P-ISSN 2252-8865
E-ISSN 2598-4217
Vol. 9, No. 3 - Oktober, 2020
Tersedia Online:
htpp://jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id
CENDEKIA UTAMA
Jurnal Keperawatan dan
Kesehatan Masyarakat
STIKES Cendekia Utama Kudus
IMPLEMENTASI PENINGKATAN KOGNITIF LANSIA MELALUI
MEMORY TRAINING
Icca Narayani Pramudaningsih1, Ambarwati2
1,2
Akademi Keperawatan Krida Husada
Email: iccanarayani14@gmail.com
ABSTRAK
Implementasi untuk meningkatkan fungsi kognitif (memori) lansia dengan memberikan tindakan
keperawatan untuk mencapai hasil kesehatan dan peningkatan kualitas hidup lansia. Tindakan yang
dilakukan dengan memory training. Memory training merupakan implementasi dalam meningkatkan
kemampuan memory dengan teknik mnemonic, Tehnik Mnemonic ini membantu kinerja dari memory
(ingatan) yang dapat dioptimalkan dengan latihan. Materi yang digunakan di dalam memory training
yaitu tentang orietasi waktu dan menghafal 9 kata dengan cepat (re call). Desain pada penelitian ini
Quasy Experimental dengan rancangan Pretest Post test Control Group Design. Instrumen nya
digunakan dalam pre test dan post test dengan MiniCog dan clock drawing test (CDT), Sedangkan
intervensi dalam memory Training dengan menggunakan instrumen mnemonic. Sampel dalam
penelitian ini 30 lansia yang usia 60 tahun atau lebih, mampu berkomunikasi dengan baik, lansia yang
tidak mengalami gangguan aktivitas dan bersedia menjadi responden, yang di bagi 2 kelompok, 15
lansia kelompok intervensi dan 15 lansia kelompok kontrol. Analisa efektivitas peningkatan kognitif
lansia melalui memory training dengan uji statistik Wilcoxon signed ranks test dengan program SPSS
25.0 dengan tingkat kemaknaan p ≤ 0,05. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan nilai Recall Test pada
kelompok intervensi p value 0.001 atau p≤0.05 yang berarti H1 diterima yaitu terdapat perbedaan
sebelum dan sesudah diberikan Tindakan memory training. Penilaian Clock Drawinng test pada
kelompok intervensi dengan nilai p value 0.003 atau p≤0.05 yang berarti H1 diterima yaitu adanya
perbedaan sebelum dan sesudah diberikannya Tindakan memory training.
Kata Kunci: Kognitif, Lansia, Memory training.
ABSTRACT
Implementation for increase cognitive function ( memory ) elderly by giving the act of nursing to achieve
a result health and wellbeing of elderly .The act of performed with memory training .Memory training
is the implementation improve the ability to technique mnemonic memory , technique mnemonic it helps
the performance of memory ( memory ) that can be optimized by the exercise. Matter used in memory
training which was about orietasi time and memorization 9 said quickly (re call). A design on this
research quasy experimental, pretest post test control group design . An instrument his used in pre test
and post test with minicog and clock drawing test ( CDT ) , while intervening in memory training with
use of the instruments mnemonic .Sample in this research 30 elderly whose age 60 years or more, able
to communicate well, elderly did not experience disorder activity and willing to become respondents,
who in for 2 groups, 15 elderly group intervention and 15 elderly the control group. Effectiveness
cognitive analysis increase elderly through training memory with statistical tests wilcoxon test the SPSS
25.0 with the p≤0.05.The shows the wilcoxon recall test in the value or on p intervention 0.001 p≤0.05
233
meaning h1 received the differences before and after given the act of memory training Clock assessment
drawinng test in the intervention the value or on p 0.003 p≤0.05 meaning H1 received the differences
in her memory before and after the act of training.
Keywords: Cognitif, elderly, Memory training
234
LATAR BELAKANG
Lanjut Usia adalah tahapan tumbuh kembang yang berlangsung secara terus menerus
yang dimulai sejak lahir (Triwibowo, H. dan Puspitasari, K., 2018). Lansia sekarang menjadi
perhatian masalah global karena semakin bertambahnya jumlah populasi lansia di dunia.
jumlah lansia diperkirakan mencapai angka 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan
diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar (US Cencus Bureau. 2018).
