MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN
“ KONSEP DASAR, TUJUAN & PARADIGMA PENELITIAN “
Mata Kuliah : Metodologi Penelitian
Dosen Pengampu : Dr. Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si., CIQnR.
Disusun Oleh :
SRI ANDINI
( C1C020066 )
PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI
DAFTAR ISI
BAB I .................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN............................................................................................................... 3
1.1
Latar Belakang ................................................................................................... 3
1.2
Pokok Pembahasan ............................................................................................. 3
1.3
Tujuan ................................................................................................................. 3
BAB II ................................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 4
2.1
Konsep Dasar Penelitian ..................................................................................... 4
A.
Pengertian Penelitian .......................................................................................... 4
B.
Metode Ilmiah ..................................................................................................... 4
C.
Proses Berpikir ................................................................................................... 6
2.2
Tujuan Penelitian................................................................................................ 7
2.3
Paradigma Penelitian .......................................................................................... 7
A.
Pengertian Paradigma Penelitian ....................................................................... 7
B.
Pentingnya Paradigma Penelitian ...................................................................... 9
C.
Jenis-jenis Paradigma Penelitian ....................................................................... 9
BAB III ............................................................................................................................. 13
PENUTUP ........................................................................................................................ 13
3.1
Kesimpulan ....................................................................................................... 13
DAFTAR PUSAKA .......................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam memahami konsep dasar penelitian kita terlebih dahulu harus
mengetahui apa yang dimaksud dengan penelitian, jadi penelitian itu merupakan
suatu proses pengumpulan, pencatatan, dan analisis data yang sistematis untuk
pengambilan kesimpulan yang objektif. Atau bisa dikatakan penelitian juga
merupakan suatu proses atau riset untuk mencari atau memperoleh fakta atau prinsip
dengan cara mengumpulkan dan menganalisis data (informasi) yang dilaksanakan
dengan jelas, teliti, sistematis, dan dapat dipertanggungjawabkan. Dimana untuk
melakukan penelitian tersebut diperlukannya Paradigma penelitian yang biasanya
digunakan sebagai alat analisis.
Maka dari itu diperlukannya paradigma pada sebuah penelitian yang
dilakukan dengan tujuan untuk menjawab suatu permasalahan penelitian dengan
menggunakan analisis dan juga data tertentu yang mana dengan penelitian tersebut,
akan diketahui seberapa jauh konsep, pertanyaan, teori, dan lain sebagainya di dalam
penelitian. Oleh sebab itu tujuan ditulisnya makalah ini adalah untuk lebih
menjelaskan mengenai konsep dasar, tujuan serta paradigma sebuah penelitian agar
dapat membantu pembaca dalam memahami materi tersebut.
1.2
Pokok Pembahasan
1. Jelaskan konsep dasar dalam penelitian ?
2. Apakah tujuan dari penelitian ?
3. Apakah yang dimaksud dengan paradigm penelitian ?
1.3
Tujuan
1. Dapat menjelaskan mengenai konsep dasar penelitian
2. Dapat menjelaskan tujuan dilakukannya penelitian
3. Dapat menjelaskan terkait paradigm dalam sebuah penelitian
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Penelitian
A. Pengertian Penelitian
Ada beberapa definisi atau pengertian penelitian yang telah dikemukan oleh beberapa
ahli, antara lain:
Penelitian adalah investigasi yang sistematis, terkontrol, empiris dan kritis dari
suatu proposisi hipotesis mengenai hubungan tertentu antar fenomena (Kerlinger,
1986: 17-18).Penelitian adalah refleksi dari keinginan untuk mengetahui sesuatu
berupa fakta-fakta atau fenomena alam. Perhatian atau pengamatan awal
terhadap fakta atau fenomena merupakan awal dari kegiatan penelitian yang
menimbulkan suatu pertanyaan atau masalah (Indriantoro & Supomo, 1999: 16).
Penelitian pada dasarnya merupakan penelitian yang sistematis dengan tujuan
untuk memperoleh pengetahuan yang bemanfaat untuk menjawab pertanyaan
atau memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari (Indriantoro & Supomo,
1999: 16).
