Printers. 48