Pertambahan jumlah lansia di Indonesia dalam kurun waktu tahun 1990 sampai 2025, tergolong
tercepat di dunia (US Cencus Bureau, 2018). Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan
bahwa penduduk lansia pada tahun 2000 berjumlah 14,4 juta jiwa (7,18%). Pada tahun 2010
diperkirakan menjadi 23,9 juta jiwa (9,77%) dan pada tahun 2020 akan berjumlah 28,8
juta jiwa (11,34%) (Badan Pusat Statistik, 2010).
Akibat populasi usia lanjut yang meningkat maka akan terjadi transisi epidemiologi
yaitu bergesernya pola penyakit dari penyakit infeksi dan gangguan gizi menjadi penyakitpenyakit degeneratif, diabetes, hipertensi, neoplasma, dan penyakit jantung koroner (Ogawa,
Masayo, et al. 2018). Konsekuensi dari peningkatan warga usia lanjut adalah meningkatnya
jumlah pasien lansia dengan kerakteristiknya yang berbeda dengan warga pada usia yang
berbeda (Ogawa, Masayo, et al. 2018). . Penyakit degenertif lansia terdiri dari beberapa
jenisnya, salah satu yang banyak terjadi adalah kerusakan pada saraf otak yang biasa disebut
dengan penurunan kognitif. Penurunan kognitif pada lansia apabila tidak ditangani akan
memyebabkan penurunan ingatan pada lansia (Abraham, C & Shanley, E 1997). Hal ini sesuai
dengan teori kemunduran yang menyatakan dengan bertambahnya usia, daya ingat akan
mengalami penurunan. Perubahan neuron dan sinaps otak sebagai pembentukan ingatan juga
mengalami penurunan seiring bertambahnya usia (Solso, RL, Maclin, OH & Maclin, MK,
2008). Akibat lainnya yaitu informasi yang tidak cepat dipindahkan ke ingatan jangka pendek
akan menghilang (Solso, RL, Maclin, OH & Maclin, MK, 2008). Akibat dari penurunan fungsi
kognitif maka akan berdampak pada kehidupan lansia sehari-hari. Menurut penelitian yang
dilakukan kepada penderita demensia dan penderita demensia dengan penyakit diabetes,
didapatkan hasil bahwa dampak gangguan kognitif demensia bagi kehidupan mereka adalah
kurangnya kepercayaan diri, malu, dan khawatir dengan perubahan peran dimana penderita
tidak bisa mandiri dan masih butuh bantuan orang lain untuk melakukan aktivitas seharihari (Santoso et al, 2018). Untuk itu, perlu dilakukan upaya untuk mempertahankan fungsi
kognitif pada lansia. Upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan fungsi kognitif
yaitu dengan cara meningkatkan aktivitas yang bisa menstimulasi otak (Santoso et al,
2018). . Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Turana (2014) tentang hubungan antara
kemampuan kognitif dan aktivitas santai (bermain catur, atau kartu) (Turana,2014). Ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi memori diantaranya ialah jenis kelamin, usia,
latihan rutin fisik dan memori, stres dan depresi, kondisi fisik, dan kondisi lingkungan.
Suatu penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara usia dan penurunan fungsi
kognitif yakni terjadinya penurunan 16% pada kelompok umur 65-69, 21% pada 70-74, 30%
pada 75-79, dan 44% pada 80 tahun (Santoso et al, 2018). .
Implementasi untuk meningkatkan fungsi kognitif (memori) lansia dengan memberikan
tindakan keperawatan untuk mencapai hasil kesehatan dan peningkatan kualitas hidup lansia.
Tindakan yang dilakukan melalui tindakan farmakologi dan non farmakologi yaitu dengan
memory training. Memory training merupakan implementasi dalam meningkatkan kemampuan
memory dengan teknik mnemonic. Tehnik Mnemonic yaitu suatu tehnik yang dipelajari yang
mempunyai tujuan dalam membantu kinerja dari memory (ingatan) yang dapat dioptimalkan
dengan latihan. Materi yang dapat digunakan didalam memory training yaitu tentang orietasi
waktu dan menghafal 9 kata dengan cepat (re call) (Acevedo, A, Loewenstein, D, A.2007).