Penelitian bisnis adalah suatu proses sistematis dan obyektif yang meliputi
pengumpulan, analisis data untuk membantu pengambilan keputusan bisnis
(Zikmund, 2000: 5).
Suatu penelitian sistematis yang memberikan informasi untuk menuntun
keputusan bisnis (Cooper & Emory, 1995: 11).
Suatu upaya sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki suatu masalah yang
muncul dan dunia kerja yang memerlukan solusi (Sekaran, 2000: 3).
Suatu investigasi yang sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis mengenai suatu
fenomena yang menjadi perhatian pengambilan keputusan manajerial (Davis &
Cosenza, 1993: 9).
Berdasarkan beberapa definisi penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
penelitian merupakan suatu proses pengumpulan, pencatatan, dan analisis data yang
sistematis untuk pengambilan kesimpulan yang objektif.
B. Metode Ilmiah
Definisi-definisi penelitian yang diungkapkan di atas menunjukkan penelitian yang
menggunakan metode penelitian ilmiah (scientific research method). Secara umum
suatu penelitian dapat dilakukan dengan metode penelitian ilmiah dan metode
penelitian naturalis (naturalistic research method). Penelitian yang menggunakan
metode naturalis sejalan dengan grounded theory atau metode ini sering juga disebut
dengan pendekatan kualitatif.
Metode ilmiah merupakan prosedur atau cara-cara tertentu yang digunakan untuk
memperoleh pengetahuan yang disebut dengan ilmu atau pengetahuan ilmiah
(Senn,1971:4-6). Epistemologi (filsafat pengetahuan) merupakan suatu cara untuk
memperoleh pengetahuan dalam kajian filsafat. Dengan demikian, metode ilmiah
merupakan epistemologi ilmu yang mengkaji sumber-sumber untuk memperoleh
kajian yang benar.
Metode penelitian ilmiah berfokus pada metode yang kokoh untuk mengidentifikasi
permasalahan, mengumpulkan data, menganalisis data dan menarik kesimpulan yang
valid. Penelitian ilmiah bersifat lebih obyektif karena tidak berdasarkan pada
perasaan, pengalaman dan intuisi peneliti semata yang bersifat subyektif. Penelitian
ilmiah melibatkan theory construction dan theory verification. Kontruksi teori
merupakan suatu proses untuk membentuk struktur dan kerangka teori yang akan
digunakan untuk mengembangkan suatu hipotesis yang relevan dengan struktur
teorinya. Selanjutnya dengan menggunakan fakta, maka hipotesis tersebut diuji secara
empiris.
Meskipun tidak ada konsensus tentang urutan dalam metode penelitian sebagai
metode ilmiah, metode ilmiah umumnya memiliki beberapa karakteristik umum
sebagai berikut (Davis & Cosenza, 1993: 37; Sekaran, 1992, 2003):
Kritis dan analitis: mendorong suatu kepastian dan proses penelitian untuk
mengidentifikasi masalah dan metode untuk mendapatkan solusinya.
Logis: merujuk pada metode dari argumentasi ilmiah. Kesimpulan rasional
diturunkan dari bukti yang ada.
Testabiity: penelitian ilmiah harus dapat menguji hipotesis dengan pengujian
statistik yang menggunakan data yang dikumpulkan.
Obyektif: hasil yang diperoleh ilmuwan yang lain akan sama apabila studi yang
sama dilakukan pada kondisi yang sama. Hasil penelitian dikatakan ilmiah
apabila dapat dibuktikan kebenarannya.
Konseptual dan Teoretis: ilmu pengetahuan mengandung arti pengembangan
suatu struktur konsep dan teoretis untuk menuntun dan mengarahkan upaya
penelitian.
Empiris: metode ini pada prinsipnya berstandar pada realitas.
Sistematis: mengandung arti suatu prosedur yang cermat.
Suatu penelitian dikatakan penelitian ilmiah yang baik jika memenuhi kriteria
berikut (Sekaran, 1992, 2003); Indriantoro & Supomo, 1999: 14-15).