Tindakan non farmakologi ini
berupa latihan atau permainan yang prosedurnya
membutuhkan konsentrasi atau atensi, orientasi (tempat, waktu, dan situasi) dan memori.
235
Manfaat adanya program stimulasi otak ini tidak hanya menurunkan proses kemunduran
otak lansia tetapi juga menjadikan lansia mampu berperan aktif dan produktif dalam
menjalankan aktivitasnya. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik mengambil judul
penelitian “Implementasi Peningkatan kognitif Lansia melalui Memory Training”:
METODE PENELITIAN
Desain pada penelitian adalah Quasy Experimental dengan rancangan Pretest Post
test Control Group Design, jenis penelitian yang bertujuan untuk menentukan pengaruh dari
suatu tindakan pada kelompok subjek yang mendapat perlakuan, kemudian dibandingkan
dengan kelompok subjek yang tidak mendapat perlakuan (Sugiyono. 2010). Instrumen nya
digunakan dalam pre test dan post test dengan MiniCog dan clock drawing test (CDT).
Sedangkan intervensi dalam memory Training dengan menggunakan instrumen mnemonic.
Sampel dalam penelitian ini adalah yang memenuhi karakteristik inklusi yaitu lansia usia 60
tahun atau lebih, mampu berkomunikasi dengan baik, lansia yang tidak mengalami gangguan
aktivitas dan bersedia menjadi responden. total sampel penelitian yang memenuhi kriteria 30
lansia. Kemudian dari Lansia tersebut dibagi menjadi dua kelompok yaitu 15 sebagai
kelompok eksperimen dan 15 responden sebagai kelompok kontrol. Analisa data numerik, data
yang telah selesai dikumpulkan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan grafik. Untuk
data numerik ini digunakan nilai mean, median, modus, standard deviasi dan inter quartil range
(minimal dan maksimal) dari tiap variabel. Analisa bivariat dalam penelitian ini digunakan
untuk menganalisa efektivitas peningkatan kognitif lansia melalui memory training.
Selanjutnya data tersebut diolah dan diuji dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon signed
ranks test dengan program SPSS 25.0 dengan tingkat kemaknaan p ≤ 0,05 (Dahlan, Muhamad
Sopiyudin, 2011).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Subyek dalam penelitian ini adalah lansia yang berada di RPSLU Margo Mukti
Rembang. Berdasarkan hasil penelitian diketahui beberapa karakteristik responden penelitian
ini, antara lain karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, dan Pendidikan.
1.
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Usia Kelompok Intervensi
Berikut adalah tabel distribusi frekuensi responden berdasarkan usia pada kelompok
intervensi:
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Usia
No. Umur
Frekuensi
Persentase (%)
1.
60-74
13
87
2.
75-90
2
13
Total
15
100
Berdasarkan tabel 1 distribusi frekuensi respoden berdasarkan usia pada kelompok intervensi, diketahui
bahwa kelompok lanjut usia paling banyak berusia 60 - 74 tahun yaitu sebesar 87%, disusul pada kelompok
lanjut usia tua usia 75 – 90 tahun sebesar 13%.
236
2.
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin pada Kelompok
Intervensi
Berikut adalah tabel distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin pada
kelompok intervensi :
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin
Frekuensi
Persentase (%)
1.
Laki-laki
10
67
2.
Perempuan
5
33
Total
15
100
Berdasarkan tabel 2 distribusi frekuensi respoden berdasarkan jenis kelamin pada kelompok
intervensi, diketahui bahwa kelompok laki – laki mempunyai frekuensi yang paling banyak yaitu 67 % dan
untuk kelompok jenis kelamin perempuan sebesar 33%.
3.
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pendidikan pada Kelompok Intervensi
Berikut adalah tabel distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan pada
kelompok intervensi:
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pendidikan pada Kelompok Intervensi
No. Pendidikan
Frekuensi
Persentase (%)
1.
SD
10
67
2.
SMP
2
13
3.
SMA
3
20
Total
30
100
Berdasarkan tabel 3 distribusi frekuensi respoden berdasarkan Pendidikan pada kelompok
intervensi, kelompok yang berpendidikan SD sebanyak 67%, kelompok yang berpendidikan SMP sebanyak
13%, dan yang berpendidikan SMA sebanyak 20%.
4.
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Usia Kelompok Kontrol
Berikut adalah tabel distribusi frekuensi responden berdasarkan usia pada kelompok
Kontrol :
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Usia
No. Umur
Frekuensi
Persentase (%)
1.
60-74
12
80
2.
75-90
3
20
Total
15
100
Berdasarkan tabel 4 distribusi frekuensi respoden berdasarkan usia pada kelompok kontrol,
diketahui bahwa kelompok lanjut usia yang berusia 60 - 74 yaitu 80%, dan kelompok lanjut usia tua 75 - 90
sebanyak 20%.
5.
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin pada Kelompok
Kontrol
Berikut adalah tabel distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin pada
kelompok kontrol :
237
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin
Frekuensi
Persentase (%)
1.
Laki-laki
8
53
2.
Perempuan
7
47
Total
15
100
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi respoden berdasarkan jenis kelamin pada kelompok kontrol,
diketahui bahwa kelompok laki – laki mempunyai frekuensi yang paling banyak yaitu 53 % dan untuk
kelompok jenis kelamin perempuan sebesar 47 %.
6.
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pendidikan pada Kelompok Kontrol
Berikut adalah tabel distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan pada
kelompok kontrol:
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pendidikan pada Kelompok Kontrol
No. Pendidikan
Frekuensi
Persentase
(%)
1.
SD
11
73
2.
SMP
4
27
Total
15
100
Berdasarkan tabel 6 distribusi frekuensi respoden berdasarkan Pendidikan pada kelompok
kontrol, kelompok yang berpendidikan SD sebanyak 73%, kelompok yang berpendidikan SMP sebanyak
27%.
Distribusi penilaian Pre -Test dan Post – Test pada Kelompok Intervensi
Variabel utama yang di dalam penelitian ini adalah Peningkatan Kognitif pada lansia.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Hasil Distribusi penilaian Pre -Test dan Post – Test pada Kelompok Intervensi
Tabel 7.Distribusi penilaian Pre tes dan Post test kelompok intervensi
Clock
∆
Drawing
test
Sebelum
Sesudah
Sebelum
Sesudah
O1A
4
6
+2
4
3
-1
O2A
7
9
+2
2
1
-1
O3A
7
9
+2
1
1
0
O4A
4
9
+5
3
2
-1
O5A
4
5
+1
3
2
-1
O6A
4
7
+3
3
2
1
O7A
9
9
0
1
1
0
O8A
4
8
+4
2
1
-1
O9A
8
9
+1
1
1
0
O10A
6
8
+2
3
2
-1
O11A
4
8
+1
3
2
-1
O12A
6
8
+2
4
3
-1
O13A
4
8
+4
3
2
-1
O14A
9
9
0
3
2
-1
O15A
7
9
+2
2
1
-1
Mean
5.8
8.0
2.0
2.5
1.7
0.8
Berdasarkan tabel 7 diketahui nilai rata – rata dari penilaian recall test kelompok intervensi pre test
5.8, dengan nilai maksimum 9 dan nilai minimum 4 dan nilai rata -rata penilaian recall test post test sebesar
8.0 dengan nilai maksimum 9 dan nilai minimum 5. Sedangkan penilaian clock drawing test kelompok
intervensi pada pre test sebesar 2.5 dengan nilai maksimum 1 dan nilai minimum 3 dan untuk kelompok post
test nilai rata -rata sebesar 1.7 dengan nilai maksimun 1 dan nilai minimum 4.
Kode
Responden
Recall Test
∆
238
2.
Hasil Distribusi penilaian Pre -Test dan Post – Test pada kelompok Kontrol
Tabel 8 Distribusi penilaian Pre tes dan Post test Kelompok Kontrol
Kode
Recall Test
∆
Clock
Responden
Drawing
test
Sebelum
Sesudah
Sebelum
Sesudah
O1B
4
4
0
4
4
O2B
5
6
-1
3
3
O3B
7
7
0
2
2
O4B
4
4
0
3
2
O5B
4
4
0
3
3
O6B
4
4
0
3
3
O7B
4
4
0
4
4
O8B
4
4
0
3
3
O9B
4
4
0
2
2
O10B
6
6
0
3
3
O11B
4
4
0
3
3
O12B
6
6
0
2
2
O13B
4
4
0
3
3
O14B
5
5
0
3
2
O15B
8
8
0
2
2
Mean
4.8
4.9
0
2.8
2.6
∆
0
0
0
-1
0
-1
-1
0
0
0
0
0
0
-1
0
-0.2
Berdasarkan tabel 8 nilai rata – rata dari penilaian recall test kelompok kontrol pre test 4.8 dengan
nilai maksimum 8 dan nilai minimum 4, nilai rata -rata penilaian recall test post test sebesar 4.9 dengan nilai
maksimum 8 dan nilai minimum 4. Sedangkan penilaian clock drawing test kelompok kontrol pada pre test
sebesar 2.8 dengan nilai maksimum 2 dan nilai minimum 4 dan mengalami penurunan nilai rata – rata post
test yaitu 2.6 dengan nilai maksimum 2 dan nilai minimum 4.