Menyatakan tujuan secara jelas.
Rigor (kokoh): penelitian ilmiah menunjukkan proses penelitian yang dilakukan
secara hati-hati (prudent) dengan keakurasian yang tinggi. Basis teori dan
rancangan penelitian yang baik akan menambah kekokohan dari penelitian
ilmiah.
Menggunakan landasan teoretis dan metode pengujian data yang relevan.
Mengembangkan hipotesis yang dapat diuji dari telaah teoretis atau berdasarkan
pengungkapan data.
Mempunyai kemampuan untuk diuji ulang (replikasi).
Memilih data dengan presisi sehingga hasilnya dapat dipercaya.
Tidak ada penelitian yang sempurna dan ketepatannya tergantung pada keyakinan
peneliti yang dapat diterima umum. Kesalahan pengukuran data dapat menyebabkan
ketepatan penelitian menurun. Desain penelitian harus dilakukan dengan baik
sehingga hasil penelitian dapat dekat dengan kenyataannya (precision) dengan
tingkat probabilitas keyakinan (confidence) yang tinggi. Menarik kesimpulan
dilakukan secara obyektif. Hasil penelitian ilmiah akan memberikan hasil dan
konklusi yang obyektif jika tidak dipengaruhi oleh faktor subyektif peneliti.
Melaporkan hasilnya secara parsimony (simpel), yaitu penelitian ilmiah mempunyai
kemudahan di dalam menjelaskan hasil penelitiannya. Temuan penelitian dapat
digeneralisasi. Hasil penelitian ilmiah mampu untuk diuji ulang dengan hasil yang
konsisten dengan waktu, obyek, dan situasi yang berbeda.
C. Proses Berpikir
Penelitian digambarkan sebagai suatu kegiatan untuk menyelesaikan suatu teka-teki.
Bagi seorang peneliti, teka-teki merupakan masalah-masalah yang dapat diatasi atau
diselesaikan melalui penalaran. Setiap saat kita melakukan penalaran dengan tingkat
keberhasilan yang berbeda dan mengkomunikasikan pengertian itu dalam bahasa
sehari-hari, atau dalam kasus-kasus khusus, dalam bentuk logis dan simbolis.
Penyampaian pengertian itu melalui dua cara yaitu eksposisi atau argumentasi.
Eksposisi terdiri dari pernyataan-pernyataan deskriptif yang sekadarnya saja dan
mempunyai alasan-alasan. Argumentasi memungkinkan kita untuk menjelaskan,
mengartikan, membela, menantang, dan menjajaki pengertian yang disampaikan.
Hasil penelitian harus dijelaskan dengan argumen yang dapat diterima. Ada dua jenis
bentuk argumen yang sangat penting dalam penelitian yaitu deduksi (deduction) dan
induksi (induction).
2.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan apa yang ingin dicapai oleh peneliti dalam
melakukan penelitiannya. Tujuan dari penelitian tidak sama dengan tujuan peneliti.
Sering dijumpai di beberapa tesis atau disertasi bahwa tujuan penelitian adalah
sebagai salah satu syarat lulus pendidikan S1 maupun S2. Tujuan tersebut bukan
merupakan tujuan penelitian tetapi merupakan tujuan peneliti untuk mendapatkan
gelar studinya yang disyaratkan untuk melakukan penelitian tersebut.
Dari beberapa pengertian penelitian yang telah diungkapkan sebelumnya maka dapat
diambil kesimpulan bahwa penelitian tersebut mempunyai beberapa tujuan
diantaranya:
Meningkatkan atau mengembangkan pengetahuan (Buckley dkk). Dalam
penelitian bisnis misalnya, tujuan ini merupakan tujuan yang bersifat jangka
panjang karena umumnya tidak terkait secara langsung dengan pemecahan
masalah-masalah praktis.
Menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.
Menangkap opportunity atau peluang. Misalnya suatu penelitian dengan isu
peningkatan moral karyawan untuk peningkatan kinerja mereka.