3.
Hasil Uji Normalitas Data
Analisis bivariat adalah melakukan uji normalitas data untuk masing-masing variabel
penelitian. Hasil uji normalitas data dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 9 Tabel Hasil Uji Normalitas Data
Variabel
P-Value
Keterangan
Skor Pre Test Recall Test
0,006
Distribusi Data Tidak Normal
kelompok Intervensi
Skor Post test Recall Test
0,001
Distribusi Data Tidak Normal
kelompok Intervensi
Skor Pre Test Clock Drawing
0,003
Distribusi Data Tidak Normal
Test kelompok control
Skor Post Test Clock Drawing
0,029
Distribusi Data Tidak Normal
Test kelompok control
Berdasarkan tabel 9 diketahui bahwa hasil uji normalitas data pada pre test Recall Test
kelompok intervensi sebesar p= 0.006 dan post test p= 0.001. Sedangkan uji normalitas pada pre test
Clock Drawing Test kelompok kontrol dengan nilai p= 0.003 dan untuk kelompok post test pada pre test
clock drawing test kelompok kontrol p= 0.029. Dilihat dari keseluruhan data tersebut data pre test dan
post test recall test kelompok intervensi maupun pre test dan post test Clock Drawing Test kelompk
kontrol data tidak berdistribusi normal, atau nilai probabilitas (P-Value) kurang dari 0.05. Sehingga
Analisa bivariat untuk melihat perbandingan nilai post test dan pre test antara kelompok intervensi
maupun kelompok kontrol adalah denga uji Wilcoxon.
239
Tabel 10 Hasil Uji Wilcoxon
Variabel
P-Value
Keterangan
Nilai Recall Test kelompok
0.001
Ada perbedaan
intervensi
Nilai Clock Drawing Test pada
0.003
Ada Perbedaan
kelompok intervensi
Nilai Recall Test kelompok
0.317
Tidak ada perbedaan
control
Nilai Clock Drawing Test pada
0.083
Tidak ada perbedaan
kelompok control
Berdasarkan tabel 10 uji Wilcoxon didapatkan nilai Recall Test pada kelompok intervensi p =
0.001 atau p≤0.05 yang berarti H1 diterima yaitu terdapat perbedaan sebelum dan sesudah diberikan
Tindakan memory training. Penilaian Clock Drawinng test pada kelompok intervensi dengan nilai p =
0.003 atau p≤0.05 yang berarti H1 diterima yaitu adanya perbedaan sebelum dan sesudah diberikannya
Tindakan memory training. Uji Wilcoxon pada kelompok kontrol menunjukkan nilai Recall Test diperoleh
nilai 0.317 dan pada Clock Drawing Test diperoleh nilai 0.083, data penilaian ini menunjukkan bahwa
p>0.05 yang berarti bahwa tidak perbedaan bermakna dalam penilain recall test dan Clock Drawing Test.