Memverifikasi fenomena yang terjadi dengan suatu teori yang telah ada.
Misalnya suatu penelitian dengan isu penggunaan ekuitas yang lebih besar
dibandingkan hutang untuk mengurangi konflik kepentingan antara pemegang
saham dan kreditur (menguji teori keagenan yang telah ada).
Melakukan pengujian terhadap suatu fenomena untuk menemukan suatu teori
yang baru. Misalnya suatu penelitian dengan isu kepemilikan manajerial yang
akan memperkuat hubungan antara peluang tumbuh perusahaan dengan
kebijakan pendanaan perusahaan (untuk menemukan teori).
2.3 Paradigma Penelitian
A. Pengertian Paradigma Penelitian
Setelah memahami pengertian dari penelitian, maka didapat kesimpulan
bahwa pengertian dari penelitian merupakan suatu proses atau riset untuk mencari
atau memperoleh fakta atau prinsip dengan cara mengumpulkan dan menganalisis
data (informasi) yang dilaksanakan dengan jelas, teliti, sistematis, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Selain itu, paradigma penelitian juga dapat diartikan sebagai kerangka berpikir
seseorang yang digunakan oleh peneliti dalam melihat atau memandang mengenai
realita atau suatu fakta tentang permasalahan dan juga teori atau ilmu pengetahuan
yang bersangkutan. Secara umum, paradigma penelitian merupakan seperangkat
konsep yang berhubungan satu sama lain secara logis dan membentuk sebuah
kerangka pemikiran yang berfungsi untuk memahami, menafsirkan, dan menjelaskan
kenyataan dan/atau masalah yang dihadapi. Pemahaman konsep paradigma tersebut
relevan untuk pengembangan penelitian dan ilmu pengetahuan. Selain itu, paradigma
juga dapat diartikan sebagai pandangan dasar mengenai pokok bahasan ilmu yang
mana paradigma ini mendefinisikan dan juga membantu menemukan sesuatu yang
harus diteliti dan juga dikaji.
Paradigma kemudian juga digunakan untuk mencari pertanyaan yang harus
dimunculkan, cara merumuskan pertanyaan, dan aturan-aturan yang harus diikuti
dalam menginterpretasikan jawaban. Sehingga dapat diartikan bahwa paradigma
penelitian adalah bagian dari kesepakatan atau consensus yang paling luas dalam
dunia ilmiah yang berfungsi membedakan satu komunitas ilmiah tertentu dan dengan
lainnya. Paradigma penelitian ini berkaitan dengan pendefinisian, metode, teori,
hubungan antara model, serta adanya instrumen yang tercakup di dalamnya dan
menjadi dasar untuk memberikan pedoman bagi seluruh proses penelitian.
Oleh sebab itu, diperlukannya paradigma pada sebuah penelitian yang dilakukan
dengan tujuan adalah untuk menjawab suatu permasalahan penelitian dengan
menggunakan analisis dan juga data tertentu yang mana dengan penelitian tersebut,
akan diketahui seberapa jauh konsep, pertanyaan, teori, dan lain sebagainya di dalam
penelitian. Paradigma penelitian biasanya digunakan sebagai alat analisis yang
memiliki manfaat untuk dapat memahami tingkat hubungan antar suatu ajaran dengan
perilaku masyarakat yang beragam.
Para ahli juga mengungkapkan berbagai pengertian mengenai paradigma penelitian
Berikut adalah beberapa pendapat ahli mengenai paradigma penelitian.
1. Kuhn (1962)
Kuhn menjelaskan bahwa paradigma penelitian adalah seperangkat keyakinan
dan persetujuan bersama antara ilmuwan satu dengan yang lainnya mengenai
bagaimana sebuah masalah harus ditangani dan juga dipahami.
2. Guba dan Lincoln (2988)
Guba dan Lincoln berpendapat bahwa paradigma penelitian merupakan sebagai
cara peneliti untuk dapat memahami permasalahan tertentu dengan kriteria untuk
dapat menguji guna ditemukannya penyelesaian masalah.
Paradigma penelitian memiliki beberapa terminolog filosofis yaitu epistemolohgi,
ontologi, metodologi, dan anti aksiologis. Berikut penjelasan singkatnya.
Epistemologi, merupakan bagaimana sesuatu itu bisa diketahui
Ontologi, merupakan apa yang ingin kita ketahui dan biasanya hubungannya
dengan realitas.
Aksiologi, artinya menjelaskan mengenai sebuah nilai dasar penelitian.
Metodologi, adalah bagaimana seorang ilmuwan mencari tahu.
B. Pentingnya Paradigma Penelitian
Setelah memahami pengertian dari paradigma penelitian tadi, Anda tentu sudah
memahami mengapa paradigma penelitian ini penting dan bermanfaat untuk
dilakukan. Hal ini mengacu pada fungsi paradigma penelitian yang mana digunakan
untuk menentukan pendekatan yang sesuai dengan yang akan digunakan dalam
melakukan penelitian atas sebuah permasalahan.
Ketika Anda sebagai peneliti melakukan sebuah penelitian atau penyelidikan terhadap
suatu masalah, maka akan muncul sebuah paradigma peneliti yang berupa jenis-jenis
paradigma yang kemudian di dalam paradigma tersebut akan memunculkan berbagai
pendekatan dan metodologi penelitian yang dapat digunakan sebagai acuan atau alat
bantu bagi peneliti untuk dilakukan penelitian.
Dengan adanya paradigma penelitian tersebut, maka akan memunculkan jenis
pendekatan dan metodologi penelitian yang sesuai dan kemudian digunakan sebagai
acuan atau sebagai alat bagi para peneliti untuk melakukan penelitian.
Adanya epistemologi dan ontologi bisa dipandang secara holistik atau menyeluruh
mengenai bagaimana sebuah pengetahuan dipandang dan sebagaimana sebuah
pengetahuan dipandang dan juga bagaimana peneliti bisa melihat diri sendiri dalam
hubungannya dengan pengetahuan dan strategi metodologis yang akan digunakan
untuk mengungkap penelitian.
Dan dengan adanya kesadaran mengenai asumsi filosofis, peneliti bisa langsung
meningkatkan kualitas penelitian dan bisa berkontribusi pada perkembangan sebuah
penelitian.
C. Jenis-jenis Paradigma Penelitian
1. Paradigma Penelitian Kuantitatif
Paradigma penelitian kuantitatif merupakan paradigma yang dilandasi dari filsafat
positivisme yang tidak mengakui adanya unsur teologi dan metafisik. Jenis
paradigma ini meyakini bahwa ilmu pengetahuan merupakan satu-satunya
pengetahuan yang valid, yang mana pengetahuan didapat dari pengalaman yang
sudah dilalui. Akan tetapi meskipun dimulai dari suatu pengalaman, penelitian tetap
berlangsung berdasarkan fakta yang ada dan fakta yang terjadi. Selain fakta,
penelitian juga bisa dilandasi berdasarkan asumsi dengan melihat fakta dan peristiwa
yang berlangsung. Sehingga paradigma ini menggunakan asumsi bagi peneliti yang
dibangun dari fakta yang diperoleh dari berbagai proses berpikir mengenai berbagai
fenomena atau kejadian tertentu. Paradigma penelitian kuantitatif ini memiliki
pandangan bahwa sumber ilmu salah satunya berasal dari pemikiran rasional data
empiris. Dasar tersebut dilandasi dari kesesuaian dengan teori terdahulu atau yang
biasanya disebut sebagai koherensi yang mana dari prosesnya diawali suatu asumsi
atau yang disebut sebagai hipotesis dan dilanjutkan dengan verifikasi untuk
mendapatkan teori baru. Paradigma kuantitatif ini beranggapan bahwa suatu
peristiwa terdapat variabel di dalamnya dan variabel tersebut dapat berubah
tergantung bagaimana kondisi dan juga situasi yang terjadi, sehingga biasanya
variabel yang digunakan hanya berkaitan dengan tujuan penelitian yang dilakukan.