Berdasarkan hasil penelitian pre test recall test yang bertujuan untuk menilai memori
jangka pendek dengan menyebutkan 9 kata yang telah didengar dan dihafalkan
sebelummnya pada kelompok intervensi sebesar 5.8 didapatkan nilai maksimum 9 yaitu
terdiri dari 2 responden, yang mana responden tersebut mampu menyebutkan 9 kata
dengan benar. Nilai minimum 4 yaitu terdapat 7 responden, dimana responden tersebut
hanya mampu menyebutkan 4 kata dengan benar. Responden yang mendapatkan nilai
minimum yaitu dengan usia 65 tahun ke atas dan lansia dengan latar belakang pendidikan
SD. Dan setelah dilakukan tindakan nilai rata -rata penilaian recall test post test
mengalami kenaikan menjadi 8.0 dengan nilai maksimum 9 sebanyak 7 responden dan
nilai minimum 5 sebanyak 1 responden. Coresa, T. (2014), menyebutkan bahwa proses
menua sehat (normal aging) secara fisiologi yaitu terjadi kemunduran beberapa aspek
kognitif seperti kemunduran daya ingat terutama memori kerja (working memory) yang
amat berperan dalam aktifitas hidup sehari- hari, hal ini menjelaskan mengapa pada
sebagian lanjut usia menjadi pelupa. Selain itu fungsi belahan otak sisi kanan sebagai
pusat intelegensi dasar akan mengalami kemunduran lebih cepat dari pada belahan otak
sisi kiri sebagai pusat inteligensi kristal yang memantau pengetahuan. Dampak dari
kemunduran belahan otak sisi kanan pada lanjut usia antara lain adalah kemunduran
fungsi kewaspadaan dan perhatian (Coresa, T., 2014).
Adapun pemeriksaan lain yang dilakukan yaitu clock drawing test, pemeriksaan ini
bertujuan untuk melakukan penilaian memori tentang orientasi waktu yaitu
penggambaran jam, hasil penilaian kelompok intervensi pada pre test sebesar 2.5 dengan
nilai maksimum 1 dicapai oleh 3 responden, dimana responden tersebut mampu
menggambar lingkaran dengan penuh dan mampu menulis jam 11 lebih 10 menit dengan
benar. Dan nilai minimum 4 dicapai oleh 2 responden, dimana responden tersebut tidak
mampu menuliskan angka 1-12 pada lingkaran secara lengkap dan jarak antar angka tidak
akurat. Untuk kelompok post test nilai rata -rata sebesar 1.7 dengan nilai maksimun 1
dicapai oleh 6 orang, dimana responden tersebut mampu menggambar jam secara
sempurna tidak ada kesalahan sama sekali dan nilai minimum 3 dicapai oleh 2 responden,
responden yang mendapatkan nilai 3 tidak mampu menunjukkan setting pukul “11 lebih
10 menit” dan jarum yang menunjukkan menit berada pada angka 10. Hasil penelitian
pada pengukuran clock drawing test ini sejalan dengan hasil penelitian Sri Hartati dan
Costrie Ganes Widayanti tidak semua responden mampu menyelesaikannya dengan baik
(Hartati, S. dan Widayanti, C. G., 2010). Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
penurunan fungsi kognitif pada lansia diantaranya proses penuaan pada otak dan
240
pertambahan usia. Setiap tahun ditemukan terjadinya pengurangan volume pada masingmasing area seperti lobus frontalis (0,55%), dan lobus temporal (0,28%). Pengurangan
volume otak juga akan disertai dengan penurunan kognitif. Bertambahnya usia
seseorang maka akan semakin banyak terjadi perubahan pada berbagai sistem dalam
tubuh yang cenderung mengarah pada penurunan fungsi diantaranya penurunan
kemampuan fungsi intelektual, berkurangnya kemampuan transmisi saraf di otak yang
menyebabkan proses informasi menjadi lambat, banyak informasi hilang selama
transmisi, berkurangnya kemampuan mengakumulasi informasi baru dan mengambil
informasi dari memori (Ningsih, M.A.D, 2016).
Penelitian yang sama juga dilakukan pada kelompok kontrol dengan tujuan untuk
mengetahui adanya perbedaan perubahan yang terjadi pada kelompok intervensi yang
dilakukan training memory. Berdasarkan hasil penelitian nilai rata – rata dari penilaian
recall test kelompok kontrol pre test sebesar 4.8 dengan nilai maksimum 8 sebanyak 1
responden, dimana responden ini mampu menyebutkan 8 kata yang telah didengar dan
dihafalkan sebelumnya dan nilai minimum 4 sebanyak 9 orang, dimana responden hanya
mampu menyebutkan 4 kata saja dan menyebutkan dengan lambat , nilai rata -rata
penilaian recall test post test sebesar 4.9 dengan nilai maksimum 8 sebanyak 1
responden dan nilai minimum sebanyak 9 responden. Berdasarkan hasil post test tidak
ada perbedaan yang terjadi pada kelompok kontrol. Sedangkan penilaian clock drawing
test kelompok kontrol pada pre test sebesar 2.8 dengan nilai maksimum 2 dicapai oleh
4 responden. Responden yang mendapatkan nilai 2 ini menggambar angka jam diluar
lingkaran dan membalikkan kertas ketika menuliskan angka sehingga angka yang ditulis
menjadi terbalik. Sedangkan nilai minimum 4 dicapai 2 responden, dimana responden
ini tidak mampu menuliskan angka secara lengkap, menuliskan angka lebih dari 12,
pembuatan jarak angka yang tidak akurat. Nilai rata – rata post test yaitu 2.6 dengan
nilai maksimum 2 terdapat 6 responden dan nilai minimum 4 terdapat 2 responden.
Artinya tidak ada perbedaan antara pre test dan post test pada kelompok kontrol tersebut.
Upaya untuk meningkatkan fungsi kognitif (memori) lansia bisa dilakukan dengan
memberikan tindakan farmakologi dan non farmakologi yaitu dengan memory training.
Memory training merupakan implementasi dalam meningkatkan kemampuan memory
dengan teknik mnemonic. Tehnik Mnemonic yaitu suatu tehnik yang dipelajari yang
mempunyai tujuan dalam membantu kinerja dari memory (ingatan) yang dapat
dioptimalkan dengan latihan. Materi yang dapat digunakan didalam memory training
yaitu tentang orientasi waktu dan menghafal 9 kata dengan cepat (re call) (Acevedo, A.
dan Loewenstein, D. A., 2007). Tindakan non farmakologi ini berupa latihan atau
permainan yang prosedurnya membutuhkan konsentrasi atau atensi, orientasi
(tempat, waktu, dan situasi) dan memori. Kenaikan nilai pada masing-masing
responden berbeda karena hasilnya tergantung kemampuan individu masing-masing.
Memory training ini dilakukan 2 minggu sebanyak 6 kali. Dilakukannya training secara
berulang-ulang ini bertujuan untuk memperkuat ingatan dan informasi guna untuk
meningkatkan nilai pemeriksaan recall dan test drawing. Penyampaian mnemonic
mempunyai kesan tersendiri bagi responden sehingga mampu memaknai materi yang
disampaikan dengan baik. Adapun faktor yang berpengaruh terhadap kenaikan nilai
pada masing-masing responden adalah faktor menyimak/ mendengarkan dengan baik
sehingga memungkinkan informasi yang disampaikan oleh peneliti dapat dicerna
responden dengan baik.
Berdasarkan uji Wilcoxon didapatkan nilai Recall Test pada kelompok intervensi p
= 0.001 atau p≤0.05 yang berarti H1 diterima yaitu terdapat perbedaan sebelum dan
sesudah diberikan Tindakan memory training. Penilaian Clock Drawinng test pada
kelompok intervensi dengan nilai p = 0.003 atau p≤0.05 yang berarti H1 diterima yaitu
241
adanya perbedaan sebelum dan sesudah diberikannya Tindakan memory training. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa intervensi Memory Training dapat meningkatkan
kognitif pada lansia. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Hidayati, N.,
Haryanto, J. dan Makhfudli, M. (2014), bahwa hasil uji independent t-test menunjukkan
nilai p=0.031 pada clock drawing test dan p=0.018 pada recall test. Nilai p≤0.05, hal ini
berarti bahwa adanya pengaruh memory training terhadap kemampuan memori jangka
pendek pada Lansia di UPTD Griya Wreda Surabaya (Hidayati, N., Haryanto, J. dan
Makhfudli, M., 2014). Uji Wilcoxon pada kelompok kontrol menunjukkan nilai Recall
Test diperoleh nilai 0.317 dan pada Clock Drawing Test diperoleh nilai 0.083, data
penilaian ini menunjukkan bahwa p>0.05 yang berarti bahwa tidak perbedaan bermakna
dalam penilain recall test dan Clock Drawing Test. Sehingga secara garis besar dapat
diketahui responden pada kelompok intervensi dengan dilakukan implementasi memory
training mempunyai kognitif memori jangka pendek yang lebih baik dibandingkan
kelompok kontrol.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ada peningkatan dari rata – rata dari penilaian recall test kelompok intervensi pre test
5.8 dan nilai rata -rata penilaian recall test post test sebesar 8.0, Ada peningkatan penilaian
clock drawing test kelompok intervensi pada pre test sebesar 2.5 dan kelompok post test nilai
rata -rata sebesar 1.7. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan nilai Recall Test pada kelompok
intervensi p value 0.001 atau p≤0.05 yang berarti H1 diterima yaitu terdapat perbedaan sebelum
dan sesudah diberikan Tindakan memory training. Penilaian Clock Drawinng test pada
kelompok intervensi dengan nilai p value 0.003 atau p≤0.05 yang berarti H1 diterima yaitu
adanya perbedaan sebelum dan sesudah diberikannya Tindakan memory training. Memory
training dapat meningkatkan fungsi kognitif pada lansia.