2. Paradigma Penelitian Kualitatif
Selain paradigma penelitian kuantitatif, jenis paradigma penelitian yang selanjutnya
adalah paradigma penelitian kualitatif. Paradigma penelitian kualitatif menganut
model humanistik yang mana menjadikan manusia sebagai subjek penelitian di dalam
fenomena atau suatu peristiwa yang akan diteliti. Di dalam paradigma penelitian
kualitatif ini, manusia akan menentukan perilaku dirinya sendiri dan juga bagaimana
peristiwa sosial yang terjadi di sekitarnya dengan menganut filsafat fenomenologis
milik Edmund Husserl yang dikembangkan di dalam dunia sosiologi oleh Max Weber
dan menjadi landasan dari paradigma ini. Paradigma ini memiliki pandangan yang
didasari oleh pemikiran atau doktrin yang dimiliki individu tersebut, sehingga tidak
hanya dipandang secara tunggal, namun di dalamnya terdapat aspek, unsur, dan hal
lain yang membentuk perilaku. Sehingga secara mudah, peneliti dapat menyebut
paradigma penelitian ini sebagai alasan mengenai apa saja yang menggerakkan
manusia untuk bertindak, baik hal tersebut disadari atau tidak disadari oleh individu
tersebut, karena pada dasarnya paradigma ini mempercayai hal bahwa manusia
memiliki kontrol untuk menentukan perilaku dirinya sendiri.
Selain menekankan pada manusia, paradigma kualitatif menilai bahwa peristiwa atau
fenomena harus dilihat secara menyeluruh, sehingga tidak hanya cukup dengan
melihat peristiwa itu sendiri tanpa melihat adanya alasan atau penyebab kejadian.
Ketika ingin melihat peristiwa dengan penyebabnya, maka paradigma penelitian
kualitatif ini menjadi pilihan yang tepat. Berbeda dengan paradigma penelitian
kuantitatif, paradigma penelitian kualitatif ini tidak terbatas pada pengujian hipotesis
dengan menggunakan teori sebelumnya, melainkan menemukan teori baru mengenai
teori yang ada dengan sistematis sehingga paradigma ini mengakui berbagai fakta
empiris sebagai sumber pengetahuan, tetapi tidak digunakan untuk melakukan
verifikasi. Hal ini karena dalam paradigma penelitian kualitatif mencoba menggali
berbagai faktor di balik fenomena dan juga proses penelitian yang berlangsung
dianggap lebih penting jika hanya dibandingkan dengan penelitian yang didapatkan.
3. Positivisme
Jenis paradigma penelitian selanjutnya adalah paradigma penelitian positivisme.
Paradigma penelitian positivisme merupakan paradigma yang didasari pada hukum
dan juga prosedur baku dan tunggal di mana ilmu pengetahuan tersebut dianggap
deduktif dan juga di dalam penelitian tersebut melibatkan berbagai variabel di
dalamnya. Paradigma penelitian positivisme ini juga menjadi cikal-bakal paradigma
penelitian kuantitatif. Paradigma penelitian positivisme ini percaya bahwa kebenaran
tunggal dari sebuah kejadian atau pandangan berdasarkan realitas dapat diukur
dengan adanya metode yang terpercaya dan juga valid. Paradigma penelitian
positivisme ini menggunakan pendekatan berdasarkan pendekatan kuantitatif.
4. Konstruktivisme
Paradigma penelitian selanjutnya merupakan paradigma penelitian konstruktivisme
yang merupakan kebalikan dari paradigma penelitian positivisme. Paradigma
penelitian konstruktivisme ini memandang bahwa ilmu pengetahuan atau kebenaran
itu memiliki sifat relatif. Sehingga di dalam penelitian ini, realitas tidak harus
ditafsirkan dan setiap penafsiran tentu berbeda-beda. Sehingga di dalamnya tidak
hanya tunggal, namun juga bisa berubah tergantung bagaimana interpretasi terhadap
setiap individu atau suatu kelompok yang mana biasanya paradigma ini digunakan di
dalam penelitian kualitatif.