Saran
Kegiatan memory training dapat dimasukkan ke dalam program rutin rumah pelayanan sosial
lanjut usia Margo Mukti Rembang untuk meningkatkan fungsi kognitif lansia serta lansia
diharapkan dapat menerapkan cara mengingat dengan teknik mnemonic dalam keseharianya
agar fungsi kognitif nya terjaga bahkan meningkat.
UCAPAN TERIMAKASIH
Peneliti menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Kemenristek/BRIN,
LLDIKTI wilayah VI Jawa Tengah, Rumah pelayanan sosial lanjut usia Margo Mukti
Rembang, Akademi Keperawatan Krida Husada atas kesempatan yang berikan sehingga
penelitian Implementasi Peningkatan kognitif Lansia melalui Memory Training bisa terlaksana dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abraham, C. dan Shanley, E. (1997), Psikologi Sosial untuk Perawat, Jakarta: EGC
Acevedo, A, dan Loewenstein, D, A. (2007), ‘Nonpharmacological cognitive interventions
in aging and dementia,’Journal of Geriatric Psychiatry and Neurology, vol.20,
Badan Pusat Statistik (2010). Data Statistik Indonesia: Jumlah Penduduk Menurut Kelompok
Umur, Jenis Kelamin, Provinsi, dan Kabupaten/ Kota.
242
Coresa, T. dan Ngestiningsih, D. (2017). Gambaran Fungsi Kognitif Pada Lansia Di Unit
Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang. DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL
(JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO), 6(1), 114-119.
Dahlan, M. S. (2011). Statistik untuk kedokteran dan Kesehatan: deskriptif, bivariat,dan
multivariat, dilengkapi dengan menggunakan SPSS. Jakarta: Salemba Medika
Hartati, S. dan Widayanti, C. G. (2010). Clock drawing: Asesmen untuk demensia (Studi
deskriptif pada orang lanjut usia di kota Semarang). Jurnal Psikologi, 7(1), 1-10.
Hidayati, N., Haryanto, J. dan Makhfudli, M. (2014). Memory training meningkatkan memori
jangka pendek lansia. Indonesian Journal of Community Health Nursing, 3(1).
Ogawa, Masayo, et al. (2018). Analysis Of Risk Factors For Mild Cognitive Impairment
Based On Word List Memory Test Results And Questionnaire Responses In Healthy
Japanese
Individuals Registered In An Online
Database.doi.org/10.1371.
https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0197466.
Diakses
pada tanggal 12 Agustus 2019.
Santos, T., Lovell, J., Shiell, K., Johnson, M. dan Ibrahim, J. E. (2018). The impact of cognitive
impairment in dementia on self‐care domains in diabetes: A systematic search and
narrative review. Diabetes/metabolism research and reviews, 34(6), e3013.
Solso, R.L., Maclin, O.H. dan Maclin, M.K. (2008), Psikologi Kognitif, Ed. 8, Jakarta:Penerbit
Erlangga.
Sugiyono. (2010). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan r & d. Bandung: Alfabeta
Triwibowo, H. dan Puspitasari, K. (2018). Hubungan Aktivitas Fisik dengan Fungsi Kognitif
pada Lansia di Desa Tanjungan Kec. Kemlagi Kab. Mojokerto. Keperawatan, 3(2).
Turana, Y. (2014). Stop Pikun di Usia Muda. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
US
Cencus
Bureau.
(2018).
Berapa
Jumlah
Penduduk
Dunia.https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/04/23/berapajumlahpendudukdunia. Diakses 12 Agustus 2019.
243