5. Pragmatisme
Paradigma penelitian yang kelima adalah paradigma penelitian pragmatisme.
Paradigma penelitian pragmatisme ini merupakan paradigma yang menilai bahwa
suatu fakta atau suatu realitas dari fenomena tidak selalu tetap. Artinya, fakta atau
realitas bisa berubah setiap saat. Perubahan tersebut dapat terjadi dan berubah karena
realitas masih dan akan terus dapat dinegosiasi atau ditawar, karena pada dasarnya
paradigma penelitian pragmatisme ini merupakan gabungan dari paradigma
positivisme dan juga paradigma konstruktivisme. Paradigma penelitian pragmatisme
ini pada dasarnya percaya bahwa suatu kenyataan atau realitas bisa diperdebatkan dan
juga diinterpretasikan. Hal ini karena cara tersebut merupakan cara terbaik yang dapat
digunakan di dalam penelitian merupakan jalan menemukan solusi dari setiap
masalah yang datang. Di dalam paradigma penelitian kuantitatif ini, pendekatan yang
digunakan merupakan pendekatan perpaduan dari kuantitatif dan kualitatif.
6. Subjektivitas
Selanjutnya, paradigma penelitian lainnya merupakan paradigma penelitian
subjektivitas. Paradigma penelitian subjektivitas ini memiliki fokus utama yaitu
pandangan dari peneliti itu sendiri. Di dalam paradigma penelitian subjektivitas
mempercayai bahwa pandangan dan juga interpretasi peneliti merupakan faktor
penting di dalam suatu penelitian. Interpretasi peneliti di dalam paradigma penelitian
subjektivitas ini memandang suatu peristiwa atau kejadian dianggap sebagai suatu
kenyataan. Sehingga subjektivitas ini berpendapat bahwa pengetahuan adalah suatu
perkara sudut pandang yang menggunakan pendekatan arkeologis, dekonstruktif, dan
analisis wacana.
7. Paradigma Kritis
Jenis paradigma penelitian yang terakhir adalah paradigma penelitian kritis.
Paradigma penelitian kritis ini meyakini bahwa suatu realitas yang terjadi merupakan
hasil dari sistem yang sudah dikonstruksi. Artinya, sebuah peristiwa atau fenomena
yang terjadi sudah melalui kontrol oleh pihak maupun kelompok yang berkuasa.
Sehingga penelitian tersebut memang tidak berjalan secara alami atau suatu
kebetulan, akan tetapi memang sudah dirancang dengan sedemikian rupa agar dapat
membentuk realitas tersebut. Paradigma penelitian kritis ini mempercayai bahwa
suatu kenyataan merupakan wujud yang dikonstruksikan sehingga senantiasa di
bawah hubungan kuasa yang berkelanjutan. Biasanya, paradigma penelitian kritis ini
menggunakan cara kritik ideologi, etnografi kritis, dan juga analisis wacana.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah diatas dapat kita simpulkan bahwa dalam melakukan
sebuah penelitian atau penyelidikan terhadap suatu masalah untuk mencari atau
memperoleh fakta dengan cara mengumpulkan dan menganalisis data (informasi)
yang dilaksanakan dengan jelas, teliti, sistematis, dan dapat dipertanggungjawabkan,
maka akan muncul sebuah paradigma peneliti yang berupa jenis-jenis paradigma
yang kemudian di dalam paradigma tersebut akan memunculkan berbagai pendekatan
dan metodologi penelitian yang dapat digunakan sebagai acuan atau alat bantu bagi
peneliti untuk dilakukan penelitian.
DAFTAR PUSAKA
Tipsserbaserbi.2014.pengertian-metode-tujuan dan paradigm.Blog.diakses dari :
https://tipsserbaserbi.blogspot.com/2014/10/pengertian-metode-tujuan-danparadigma.html
Penerbitdeepublish.2022.paradigma penelitian.Blog.diakses dari :
https://penerbitdeepublish.blogspot.com/paradigma-penelitian